Harus Jujur di Tanah Suci

Prof Rubiyanto Misman memiliki banyak cerita "kocak" tetapi bijak. Sebagai rektor, kisah-kisah beliau layak untuk dijadikan permenungan. Berikut ini adalah salah satunya. Kisah pendek ini termuat dalam buku MEMENUHI PANGGILAN ALMAMATER, Biografi Rubiyanto Misman; Mahasiswa Unsoed Pertama - Alumnus Pertama - Pendiri dan Ketua Pertama Ikatan Alumni Unsoed - Dekan Alumnus Unsoed Pertama - Rektor Alumnus Unsoed Pertama.
B
uku tersebut ditulis oleh Sutriyono (Fak Peternakan'90)


Ketika ke Tanah Suci, Prof Rubi bertemu dengan seorang ketua Ponpes di Rembang. Mereka bertemu di sebuah toko emas di Madinah. Melihat wajah Indonesia, orang Rembang itu menyapa. “Bapak dari mana?” tanyanya.
“Dari Purwokerto,” jawab Prof. Rubi.
“Purwokertonya mana?” tanya orang Rembang lebih lanjut.
“Unsoed,” kata Prof. Rubi singkat.
“O, Unsoed. Saya punya teman dekat di Unsoed juga namanya dr. Mambo. Salam buat beliau. Saya ingin bertemu mau menitipkan anak saya kuliah di sana,” papar orang Rembang. Menurutnya, fakultas kedoterannya sempat ramai soal perijinan, tetapi kemudian ternyata banyak yang minat masuk.
Mereka kemudian ngobrol topik lain sambil melihat-lihat gelang di toko emas tersebut.
Tiba-tiba dia bertanya kembali, “Bapak siapa namanya? Bisa saya minta nomor hp, agar bisa kontak suatu waktu kalau sudah pulang nanti?”
Wah, berarti harus menyebut nama, ketahuan ini, batin Prof. Rubi. Bagaimanapun di Tanah Suci kan ya tidak boleh berbohong.
Prof. Rubi kemudian memberikan catatan nama dan nomor kontak. “Saya Rubiyanto,” katanya. Mereka kemudian berlanjut kembali sibuk melihat-lihat pajangan perhiasan.
Beberapa detik kemudian si Bapak Rembang itu berbalik menghadap Prof. Rubi sambil mencermati tulisan nama dan nomor hp pada secarik kertas yang ia pegang. “Rubiyanto, Rubiyanto... Wah, ini rektor yang berbuat gila membuka kedokteran tanpa ijin. Saya harus nitip...” serunya kemudian merangkul Prof Rubi.
Beberapa saat kemudian, kepada penjual emas, Pak Rembang itu berpesan, “Anda jangan main-main dengan orang ini. Beliau Presiden Universitas di Indonesia yang terkenal...!”
Dampak dari peristiwa itu, setiap hari sepulang subuhan lantas berangkat lagi melewati toko emas itu, pemilik toko berseru-seru memanggil Prof Rubi. “Profesor, Profesor, coming, coming...,” katanya, lantas menawarkan barang-barang baru di tokonya.
Bahkan seorang muda pedagang kaki lioma berkebangsaan Bangladesh yang menjual aneka ragam souvenir di depan hotel selalu menyapa, “Good morning Mr Ruby.”

Hal itu terjadi gara-gara Rubi suka membeli souvenir kepadanya. Melihat hal ini teman-teman haji tertawa. “Wah, la kok Pak Rubi kancane akeh men? Dari toko mas sampai pedagang kaki lima…,” kata salah satu teman.

Posting Komentar

0 Komentar