Kandang "Closed House" Suatu Kebutuhan


Kuliah umum series #6 Basic Sciences tentang Manajemen Pengoperasian Kandang Tertutup telah dilakukan pada hari sabtu, tgl 9 Januari 2021, mulai dari jam 08.00 wib - 11.00 wib. Perkuliahan ini terselenggara atas kerjasama Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat dengan PT New Hope Indonesia, serta didukung oleh Keluarga Alumni Fapet Unsoed dan Kafapet-Unsoed.com.

Kuliah umum dibuka oleh Lilis Ambarwati, Dosen Fapetkan Unsulbar. "Kuliah umum ini merupakan seri terakhir, banyak sekali ilmu yang sudah diperoleh dan sangat berguna sekali untuk Mahasiswa di Fapetkan Unsulbar", ucapan Lilis sebagai pembuka kuliah umum.

Kuliah umum berseri ini dibawakan oleh Roni Fadilah, selain sebagai Marketing Service Manager PT New Hope Indonesia, juga ketua Kafapet Unsoed Wilayah Jabodetabeksuci. Tidak hanya mahasiswa Unsulbar, peserta dari Alumni Unsulbar, suatu kehormatan kuliah umum kali ini diikuti juga oleh guru besar bidang perunggasan Fakultas Peternakan Unsoed yaitu Prof. Elly Tugiyanti. Kuliah umum juga diikuti oleh Team Technical Support PT New Hope Indonesia, Bu Resmi dan Team Marketing Office PT New Hope Indonesia, serta mahasiswa PKL Fapet Unsoed. 

Perkuliahan umum seperti biasa selalu selalu disisipi materi tentang pengembangan diri, pada kesempatan ini topik yang dibahas tentang Pemecahan Masalah (Problem Solving) yaitu penjelasan tentang perbedaan menyelesaikan masalah yang bersifat sementara (Trouble shooting) dengan penyelesaian masalah yang bersifat permanen (Problem Solving),  beserta cara mengevaluasinya (Evaluating).

Kuliah dilanjutkan kepada materi inti yaitu tentang Manajenen Pengoperasian Kandang Tertutup. "Materi tentang manajemen pemeliharaan ayam sudah dibahas dengan rinci sampai 5 seri", ujar Roni. "Orang yang ahli di budidaya tetapi tidak ahli dimanajemen kandang Tertutup, maka hasilnya produksi akan hancur", papar Roni. "Orang yang ahli di budidaya ayam harus menguasai juga kandang CH", tambahnya.



Prinsif dasar kandang tertutup (Closed house/CH) yaitu membuang gas beracun dan panas yang diproduksi dari tubuh dan kotoran ayam, dan digantikan dengan udara segar. Proses tersebut disimulasikan dengan 3 faktor utama yang penting untuk dikelola di kandang CH, yaitu ;

A. Lingkungan dalam kandang, ada ayam, feses, air, udara, suhu dan kelembaban.

B. Lingkungan di luar kandang, matahari, malam, hujan, udara, suhu dan kelembaban

C. Cooling Pad dan Kipas, mengandung air dan pergerakan udara.

Prinsif dasar kandang CH, yaitu bagaimana mengelola Faktor A, B dan C supaya ayam hidup di dalam kandang menjadi nyaman.

Banyak kelebihan kandang tertutup dibandingkan dengan kandang konvensional (terbuka), diantaranya tingkat kepadatan bertambah, performa ayam meningkat, lebih efisien dalam menekan harga pokok produksi, biosecurity terkontrol, serta bisa mengeliminir pengaruh fakltor lingkungan, disamping ada kelemahannya seperti biaya investasi awal tinggi serta dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang terampil.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan di kandang CH, diantaranya

A. Dimensi kandang

Mengetahui Luas penampang kandang (Lebar x Tinggi, satuan meter persegi, m²) dan Volume Kandang (Lebar x Tinggi x Panjang, satuan meter kubik, m³) langkah awal dasar untuk memulai perhitungan tentang kandang CH

Contoh, kandang dengan Lebar 14 meter, tinggi 2,5 meter dan panjang 120 meter, maka Luas Penampang = 14 m x 2,5 m diperoleh 35 m², Volume Kandang = Lebar 14 m x tinggi 2 m x panjang 120 m diperoleh 4.200 m³


B. Menghitung Kapasitas Kipas (Exhaust Fan)

Langkah berikutnya yaitu mengetahui Kapasitas Kipas Total (m³/jam) yang diperlukan dalam kandang CH. Kapasitas Kipas Total bisa diketahui dengan cara terlebih dahulu berapa kecepatan angin yang diperlukan saat ayam akan dipanen, umumnya kecepatan angin jika ayam di panen di atas 1,6 kg kisaran 2 -3 meter per second (s,detik). Contoh, Kecepatan angin yang diperlukan 2,5 m/s, maka kapasitas kipas total bisa dihitung dengan cara Luas Penampang kandang (m²) x kecepatan angin (m/s) x 3.600 second (s). Bisa juga kapasitas kipas dihitung dalam satuan Cubic Feed per Minute (CFM)

Contoh, dari hitungan di atas, luas penampang = 35 m², kecepatan angin 2,5 m/s, maka kapasitas kipas = 35 m² x 2,5 m/s x 3.600 s, diperoleh 315.000 m³/jam (185.409  cfm)

C. Kebutuhan Udara Minimum (K.U.M)

Strain ayam broiler modern yang sekarang beredar memiliki kebutuhan udara minimum berbeda beda, tetapi umumnya dikisaran 8 m³ per Kg Bobot Badan per Jam (8 m³/kg bb/jam)

Contoh, populasi ayam 10.000 ekor, rataan berat 2,1 kg/ekor, maka Kebutuhan Udara minimum = 10.000 ekor x 2,1 kg/ekor x 8 m³/kg bb/jam, diperoleh angka kebutuhan udara minimum 168.000 m³/jam (98.885 cfm)

D. Menghitung Kebutuhan Jumlah Kipas (Exhaust Fan)

Menghitung kebutuhan jumlah kipas yang dioerlukan di kandang CH bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Jumlah kipas = Kapasitas kipas total yang diperlukan dibagi dengan kapasitas ukuran kipas yang akan dipakai.

Contoh, kipas yang akan dipakai ukuran 52", kapasitasnya 24.500 cfm, dari data di atas, 

Maka dapat dihitung Jumlah Kipas yang diperlukan = 185.409 cfm dibagi 24.500 diperoleh 7,4 kipas, dibulatkan menjadi 7 kipas ukuran 52", tetapi dilapangan pembulatan akan dilakukan ke 8 kipas dengan pertimbangan cadangan jika ada kipas yang rusak.


2. Jumlah kipas yang diperlukan dapat dihitung juga dengan rumus

 Jumlah kipas = panjang kandang (m) x Lebar kandang (m) x kepadatan (ekor/m²) x 4 cfm x Bobot Panen (kg) dibagi Kapasitas kipas dengan ukuran kipas yang dipakai.

Contoh. Ukuran kandang data di atas, kepadatan 12 m², rencana panen 2,1 kg, kipas yg dipakai ukuran 52" dgn kapasitas kipas 24.500 cfm. 

Jumlah kipas = 120 m x 14 m x 12 ekor x 4 cfm x 2,1 kg dibagi 24.500, diperoleh angka 7 buah kipas ukuran 52". Di lapangan dalam perhitungan harus diperhatikan penurunan daya kerja kipas. Contoh kapasitas kipas 52" 24.500 cfm, akan dihitung menjadi 21.500, 22.500 atau 23.500. 

E. Pengaturan Kecepatan angin

Pengaturan kecepatan angin di dalam kandang tergantung umur dan berat ayam. Bisa dilihat di  Tabel. Setiap pergerakan angin pada kecepatan tertentu akan memberikan perbedaan antara suhu aktual yang dibaca di Termometer dengan suhu efektif yang dirasakan ayam, hal ini karena ada efek suhu dingin (Wind Chill Effect)



F. Setting Pengoperasian Kipas

Prinsif setting pengoperasian kipas yaitu bagaimana caranya mengatur kecepatan angin di dalam kandang harus disesuaikan dengan (1) suhu yang diperlukan ayam. (2) memenuhi kebutuhan udara minimum yang diperlukan ayam, dengan memperhatikan adanya efek angin dingin (wind chill effect).

G. Pergantian Udara (Air Exchanged Rate)

Air Exchanged Rate (AER) adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk memindahkan seluruh volume udara di dalam kandang dalam sekali pindah. AER bisa dihitung dengan rumus :

AER = Volume kandang (m³) dibagi kapasitas kipas total (m³/jam).

Contoh, dari data di atas dapat dihitung AER = 4.200 m² dibagi 315.000 m³/jam, diperoleh air exchanged ratenya 0,0233 jam atau 48 detik.

H. Menghitung Luas "In Let" yang diperlukan

In Let adalah lubang tempat masuknya udara ke dalam kandang CH. Luas In Let yang diperlukan bisa dihitung dengan rumus.

Luas In Let = kapasitas kipas total (m³/3.600 s) dibagi kecepatan angin (m/s)

Contoh, dari data di atas, kapasitas Total Kipas 315.000 m³/jam dibuat satuan detik menjadi 315.000 m³/3600 second dibagi kecepatan angin 2,5 m/s, diperoleh luas In Let sebesar 35 m².

Jika tinggi penampang in let dibuat 1,8 meter, maka panjang inlet sekitar 19,4 meter.


Selain faktor di atas, di kandang CH perlu diperhatikan juga adanya udara yang tidak bergerak (dead spot), tekanan negatif (static pressure) yang berdampak dari daya kerja kipas, titik pengembunan pada sekam (dew point) dan indek panas (Heat Index) di dalam kandang.

Kuliah umum dilanjutkan dengan forum diskusi, beberapa pertanyaan muncul dari audien seperti berikut :

Prof. Elly Tugiyanti yang menanyakan untuk wilayah dengan kondisi lingkungan yang suhunya relatif dingin tipe close house system seperti apa yang cocok dengan dipakai? Roni menjelaskan bahwa "kandang close house ada yang menggunakan cooling pad system yang cocok dipakai untuk daerah panas dan kandang close house dengan tunnel system jika suhu lingkungan harian hanya berkisar di 26-27 derajat celcius".

Lilis melayangkan pertanyaan tentang "bobot ayam yang dipanen pada kandang close house lebih tinggi dibandingkan dengan kandang open house bagaimana cara meminimalisirnya"? Roni menjawab untuk mengurangi resiko salah satunya dengan cara melakukan pemanenan pada saat kondisi sejuk, kandang close house sekarang memang diperuntukkan untuk Rumah Potong Ayam yang memang ekspedisinya sekitar 2 jam dan memang ada toleransi [enyusutan sebanyak 3%".

Pertanyaan juga muncul dari kalangan mahasiswa tercatat Nasrullah dan Irham. Nasrullah menanyakan tentang "lalat merupakan vektor penyakit, bagaimana kondisi lalat di kandang close house?" Perkembangbiakan lalat di kandang close house bisa lebih ditekan dengan sanitasi yang baik" ujar Roni. Kemudian Irham menanyakan terkait "kebutuhan udara minimum yang baik berapa?" Roni "menjelaskan bahwa kebutuhan udara minimum yang baik ada korelasinya dengan kebutuhan oksigen dalam udara, yang kita tahu bahwa oksigen merupakan api biologis yang digunakan dalam proses metabolisme, setiap strain memiliki kebutuhan udara minimum yang berbeda namun dalam perhitungan close house biasanya digunakan ukuran 8 meter kubik / kg bobot badan / jam"

Sesi Pemutaran Company Profile



Penulis     : Roni dan Fajar

Foto        : Roni

Posting Komentar

0 Komentar