Ketika Jas Rektor Unsoed Dikomentari

Fakultas Peternakan Unsoed dalam Catatan Rektor Rubiyanto Misman

Catatan-catatan mengenai Fakultas Peternakan Unsoed ini adalah catatan dalam kisah hidup Rektor Prof Rubiyanto Misman yang menjadi rektor dua kali masa jabatan
jabatan (1997-2001 dan (2001-2005). Catatan-catatan ini termuat dalam buku Biografi Rubiyanto Misman MEMENUHI PANGGILAN ALMAMATER, Biografi Rubiyanto Misman; Mahasiswa Unsoed Pertama - Alumnus Pertama - Pendiri dan Ketua Pertama Ikatan Alumni Unsoed - Dekan Alumnus Unsoed Pertama - Rektor Alumnus Unsoed Pertama. Buku ditulis oleh Sutriyono, alumni Fapet Unsoed.


Sekilas Awal Unsoed
Universitas di tlatah Banyumas ini lahir dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 195 tahun 1963 bertanggal 23 September 1963. Universitas tersebut terdiri dari Fakultas Pertanian yang semula cabang dari Universitas Diponegoro, Fakultas Biologi dan Fakultas Ekonomi.
Dalam catatan yang ada, dalam Keputusan Presiden tersebut, menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memutuskan menetapkan terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1963 mendirikan universitas negeri yang diberi nama Universitas Negeri Jenderal Soedirman.
Keputusan tersebut disusul dengan Surat Keputusan Menteri PTIP tanggal 12 November 1963 nomor 153 tahun 1963. Sementara upacara peresmian universitas baru ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1963. Universitas diresmikan oleh Menteri PTIP Prof. Dr. Ir. Tojib Hadiwidjaja dan dihadiri sejumlah pejabat sipil dan pejabat militer seperti Jenderal AH Nasution dan Letjen Ahmad Yani. Hadir juga keluarga Jenderal Soedirman serta para mahasiswa.
Pimpinan universitas menggunakan model presidium. Secara kolektif sejumlah lima orang tergabung dalam presidium ini. Mereka adalah R. Soemardjito, Letkol Soegiharto, R. Soeroso, Ajun Komisaris Besar Polisi R Kriharto, dan Dr. H.R. Benjamin. Dr. H.R. Boenjamin juga menjadi dekan bagi Fakultas Biologi dan Fakultas Pertanian. Sementara dekan Fakultas Ekonomi dijabat oleh Drs. Soepojo, MA.
Pada 10 Februari 1966, Unsoed memiliki Fakultas Peternakan. Fakultas ini merupakan pelimpahan dari Fakultas Peternakan Universitas Islam Indonesia Cabang Yogyakarta di Purwokerto (SK Menteri PTIP , 3 Desember 1965 nomor 275 tahun 1965). Menyusul tahun akademik 1981/82 Unsoed menerima mahasiswa Fakultas Hukum yang kemudian resmi berdiri tahun 1982 (Keputusan Presiden Nomor 50/1982).
Model presidium berganti dengan rektor pada 3 Juli 1965. Rektor pertama adalah R.F. Soedardi SH yang kala itu berpangkat Kolonel CHK.  
Hingga tahun 80-an awal itu Universitas Jenderal Soedirman lima  fakultas dan tiga program diploma. Kelima fakultas tersebut adalah Fakultas Pertanian, Fakultas Biologi, Fakultas Peternakan, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum. Sementara tiga program diploma tersebut adalah Diploma Pendidikan Ahli Administrasi Keuangan, Diploma Pendidikan Ahli Kesekretariatan, Diploma Pendidikan Ahli Produksi Ternak Unggas dan Perah.

Patung Jenderal Soedirman berkuda di halaman Kantor Pusat Unsoed (foto Sutriyono, 17 Juni 2017)

Pada tahun 1980 sampai tahun awal tahun 90-an, sebagai universitas pamor Unsoed kalah dengan universitas besar lain di Jawa. Universitas negeri di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya telah punya nama. Unsoed menjadi pilihan ke sekian dari siswa-siswi lulusan SMA yang melanjutkan kuliah.


Fakultas Peternakan Mendongkrak Nama Unsoed
(Sebuah Pintu Bernama QUE)
Tidak mudah bersaing dengan perguruan tinggi lain yang telah lebih lama berkembang. Rubiyanto Misman sering menggunakan parabel kancil melawan gajah. Bagaimana bisa menang kalau kancil selalu dihadapkan dengan gajah-gajah. Ada kecenderungan kebijakan pembinaan termasuk penyediaan dana-dana pengembangan perguruan tinggi didasarkan pada kompetisi untuk semua. Tanpa pengelompokkan berdasarkan kemampuan entah akademik, entah lainnya. “Kalau kami yang kancil ini selalu bersaing dengan Gajah Mada, ‘gajah’ UI, ‘gajah’ ITB, ‘gajah’ Unair, dan gajah-gajah lainnya, bagaimana kami bisa menang?” begitu Rubi sering bertanya.

Rupanya, ‘kampus kancil’ itu kemudian mendapatkan jalan. Pintu menuju jalan tersebut bernama Proyek QUE. Quality for Undergraduate Education atau QUE adalah program hibah kompetisi yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.

Proyek QUE berlatar belakang kualitas pendidikan tinggi banyak yang berada di bawah kualitas internasional. Lulusan S1 perguruan tinggi Indonesia menjadi sulit bersaing di kompetisi dunia kerja internasional. Sementara banyak program studi yang memiliki potensi yang cukup untuk menyiapkan diri mengejar kualitas internasional tersebut. Melalui program block grant, pemerintah lewat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memberikan dana hibah untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu program studi di perguruan tinggi. Dana hibah tersebut terbuka untuk semua program studi, hanya saja melalui sistem kompetisi dengan persyaratan yang ketat.

Unsoed mengajukan Program Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan untuk mengikuti kompetisi meraih dana hibah proyek QUE ini. Proyek QUE yang diikuti adalah proyek yang ke dua (QUE Batch II). Selama satu tahun tim yang dipimpin
Ir. Imam Suswoyo, M.Agr.Sc. menyiapkan proposal dan persyaratan pengajuan QUE. Persiapan berlangsung siang dan malam. Seleksi proposal yang masuk DIKTI dilakukan antara April 1998 hingga tuntas Oktober 1998.

Prodi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Unsoed menjadi satu dari 14 prodi yang menang. Sementara jumlah proposal yang masuk adalah 245 proposal. Pelaksanaan proyek QUE ini berlangsung dalam jangka waktu lima tahun.

“Yang sangat mengesan bagi kami, ketika kami lembur siang malam menyiapkan proposal QUE ini, suatu malam Pak Rubi datang menengok. Naik sepeda motor. Tahu-tahu sudah di depan pintu,” kata Imam Suswoyo.

“Saya datang hanya untuk memberi semangat,” ujar Rubi.

Sejumlah 14 program studi yang mendapatkan Proyek QUE Batch II tersebut berasal dari delapan perguruan tinggi. Selain Unsoed, tujuh perguruan tinggi yang menang adalah perguruan tinggi yang memiliki nama besar, yaitu UGM (tiga prodi), IPB (dua prodi), ITB (tiga prodi), UI (dua prodi), Universitas Padjajaran (dua prodi), dan Institut Teknologi Sepuluh November (satu prodi).

Parabel tentang gajah kembali muncul dalam imajinasi Rubi. Inilah untuk kali pertama Unsoed yang kecil itu duduk sejajar dengan universitas gajah-gajah.

Pada kesempatan resmi menerima keputusan Proyek QUE Batch II tersebut, Rubi datang dengan setelan jas hitam yang rapi. Perwakilan dari perguruan tinggi lain juga mengenakan jas rapi seperti dirinya. Keseharian Rubi, saat berkantor, mengenakan pakaian formal biasa tanpa jas. Kadangkala Rubi mengenakan ‘baju kerja’ model pelayan SPBU (w
earpark). Pada giliran Dirjen DIKTI Bambang Hendro menyalami, beliau berseloroh,”Lho, sombong banget, proyek belum turun sudah mengenakan jas.”

Rubi
tersipu-sipu oleh ungkapan yang sebenarnya menunjukkan kedekatan pribadi antara dua orang itu. “Aja ngece Pak, kiye jas enyong dewek, koh. (Jangan ngledek, ini jas punya saya sendiri),” kilah Rubi tidak kalah tangkas.

Apa yang menjadi impian Rubi dan Unsoed pada umumnya untuk bisa sejajar dengan perguruan tinggi yang lain mendapatkan jalan. Proyek QUE Batch II tersebut memberikan banyak perbaikan dalam hal kualitas pendidikan.





Dari proyek tersebut Prodi Produksi Ternak Fakultas Peternakan berhasil memberi kesempatan sembilan dosen menyelesaikan program doktoral (S3). Delapan orang di antaranya menjalani studi di luar negeri. Ketentuan dana Proyek QUE adalah 60% dialokasikan untuk mendukung studi dosen, 40% lainnya untuk sarana-prasarana. Prodi juga memperbaiki kurikulum, mendorong dan memfasilitasi dosen selalu membarui bahan kuliah, dan juga belanja buku-buku literatur serta jurnal ilmiah. Setiap tahun Ditjen DIKTI mengutus tim untuk meninjau lapangan. Mereka bisa saja ikut duduk di bangku kuliah mencermati cara dosen mengajar. Pada kesempatan lain ada tim dari luar negeri yang juga datang. Mereka memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar memenuhi standar internasional.
Dengan lolosnya Unsoed dalam program kempetisi proyek QUE Batch II ini, kepercayaan Ditjen DIKTI terhadap Unsoed semakin tinggi. Waktu-waktu selanjutnya Unsoed kembali dipercaya untuk mengimplementasikan proyek-proyek lain dari Ditjen DIKTI seperti DUE, DUE-Like, TPSDP, dan Program Hibah Kompetisi. Sejalan dengan hal tersebut, kepercayaan masyarakat juga meningkat.

Posting Komentar

0 Komentar