Nadam Dwi Subekti Diskusi Dengan Kemenpora , Siap Kembangkan Limbah Pasar Untuk Ternak

Nadam (no 3) dan Yulianto (no 4) bersama Asdep Kemenpora Putu Raka Pairana (paling kanan)
Jakarta, Kafapet-Unsoed.com. Bertempat di kantor Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) Jakarta, Senin, 27 Mei 2019, pengurus Yayasan Tunas Mulia Nadam Dwi Subekti  dan Yulianto Sumarno diterima oleh Asisten Deputy (Asdep) Peningkatan Kapasitas Pemuda,  Kemenpora  Drs. I Gusti Putu Raka Pairana, M.Pd. Kehadiran Nadam adalah dalam rangka menyampaikan program pemanfaatan Limbah/Sampah Organik untuk pakan ternak kambing dan lele.

Beberapa waktu lalu Nadam (alumni Fapet Unsoed angkatan 1988) berdiskusi dengan redaksi Kafapet-Unsoed.com mengenai potensi limbah organik dari pasar yang melimpah di Bantar Gebang Bekasi.  Nadam beserta tim telah melakukan uji coba pemanfaatan limbah pasar yang menumpuk setiap hari di TPA Bantar Gebang. Melalui proses fermentasi, limbah tersebut cukup bagus untuk pakan ternak kambing dan lele.

Tahap selanjutnya melalui redaksi Kafapet-Unsoed.com Nadam menyusun proposal yang kemudian diajukan ke Kemenpora sebagai upaya untuk mendapat dukungan kerjasama pengembangan pemanfaatan limbah.

Pihak Kemenpora merespon positif proposal yang diajukan Nadam dan kemudian Nadam diundang untuk hadir ke Kemenpora mempresentasikan program Yayasan Tunas Mulia.

Menurut Nadam, dalam pertemuan tersebut pihak Kemenpora tertarik dengan kegiatan peduli lingkungan yang sudah dilakukan Yayasan Tunas Mulia. Dalam waktu dekat, pihak Kemenpora merencanakan untuk berkunjung ke Yayasan Tunas Mulia untuk melihat langsung program yang telah berjalan, dan akan dijajaki kerjasama pembinaan pemuda peduli sampah dan lingkungan.

Potensi Limbah Pasar

Limbah pasar untuk kambing
Yayasan Tunas Mulia didirikan tahun 2006 oleh Nadam dan kawan-kawan dalam rangka kepedulian terhadap pendidikan anak-anak pemulung yang kurang mendapat perhatian. Yayasan ini mengembangkan Sekolah Alam Tunas Mulia di Komplek Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Bekasi dalam bentuk sekolah gratis untuk anak-anak pemulung dan dhuafa .

Saat ini sekolah memiliki murid sekitar 250 siswa dengan 12 orang guru, dari jenjang PAUD, SD/Paket A, SMP/Paket B. Tahun ini  Sekolah Alam membuka program Pendidikan Pondok Pesantren Hafidz Qur’an, dimana semua santrinya menginap di Asrama. 

Sekolah Alam Tunas Mulia memiliki lahan wakaf sekitar 6000 m2.  Pemanfaatan lahan untuk bangunan Sekolah sekitar 2000 m2, Asrama Santri 1000 m2, lahan parkir 500 m2, lahan praktek 2.500 m2 yang terdiri dari kebun sayuran, kolam ikan dan kandang ternak.

Setelah sekian tahun berkarya mengembangkan sekolah gratis, Nadam mencermati tumpukan sampah yang terus menggunung di area TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang dan TPA Sumur Bantu dengan jumlah sampah lebih dari 6000 ton per hari, baik sampah organik maupun anorganik . Menurutnya, selama ini sistem pengolahan sampah di TPSTS Bantargebang dan TPA Sumur Batu masih menggunakan metode Sanitary Land Fill, yaitu sampah ditumpuk dan ditimbun tanah secara berundak.

Limbah diolah untuk pakan ikan
Dari ribuan ton sampah tersebut yang diambil oleh pemulung sebagian besar adalah sampah anorganik seperti plastik, kaleng, botol, kardus dan sejenisnya. Sedangkan sampah organik rumah tangga dan  pasar tradisional seperti berbagai jenis sayuran dan buah-buahan hanya sedikit yang dimanfaatkan, itupun yang masih layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Sehingga limbah rumah tangga dan pasar tradisional sangat pontensial untuk bisa dimanfaatkan.

Dari sinilah ia mencoba menggali lebih dalam agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk ternak.

Setelah dianalisa, limbah pasar yang menggunung sebagian bisa langsung dimanfaatkan sebagai pakan ternak khususnya yang masih segar berupa kulit jagung, kulit pisang dan sayuran yang masih segar. Sebagian lagi dapat diolah melalui fermentasi.

Nadam mencoba mengembangkan ternak kambing dan lele dengan limbah organik Bantar Gebang dengan hasil yang bagus . Dampak positif  dari pemanfaatan limbah ini adalah limbah bermanfaat secara ekonomi (untuk ternak kambing dan lele) serta mengurangi masalah tumpukan sampah yang terus menggunung.

"Jika dikelola dengan baik saya yakin sampah organik dapat menyediakan pakan untuk ribuan kambing. Ini baru di Bekasi, padahal limbah pasar ada di semua kota di Indonesia dan hingga sekarang belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi sampah rumah tangga dan sampah pasar," kata Nadam.

Semoga sukses**


Posting Komentar

0 Komentar