Agus Triyanto,S.Pt. |
Kepala Departemen Humas PP KAUNSOED Alief Einstein melaporkan, Minggu 9 Juni lalu, di tengah suasana lebaran, para pelungers dari beberapa daerah menyelenggarakan acara silaturahmi para Pelungers wilayah Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen) di Desa Piasa Wetan, Kecamatan Susukan Kabupaten.Banjarnegara. Acara ini dikomandani langsung oleh Agus Triyanto, selaku ketua panitia yang sudah cukup dikenal di wilayahnya.
Agus dan Kades Piasa |
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Panitia Agus Triyanto (26). “Selain silaturahmi Pelaksanaan Kongkur ini bertujuan untuk melestarikan ayam pelung di wilayah Barlingmascakeb, selain itu dari segi ekonomi khususnya peternak ayam pelung ketika sering diadakan acara seperti ini maka semakin meningkatnya permintaan sehingga harga ayam pelung baik kutukan, betina maupun ayam yang sudah berprestasi akan naik. Kenaikan harga anakan ayam pelung juga dipengaruhi oleh indukan-indukan yang berprestasi baik dikalangan lokal terlebih lagi berprestasi di tingkat nasional yang sering diadakan oleh HIPPAPN Pusat,”jelas Agus
Acara kongber seperti ini bagi para penghoby dapat dimanfaatkan untuk mencoba mental dan kualitas suara ayam pelung peliharaanya dalam rangka persiapan Kontes-Kontes Besar yang dijadwalkan oleh HIPPAPN. “Acara ini sangat bagus dilaksanakan, apalagi Juri yang didatangkan adalah juri dari pusat sehingga paham betul kualitas suara-suara ayam yang pantas untuk juara dan siap untuk bersaing di Kontes nasional terlebih lagi minggu depan di Garut dan Cianjur akan dilaksakan Kontes Nasional” kata Nurhadi (PNS) peserta dari Majenang Cilacap.
HIPPAPN merupakan wadah bagi para pelungers-pelungers di negeri ini, yang bertujuan untuk melestarikan ayam pelung dengan nilai kesenian yang tinggi. Diharapkan pihak pemerintahan maupun instansi yang berkaitan dengan Ayam baik Dinas Peternakan atau Fakultas Peternakan diseluruh penjuru negeri akan bekerja sama dengan HIPPAPN untuk bersama-sama melestarikan ayam pelung.
Sekilas Sejarah Ayam Pelung
Sejarah ayam pelung dimulai pada tahun 1850. Sebagaimana dikutip dari http://duniapelungdanunggasnusantara.blogspot.com, dalam sebuah cerita hikayat disebutkan bahwa pada awalnya Ayam pelung Berasal dari salah satu kampung di Kecamatan Warung kondang, Cianjur yang terletak di kaki Gunung Gede. Pada tahun 1850, di Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur ada seorang Kyai dan Petani bernama H. Djarkasih atau Mama Acih . Kyai Djarkasih pada suatu malam bermimpi bertemu dengan Eyang Suryakancana.
Raden Haji Suryakencana . yang nama lengkap beliau Raden Suryakencana Winata Mangkubumi merupakan seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Menurut babad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin dan hingga kini bersemayam di Gunung Gede.
Dalam mimpinya Kyai Djarkasih diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat mengambil seekor ayam, ketika pergi ke ladang untuk bercocok tanam, beliau melihat seekor anak ayam yang berbulu jarang. Teringat pada mimpinya beliau membawanya pulang ayam tersebut. Setelah ayam itu besar, ternyata berbeda dengan ayam kampung pada umumnya, yaitu bersuara sangat panjang dan besar serta berirama merdu. Kemudian Kyai Djarkasih menyebutnya dengan sebutan Ayam Pelung dan oleh beliau dikembangkan, dikawinkan dengan ayam betina biasa.
Maka dari itu Ayam Pelung menjadi ciri khas daerah Cianjur yang dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu hewan unggul asli Indonesia. Ayam Pelung memiliki tiga sifat genetik, yaitu suara berkokok yang panjang mengalun, pertumbuhannya cepat dan postur badannya yang besar. Secara fisik, ayam pelung ini memang terkesan besar, beratnya saja bisa mencapai 5-6 kg untuk ayam jantan dewasa dan tingginya antara 40 sampai 50 centimeter.
Dengan kelebihan itulah ayam pelung sering dijadikan arena kontes untuk dinilai, baik dari bentuk, warna dan suaranya. Pada mulanya kontes ini diselenggarakan antar teman yang sama-sama penggemar ayam pelung. Dahulu ajang ini disebut kongkur (conqour) dan sampai sekarang sebutan tersebut masih sering dipakai.
Dengan kelebihan itulah ayam pelung sering dijadikan arena kontes untuk dinilai, baik dari bentuk, warna dan suaranya. Pada mulanya kontes ini diselenggarakan antar teman yang sama-sama penggemar ayam pelung. Dahulu ajang ini disebut kongkur (conqour) dan sampai sekarang sebutan tersebut masih sering dipakai.
Kongkur biasanya diadakan antara bulan April sampai Juni dan diadakan di lapangan yang luas dan rimbun dari pepohonan serta tidak berisik. Biasanya setiap penyelenggaraan kongkur selalu ramai disaksikan oleh penduduk setempat. Kriterian penilaian mulai dari kesehatan, bentuk, umur, dan suara. Secara fisik ayam pelung tidak terlalu beda dengan ayam kampung biasa, yang menjadi ciri khas dan keunikan ayam pelung ini adalah suara berkokoknya. Bila ayam ini dirawat dan dilatih dengan baik, maka akan menghasilkan suara berkokoknya yang begitu merdu didengar. Ada yang berkokok dengan suara yang panjang, ada yang berirama dan ada juga yang bersuara unik di tengah kukurannya, contohnya “ela-elu-ela” “oooooook”
Kelebihan inilah yang menjadikan ayam pelung dikenal banyak orang, bahkan sampai keluar negeri. Untuk itulah, guna melestarikan dan mengangkat nama ayam pelung ini serta untuk memberikan daya tarik daerah, setiap tahun diadakan kontes ayam pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam pelung terbaik yang menjadi juara kontes harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Sekarang Ayam Pelung ini semakin terkenal dan cukup diminati oleh masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Seorang Putra Kaisar Jepang pernah berkunjung ke Warungkondang untuk melihat peternakan Ayam Pelung tersebut. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes Ayam Pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam Pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga jutaan rupiah.
Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara / kokokannya dengan posisi melengkung.
Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal indonesia yang mempunyai karakteristik khas, yang secara umum ciri ciri ayam pelung dapat digambarkan sebagai berikut :
- Badan: Besar dan kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal biasa)
- Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
- Pial: Besar, bulat dan memerah
- Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna merah dan berbentuk tunggal
- Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat
- Suara: Berkokok berirama, lebih merdu dan lebih panjang dibanding ayam jenis lainnya.
Bagi masyarakat Cianjur kokokan Ayam Pelung digunakan sebagai pertanda bahwa waktu untuk shalat subuh sudah tiba. Ada juga sebagian penduduk yang mempercayai bahwa memelihara Ayam Pelung dapat mendatangkan rezeki, ketentraman, dan kebahagiaan hidup, tentu jika Ayam Pelung tersebut dirawat dengan baik.***
Daftar Juara Kongber dan Silaturahmi Banjar Negara 9 Juni 2019
Kelas Pemula
Kategori Suara
1. Nama ayam Jembrung pemilik Akmal (Kab.Banjarnegara)
2. Nama Ayam TOPAN pemilik Aji (Ajibarang Kab.Banyumas)
3. Nama Ayam KABARET pemilik Poang (Ajibarang, Kab.Banyumas)
4. Nama Ayam JADI PRANA pemilik Irfan (Majenang, Kab.Cilacap
5. Nama Ayam Teja Pemilik Tri (Majenang, Kab.Cilacap)
6. Nama Ayam GANGGA Pemilik yono (Majenang, Kab.Cilacap).
7. Nama Ayam RAMU Pemilik Fuad (Kab.Kebumen).
Kategori Penampilan
1. Nama ayam IDAMAN pemilik Charis (Majenang, Kab.Cilacap)
2. Nama ayam BUKRO pemilik Budi (Kroya, Kab.Cilacap)
Kategori Bobot
1. Nama ayam Asoka Pemilik Irfan (Majenang, Kab.Cilacap).
Juara Kelas KEJORA = ayam yang sudah prestasi tingkat nasional
Suara
1. Nama Ayam MAHESA Pemilik Nurhadi (Majenang, Kab.Cilacap)
2. Nama Ayam BERKO Pemilik Tifa (Kab.Banjarnegara)
3. Nama Ayam ASOKA Pemilik Irfan (Majenang, Kab.Cilacap).
Penulis : Alief Einstein
Foto: Alief Einstein
2 Komentar
Top markotop
BalasHapus
BalasHapusMas Agus ada yg dijual ayam
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer