Generasi Milenial Kafapet Unsoed Mengadakan Diskusi Online : "yang Muda yang Beternak"

Suasana Ngadiskon

Jakarta, kafapet-unsoed.com. Generasi Milenial Keluarga Alumni Fakultas Peternakan (Kafapet) Unsoed melaksanakan acara Ngabuburit Diskusi online (Ngadiskon#1) dengan topik "yang Muda yang Beternak" melalui aplikasi Google Meet, Sabtu sore (16/5/2020).

Farid Dimyati
Menurut Koordinator Program Ngadiskon (Ngabuburit Diskusi Online), Farid Dimyati, mengatakan bahwa acara sengaja diadakan pada sore hari karena untuk mengisi kejenuhan generasi milenial saat menunggu waktu berbuka puasa.

"Tidak hanya untuk mengisi waktu ngabuburit sebenarnya, acara ini juga ditujukan untuk saling berbagi ilmu sehingga diskusi online ini memiliki nilai manfaat dan ibadah, apalagi sekarang ini sedang bulan puasa," jelasnya.

Menurutnya, sejak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar diberlakukan, anak milenial yang biasa mengisi waktu ngabuburit dengan jalan-jalan keluar rumah, saat ini tidak bisa lagi karena masih terjadi pandemi COVID-19.

"Momentum acara juga tepat, apalagi sekarang diimbau untuk banyak berdiam diri saja di dalam rumah. Sambil rebahan, milenial bisa ikut diskusi online dengan santai," jelas alumni Fakultas Peternakan Unsoed angkatan 2009 ini.

Narasumber yang dihadirkan berasal dari kalangan milenial yang terjun dalam budi daya hingga pelaku startup. Berikut narasumber yang membagikan pengalamannya dalam diskusi online kali ini yakni Arief Bismart, S.Pt (alumni Fapet Unsoed angkatan 2012 dan Owner Saudagar Farm), Rifai Dwi Prasetyo (mahasiswa Fapet Unsoed dan Owner Karimah Jaya Sejahtera Farm), serta Rendi Bagus Hikmawan, S.Pt (alumni Fapet Unsoed angkatan 2013 dan founder startup jualternak.com). Jalannya diskusi dipandu oleh Farid Dimyati (alumni Fapet Unsoed angkatan 2009).

Prof. Ismoyowati (Dekan Fapet Unsoed)

Diskusi online dibuka dengan sambutan oleh Prof. Ismoyowati selaku Dekan Fakultas Peternakan Unsoed. Dalam sambutannya, Ismoyowati mengatakan bahwa peternakan merupakan bidang strategis, sangat berperan penting dalam ketahanan pangan dan pendapatan negara. 

Menurutnya, kita harus memiliki inovasi untuk dapat bersaing dalam industri 4.0. Generasi milenial akan membawa perubahan positif untuk dunia peternakan Indonesia (efisiensi budi daya, distribusi dan pengolahan), berbekal inovasi kreatif dan dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat tentu hal itu akan terwujud.

Arief Bismart (owner Saudagar Farm)
Suasana diskusi santai yang dibawakan oleh Farid Dimyati menghasilkan atmosfer diskusi yang nyaman untuk narasumber dan audiens. Diskusi dimulai dengan pengalaman Arief Bismart, yang mengungkapkan dalam memulai bisnis ada dua hal yang penting yang harus dipersiapkan yaitu mental dan skill. 

Menurutnya mengapa dua hal ini menjadi penting, dalam berbisnis tentu banyak sekali risiko dalam setiap keputusan yang diambil. Keterampilan sangat diperlukan dalam menganalisa potensi dan peluang di lapangan yang akan menghasilkan keputusan minim risiko dan tepat sasaran. 

Rifai Dwi Prasetyo (Owner KArimah Jaya Sejahtera Farm)

Sementara itu, Rifai Dwi Prasetyo menambahkan untuk memulai usaha ada 3 hal yang harus diperhatikan untuk memulai budi daya yaitu pertama ketersediaan pakan. Menurutnya pakan memang merupakan biaya tetap yang persentasenya cukup besar yakni sekitar 70% dari biaya produksi sehingga sangat menentukan tujuan budi daya. 


Kedua yakni kandang, sebisa mungkin kita membuat kandang yang nyaman untuk ternak dengan biaya yang efisien dan ketiga adalah ternak yang akan dipelihara menyesuaikan tujuan pembudidayaan.

Rendi Bagus Himawwan (founder jualternak.com)
Tidak hanya peternak yang membagikan pengalamannya dalam diskusi, Rendi Bagus Hikmawan selaku founder jualternak.com memberikan pandangannya terhadap bisnis peternakan. Rendi memaparkan ide mendirikan jualternak.com berasal dari peluang masyarakat Indonesia yang sudah sadar internet. Pengguna internet di Indonesia termasuk dalam 5 besar dunia. Akan tetapi masih ada permasalahan yakni peternak masih sulit dalam penjualan, sehingga ia tergerak untuk membantu memfasilitasi peternak supaya lebih mudah memasarkan produknya.

Sesi tanya jawab tidak kalah menarik, antusiasme audiens sangat tinggi menghasilkan banyak pertanyaan. Kalangan mahasiswa pun turut aktif memberi pertanyaan, Ajeng Sanggita menanyakan tentang bagaimana cara untuk mengeksplorasi pakan. 

Pertanyaan tersebut kemudia ditanggapi oleh Rifai, menurutnya untuk mengeksplorasi pakan tentu kita harus mengetahui kebutuhan dari ternak sehingga kita bisa menentukan pakan yang berkualitas baik guna memenuhi kebutuhan nutrien. Ditambahkan oleh Bismart, bahwa pakan terbaik adalah pakan yang ada di sekitar kita untuk menekan biaya operasional.

Bagian pemasaran pun tak luput menjadi perhatian audiens. Masirom, alumni angkatan 1994, menanyakan bagaimana margin dan persaingan bisnis dalam bidang peternakan. Menurut Rifai, untuk margin bisnis domba dan kambing terkadang bergantung pada momen seperti Iduladha misalnya karena momen tersebutbisa menghasilkan profit besar. 

Senada dengan Rifai, Bismart menyatakan bahwa margin rata-rata berkisar 10%, sehingga untuk mendapatkan margin yang tinggi memang perlu meningkatkan kuantitas ternak. Lain halnya di bidang startup yang menganut sistem kerja sama untuk margin biasanya mark up pada harga jual yang memang menghasilkan keuntungan cukup tinggi. 

Persaingan bisnis dalam bidang peternakan, para narasumber sepakat bahwa peluang usaha masih sangat tinggi, terlebih lagi pangan merupakan kebutuhan pokok dari manusia dan jumlah pertambahan penduduk terus meningkat. Contohnya di Jabodetabek saja permintaannya sekitar 3000 ekor/bulan (data internal Saudagar Farm) tetapi Saudagar Farn baru bisa menyuplai 200-300 ekor per bulan.

Salah satu audien Budiyono (anggota Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) mengutarakan untuk margin paling besar memang di sektor pasca panen, untuk program aqiqah sendiri keuntungan bisa mencapai 300-400 ribu rupiah per ekor. Ia juga mengajak peternak muda untuk saling berkolaborasi.

Informasi tambahan dikemukakan oleh Heri, alumni senior yang kini bekerja di BBPTU HPT Baturraden, ada pakan ternak yang bisa dibudidayakan yang sudah dikembangkan oleh BBPTU HPT Baturraden seperti Indigofera yang memiliki protein 28-30% sehingga bisa dijadikan pilihan pakan bagi peternak. Kemudian Ia juga menginformasikan bahwa BBPTU HPT Baturraden sekarang sedang banyak menghasilkan anakan kambing perah Saanen yang kemungkinan akhir tahun sudah siap dijual.

Tanggapan Alumni Kafapet Unsoed terhadap diskusi sangat positif. Roni Fadilah yang merupakan Ketua Kafapet Jabodetabeksuci memberikan apresiasi dengan aktifnya generasi mileniai mengadakan kegiatan diskusi. Sebaiknya, milenial yang sudah terjun dalam berwirausaha seperti ini tidak hanya bercerita soal pengalaman saja tetapi juga bisa menawarkan paket bisnis untuk rekan alumni lain.Karena banyak alumni yang memiliki dana dan siap untuk berinvestasi, "ujarnya".

Roni Fadilah juga mengimbau kepada generasi milenial lebih aktif dan rajin bersilaturahmi dalam agenda Kafapet Unsoed. Begitu juga dengan Prof Mulyoto, sangat mengapresiasi dan memberikan motivasi untuk selalu mengasah kemampuan berpikir. 

Prof. Mulyoto juga mengatakan bahwa kita harus bisa menyediakan protein hewani yang murah dan terjangkau oleh masyarakat, jika protein hewani tidak terpenuhi maka generasi penerus kita (balita) perkembangan kecerdasannya tidak akan maksimal. Saatnya generasi milenial bergerak dan berinovasi memajukan peternakan Indonesia.




Penulis : Fajar Hidayat
Foto :  Fajar

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Diskusi yang menarik, mungkim bisa diadakan pelatihan buat freshgraduate bekal untuk jadi peternak di zaman milenial ini

    BalasHapus

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer