Mantan Menteri Luar Negeri
Timor Leste yang saat ini menjadi utusan FAO (Food and Agriculture Organization) untuk Mozambik, Hernani
Filomena Coelho da Silva turut hadir dalam halalbihalal virtual Keluarga Alumni
Fakultas Peternakan (Kafapet) Unsoed yang diselenggarakan pada Sabtu (13/6) lalu.
Melalui acara ini, Hernani berharap ada pelajaran yang dipetik selain
berkumpul dan bertukar informasi dengan
alumnus lain. “Mungkin, acara ini juga bisa menjadi semacam bussiness network untuk bidang
peternakan dan perdagangan,” harap alumnus Fakultas Peternakan Unsoed angkatan
’86 ini.
Dalam talkshow yang menjadi rangkaian acara
halalbihalal, Hernani sempat memberikan pandangan yang dikemukakan dalam sebuah
paparan khusus, dan dikirimkan ke redaktur www.Kafapet-Unsoed.com dengan judul ‘Peninjauan
Dari Segi Kebijakan’. “Serangan Covid-19 yang menjalar di tanah air juga
sedikit banyak mempengaruhi peternakan nasional. Saat ini, Indonesia tengah
melangkah menuju era kenormalan baru, atau yang lumrah disebut new normal. Penting untuk dipahami dan
disepakati, jika konteks kenormalan baru merupakan suatu hal yang ditinjau dari
dampak, serta solusi selama pandemi,” papar dia.
Hernani Filomena Coelho da Silva (dokumen Kafapet Unsoed) |
Beberapa tahun lalu, virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) juga sempat mewabah. Kemudian, solusi mengenai penanganan virus tersebut berhasil ditemukan. Harapannya, solusi terkait Covid-19 dapat segera ditemukan, layaknya SARS dan MERS.
Pengertian
dan kesepakatan konsep kenormalan baru, jika menilik kasus Covid-19 ini akan
berkutat pada sebelum ditemukannya obat dan vaksin, juga setelah ditemukannya
obat dan vasksin. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap tatanan
sosial, ekonomi, perdagangan, dan sektor lainnya. Termasuk di dalamnya adalah model
industri peternakan. Dampak korona terhadap demand
dan supply produk peternakan akan mengubah sedikit banyak pola produksi, gaya hidup, rantai nilai atau value chain, dan tentunya rantai pasok
atau supply chain.
Konsep Skala Prioritas
Hernani memberikan suatu konsep
tentang skala prioritas dalam mengambil kebijakan industri peternakan nasional.
Konsep ini dijabarkannya dalam pemahaman ketahanan pangan VS kedaulatan pangan.
Seolah-olah, masyarakat harus memilih antara dua pilihan, yakni konsep
antagonis atau konsep komplementer.
Pemilihan tersebut atas pertimbangan dari
beberapa faktor seperti konvergensi harga dari beberapa produk pertanian,
dampak gangguan terhadap nasional, regional dan produksi pangan global dan
rantai pasokan, efek dari krisis energi pada metode produksi pertanian, serta
tekanan pada sumber daya alam utama yakni air atau tanah. Sehingga, produksi
akan menjadi fleksibel dan tangguh.
Pada akhirnya, akan menemukan suatu model
untuk menghadapi risiko dan guncangan eksternal yang lebih memadai. Dari sinilah diperoleh sektoral hierarki prioritas pembangunan, yang kemudian akan
mengambil pilihan kebijakan industri peternakan nasional.
Perkuat Pondasi Kebijakan
Sekadar
renungan untuk kebijakan di Indonesia, bahwa setelah mewabahnya Covid-19 pada
Desember 2019 lalu di China, banyak desa di sana yang diisolasi untuk
mengendalikan penyebaran penyakit. Isolasi wilayah tersebut tentunya berdampak
signifikan pada sektor pertanian. Rupanya, bertani merupakan mata pencaharian
kebanyakan masyarakat di daerah tersebut. Pembentukan pondasi dan kebijakan
yang kuat digadang akan menyelamatkan perekonomian masyarakat. Dengan demikian,
salah satu upayanya adalah dengan menjaga usaha pertanian tetap beroperasi
sebagaimana mestinya.
Krisis
Covid-19 telah memberikan gambaran masing-masing negara dalam menciptakan dan
membangun kembali kebijakan, sistem produksi dan perilaku konsumsi. Yang
terpenting saat ini adalah keputusan mumpuni untuk masa depan cemerlang seluruh masyarakat.
“Pekerjaan
rumah kita bersama, adalah bagaimana mentransformasikan bisnis pertanian dan
peternakan menjadi inovasi yang lebih baik. Sehingga, mampu menyediakan pangan
berkelanjutan dan berkualitas baik,” kata Hernani mengingatkan.
Kebutuhan
pangan sudah pasti akan terus meningkat, sesuai dengan peningkatan penduduk di dunia. Perkembangan manusia dan perubahan demografis membawa sebuah
tantangan baru yang wajib mampu diatasi.
Harus menjadi catatan, bahwa sekitar
30 % produk yang dihasilkan dari ranah pertanian terbuang karena “food lost and food waste”. Hal tersebut
terjadi sejak panen hingga sampai ke tangan konsumen. Peningkatan pendapatan
masyarakat pun akan mempengaruhi pola konsumsi, disamping itu juga akan
memberikan harapan akan tumbuhnya sektor peternakan.
Pada
akhir pendapatnya, Hernani menuliskan suatu pesan dalam stretegi industri
peternakan. Yaitu: menciptakan kembali kebijakan, sistem produksi, dan perilaku
konsumsi.
Halalbhialal virtual Kafapet Unsoed (13/6) (dokumen Roni Fadilah) |
roni,ajeng
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer