"Save Peternak Rakyat Mandiri". Ini kata Mereka


Hiruk pikuk harga ayam niaga pedaging (lebih populer dengan sebutan ayam broiler) sering terdengar sampai sekarang. Harga pasar ayam broiler hidup sering sekali di bawah Harga Pokok Produksi (HPP), hal ini membuat para Peternak Rakyat Mandiri (PRM) "menjerit" karena mengalami kerugian yang sangat besar, bahkan sudah tidak terhitung PRM  yang gulung tikar (menutup usahanya). Permasalahan harga ini membuat PRM beberapa kali mengadakan demo, termasuk demo yang terbaru tgl  2 September 2020, PRM dari berbagai daerah bergabung melakukan demo di Kementan Jakarta.

Menanggapi permasalahan harga ayam broiler hidup di atas, di bawah ini beberapa pendapat dari akademisi baik dari Dosen maupun Mahasiswa yang tidak bersinggungan langsung dengan bisnis budidaya ayam broiler. Team Redaksi sengaja meminta pendapat dari para akademisi yang tidak bersinggungan langsung dengan usaha budi daya ayam broiler  untuk sekedar memberikan "Wacana yang berbeda" di luar lingkaran bisnis ayam broiler. Ini dia pendapat mereka ;

1. Pendapat Dr. Ir. Riyanti,.M.P. (Ketua Program Studi Peternakan Universitas Lampun, Lampung)

"Bahwa perlu kibijakan tingkat kementrian. Harga pakan diturunkan, via regulasi dan produksi dalam negeri. Harga doc dibuat batas harga maksimal. Teknologi budidaya ditingkatkan efisiensinya melalui penggunaan kandang closed house. Perlu roadmap jangka panjang. Tidak hanya kebijakan jangka pendek yang cuma mengatur supplai demand sesaat. Peternak mandiri berkumpul dalam satu unit agribisnis yang kompak. Tidak jalan sendiri-sendiri. Jangan jadi bos, jadi abk, jadi bakul sendiri sehingga terkapar sendiri. Untuk itu diperlukan patriotisme dari semua pihak" ujar Riyanti.

2. Dari Ir.Asep Tahyana, Sekolah Vokasi IPB, Bogor

"Harga ayam hidup di bawah hpp, sering terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama terutama  6 sampai 7 tahun terakhir.  Hal ini diakibatkan selama orang atau perusahan yang terlibat di dalam usaha ayam pedaging ini tidak sepenuhnya berkomitmen pada aturan yang telah di tetapkan bersama, contoh. kebutuhan dan ketersediaan Day Old Chicken (DOC) yang kerap sekali kurang seimbang, harga yang selalu diadu domba oleh broker (pedagang perantara) terhadap peternak satu dengan lainnya,  misalnya; peternak A menjual di bawah harga pasar ke salah satu pedagang (karena ayamnya yang kurang sehat), akan tetapi di sampaikan pedagang perantara tersebut ke peternak lain bahwa peternak A menjual harga di bawah standar pasar yang berlaku tanpa menyampaikan kondisi ayam yang dijualnya. 

Jadi solusinya adalah  semua pelaku bisnis harus bisa mentaati aturan-aturan yang telah disepakati dan peternak harus menjaga agar ayam yang diproduksi tetap bagus jadi tidak harus "terpaksa dijual di bawah standar" 

Teguh Sudaryatno, Peternak Cianjur


3.  Dr. Ir. Yohan Rusiyantono, (Universitas Tadulako, Palu)

Kalau menurut pemikiran Saya "banyak faktor yang perlu ditelaah, dan sangat komplek, salah satunya kemungkinan karena daya beli masyarakat yang meturun sehingga demand-nya rendah. Kondisi ini menyebabkan penawaran cenderung meningkat sehingga keseimbangan harga menjadi lebih rendah".

4.  Ir. Supranoto, MP (Universitas Wijaya Kusuma, Purwokerto)

Sepertinya sangat kompleks. Saya tidak tahu persis permasalahannya dimana. Belum berani mengambil pemikiran masukan tanpa ada data yang up to date. Perlu kajian yang komprehensif mulai dari Hulu sampai hilir, kebijakan (Regulasi) sekarang yang ada, income per kapita, kapasitas pasar dan sebaran populasi ayam itu sendiri.

Plus jelas broiler sebagai produk industri pasti mengikuti hukum "supply and demand". Tapi saya yakin perusahaan besar sudah berusaha mengerem produksi, dan pelonggaran status new normal permintaan daging perlahan meningkat. Jadi sampai akhir tahun harga akan terus membaik

Terakhir, saya berpendapat Peternak rakyat mandiri harus dibantu dan perusahaan besar harus menjadi partner yang baik, maju bersama itu indah.

5. Muhammad Aulia Reza (Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh)

Mengenai masalah anjloknya harga pasar ayam pedaging dipasaran sangatlah miris, saya selaku mahasiswa peternakan merasa sangat sedih terhadap hal tersebut. Harga ini anjlok tidak lain karena masalah yang terjadi terhadap Indonesia bahkan dunia. Pembatasan Sosial Berskala Besar inilah yang menyebabkannya. Menurut saya hal ini harus segera diselesaikan oleh pemerintah kita. Meskipun permendag nomor 7 tahun 2020 telah mengatur mengenai harga jual ayam pedaging ini namun belum berpengaruh secara maksimal. Mungkin pemerintah dapat membeli setiap dagangan peternak ini dan di alokasikan untuk konsumsi rekan2 medis kita yang juga sedang berjuang untuk negeri kita tercinta ini.

6.  Nurul Muawanah, (Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)

Harga jual daging ayam broiler biasanya banyak permainan pasarnya. maksudnya kalau peternak mandiri jelas sangat dirugikan melihat kondisi harga sekarang ini. Pemerintah khususnya dinas peternakan bisa turun langsung untuk survei melihat kondisi yg ada di lapangan. kasihan dong harga pakan dan obat, vaksin dan vitamin (OVK) tetep sama aja tapi harga jual broiler lebih rendah dari harga pokok produksi (HPP).

7. Achmad Romadhon, (Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari).

Gagasan saya terkait harga jual ayam yang menurun adalah dengan memperhatikan 2 hal yaitu : 

a. Pemerintah bisa menurunkan biaya produksi dari peternak, seperti kebijakan harga pakan, vaksin, dll sehingga harga pokok produksi bisa lebih efisien.

b. Pemerintah menyediakan Jaminan terhadap setiap peternak, sehingga peternak dapat terjamin keberlangsungan usahanya.

8. Denis Agita Meilana, (Ketua BEM Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto)

Kalo dari kacamata saya pribadi terkait harga ayam broiler dibawah hpp adalah Ketidak konsistenan dari pemerintah dan instrumen-instrumen yang ada didalamnya, karena isu ini terus mencuat berulang-ulang tanpa ada penyelesaian yang jelas dan konkret secara visioner. Bagi saya perlu adanya konsistensi disana baik dari permasalahan hulu sampai hilir karena tidak dapat langsung dan tidak mudah atau instan dengan stimulus uang. Serta meminta integrator lebih terbuka ke berbagai pihak, agar tidak ada kesan yang ditutup-tutupi baik dari jumlah populasi ayam atau kebutuhan konsumen. Sedikit banyaknya, problematika ayam dapat ditakar, karena dari awal suplai day old chicken (DOC) bisa diketahui karena kita memang hanya mengimpor great aprent stock (GPS) nya dan tidak semua bisa impor GPS itu. Oleh karena itu di ketatkan dari sektor itu yang nantinya akan berakibat pada telur yang dihasilkan sehingga bisa menekan populasi ayam final stock (FS) pada akhirnya.

Kedua kalo menurut saya perlu adanya segmentasi pasar karena distribusi lagi-lagi menjadi permasalahan di Indonesia tidak setiap daerah terutama daerah kecil merasakan hal yang sama biasanya. Perlu adanya segmentasi pasar memanfaatkan cold storage sehingga penyerapan life bird tidak hanya dari pasar becek tapi ada rantai dingin yang bermain disana.

9. Syafatur Rahman Al Gazali, (Mahasiswa, Jurusan Petetnakan, Universitas Tadulako, Palu)

 "Sebenarnya sebelum terjadi penurunan harga ayam broiler tersebut, seharusnya semua pihak terkait baik pihak pemerintah, perusahaan besar dan stake holder lainnya sudah bisa mengantisipasi ditinjau dari produksi DOC dan daya serap pasar. Informasi seperti ini perlu  disosialisasikan ke peternak-peternak, sehingga pihak peternak bisa mengatur jadwal DOC masuk (Chick In). Peran aktif pihak pemerintah menjadi titik krusial dalam hal ini, sebagai pembina peternak rakyat mandiri seharusnya Pemerintah lebih peduli dan aktif untuk menjaga kestabilan harga ayam di pasar. Perusahaan besar mempunyai segmen pasar sendiri, sehingga para peternak rakyat mandiri bisa tetap eksis berdampingan dengan perusahaan  besar. Kondisi sekarang ini sepertinya tidak ada keberpihakan dari pemerintah dan perusahaan besar, maka bisa dipahami mengapa para peternak rakyat mandiri demo karena harga jual mereka selalu di bawah harga pokok produksi. Peternak rakyat mandiri mengalami kerugian yang besar, Mereka perlu diselamatkan, karena penggerak perekonomian rakyat". 

Agus Fakhrudin, Peternak dari Bandung

10. Lilis Ambarwati, S.Pt,. M.P, (Universitas Sulawesi Barat, Majene, Sulbar)

"Regulasi tentang budidaya ayam broiler maupun tentang tataniaganya harus jelas, sehingga pemerintah betul-betul melindungi nasib para peternak mandiri. sebagai contohnya Pengaturan harga ayam hidup (livebird) betul-betul dipraktekan dan diawasi sehingga anjlognya harga ayam tidak terjadi lagi disetiap tahun. Perlu adanya  pengontrolan suplay dan demand untuk menjaga kestabilan harga. tak kalah pentingnya perlunya pengaturan segmentasi pasar antara coorporasi dan peternak mandiri" 

11. Dina Fitriani, S.Pt. (Alumni Universitas Djuanda, Ciawi, Bogor).

Kondisi seperti ini sudah sering terjadi, terus terulang karena solusi yang diberikan atau dalam penyelesaiannya belum maksimal. Selain dengan adanya kebijakan tingkat kementrian perlu adanya sinergitas antar semua pihak untuk penyelesaikan dan pembangunan sektor perunggasan, menyampingkan kompetisi dan mengedepankan kolaborasi serta inovasi.

12  Ir. Anis Wahdi, M.Si., (Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)

"Masalah hiruk pikuk harga ayam broiler sudah terjadi cukup lama, dan anehnya sampai sekarang masih terus terjadi. Sebenarnya sederhana saja, sebagai contoh di Kalsel dan sekitarnya, berdasarkan informasi dari Peternak Ayam di Banjarmasin, kebutuhan daging ayam broiler sekitar 120 ribu ekor atau setara 180 ton per hari. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka harga akan normal, suplay kurang harga akan naik, sebaliknya jika suplai melebihi kebutuhan pasar, maka harga langsung turun. Dari gambaran tersebut menunjukan salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk menstabilkan harga ayam broiler hidup adalah  Mengatur keseimbangan Suplay dan Demand. Siapa yang bisa mempengaruhi suplay pasar? Tentunya semua orang bisa menjawab, karena peternak rakyat mandiri mempunyai keterbatasan kapasitas usahanya". 

13. Dr. Lilis Hartati, S.Pt, MP, (Universitas Tidar, Magelang)

"Sebenernya  saya tidak begitu paham mata rantai pasok ayam broiler. Yang pasti, Harus ada pembenahan mata rantai pasar ayam broiler. Peternak rakyat mandiri harus diselamatkan. kayaknya penjual perantara (broker)  harus ditertibkan, jaga keseimbangan antara pasokan DOC dengan kemampuan daya serap pasar".


Dilain pihak, Para Peternak Rakyat sendiri mempunyai harapan besar agar harga stabil, tidak bergejolak dan tentunya selalu mendapatkan untung dari usaha yang dijalaninya. Beberapa pendapat dari peternak supaya harga ayam broiler stabil, diantaranya ;


 Teguh Sudaryatno, Peternak asal Cianjur, 


 "Supaya harga stabil dan Peternak Rakyat Mandiri untung, maka

 1. Perusahaan integrator harus menyelesaikan dari hulu ke hilir. Terutama di hilir yang  harus diselesaikan dulu, RPA dan pengolahan.

 2. Pasar tradisional kembalikan ke peternak rakyat mandiri

 3. Budidaya utk integrator dikurangi dulu sebelum siap dihilirnya.

 4. Integrator harus menjual produknya dalam bentuk karkas, bukan live bird.

 5. Integrator harus  berorientasi ke eksport

Agus Fakhrudin, Peternak dari Bandung

"Pendapat saya sih regulasi tentang perunggasan khususnya tentang budi daya ayam niaga pedaging harus ditinjau kembali supaya peternak bisa untung dan harus ada kuota DOC".


Subur Tri Hartono

Subur Tri Hartono, Peternak dari Banten

 "Integrator harusnya  tidak menjual di pasar tradisional. Kemudian diperlukan adanya pembatasan day old chicken (DOC) dan komersial farm integrator sehingga tidak menimbulkan efek over supply. Pemerintah minitikberatkan untuk budidaya dipegang peternak non integrator. Serta menggalakkan ekspor buat integrator dalam jual hasil budidayanya".


#Save peternak rakyat mandiri !!!



Penulis    : Roni dan Fajar

Foto       : Teguh Sudaryatno, Agus Fakhrudin dan Subur Tri Hartono

Posting Komentar

0 Komentar