Harga Ayam Anjlok, Peternak di Titik Nadir (Midola N. Siahaan - Universitas Padjadjaran)

                         

                                                  
Midola N. Siahaan (Universitas Padjadjaran)

Berbagai kontroversi sering berkembang di Indonesia mulai dari impor kerbau, pelarangan AGP (Antibiotic Growth Promoter), harga ayam yang tak pernah stabil dan kartel yang membekas hingga sekarang. Bung Karno pernah berujar, “Hidup matinya sebuah negara, ada di sektor pertanian negeri tersebut.” Peternakan yang merupakan bagian dari pertanian seringkali serasa dianaktirikan oleh pemerintah. Kasus yang serupa kerap melanda peternakan lagi dan lagi. Daging ayam yang merupakan komoditas pangan yang sering menjadi bahan dasar masakan khas Indonesia tak hentinya dilanda isu. Ditengah-tengah eksisnya daging ayam broiler di masyarakat Indonesia, tak disangka ada pihak yang menjerit hingga gulung tikar. Siapa lagi dia kalau bukan para peternak rakyat kita. Lalu bagaimana dengan penguasa bisnis ayam di Indonesia?

Harga ayam anjlok sudah menjadi makanan sehari-hari para peternak. Namun yang mengherankan, harga di tingkat peternak rendah tetapi di konsumen tetap bahkan bisa meningkat. Kejadian itu terus bergulir baik menjelang lebaran maupun sesudah lebaran. Lantas ke mana perginya keuntungan tersebut?

Beberapa waktu lalu harga livebird tingkat peternak berada pada kisaran Rp 8.000-10.000/kg BH. Harga livebird (LB) terendah pada minggu ke-3 bulan Juni 2019 terjadi di Jawa Tengah Rp 8.431, Jawa Timur Rp 10.140 dan Jawa Barat Rp 12.320/kg BH.  Tidak dapat dipungkiri harga tersebut berada di bawah harga acuan Permendag 96 tahun 2018 yaitu Rp 18.000/kg BH. Beberapa peternak mengalami kerugian terutama mereka yang mandiri tidak bermitra dengan perusahaan.Sedangkan kisaran harga produksi yang dapat memakan hingga Rp 18.000 membuat para peternak rakyat berada di titik nadir, menjerit gigit jari. Para peternak tidak menemukan jalan keluar, dijual rugi, ditahan malah nambah biaya pemeliharaan.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah, Pardjuni mengatakan, anjloknya harga daging ayam ras di pasaran lebih disebabkan melimpahnya suplai barang. Soal over suplai, komposisi peternak sekarang jauh berbeda dengan tahun 2009. Jika dulu komposisi peternak rakyat 80 persen dan integrator 20 persen. Namun saat ini komposisi itu berbalik. Integrator 80 persen sementara peternak rakyat hanya 20 persen.

Secara terpisah, pakar peternakan dari UGM Bambang Suwignyo mengatakan masalah harga sangat rendah ini berawal dari tidak adanya data yang riil dan akurat mengenai pasokan dan permintaan ayam di dalam negeri. Menurut Bambang, kalaupun perusahaan besar memiliki data produksi dan penjualan, namun data-data itu belum tentu bisa diakses publik, atau bahkan sulit diakses pemerintah. Menanggapi hal ini, Kepala Kantor Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Surabaya Dendy Rakhmad Sutrisno menyatakan, dalam masalah unggas pihaknya menemukan dua masalah. Yakni panjangnya mata rantai dari peternak sampai pembeli. Kemudian ketergantungan yang tinggi pada pelaku usaha tertentu. 

Rekam Jejak Anjloknya Harga Ayam

Pada tahun 2016 silam, kasus serupa menimpa peternakan Indonesia. Dalam dua pekan, harga ayam anjlok hingga Rp 12.500/ekor. Lalu pada Oktober 2016, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutus bersalah 12 perusahaan dalam praktik kartel ayam. Selama ini, biaya produksi, terutama pakan, yang diterima peternak mandiri jelas lebih mahal daripada integrator. Integrator sendiri merujuk pada perusahaan- perusahaan peternakan unggas yang terintegrasi, mulai dari produksi DOC, pakan ayam, obat, vaksin, sarana produksi ternak, ayam potong, hingga produk olahan ayam.

Melimpahnya pasokan ayam dari kandang integrator membuat harga ayam di kandang peternak mandiri anjlok. Di sisi lain, turunnya harga ayam di peternak tak diikuti dengan penyesuaian harga daging ayam potong di pedagang pasar.

Perilaku penjualan daging ayam ras broiler dari hampir seluruh pelaku usaha ayam ras broiler masih bermuara di pasar tradisional. Mereka melepas produk dalam bentuk hot karkas dan livebird sehingga rentan terhadap kelabihan pasokan dan "permainan" oleh pihak tertentu. Hal ini mengakibatkan disparitas harga yg besar antara produsen dan konsumen.

Secara umum harga ayam (livebird) sebagaimana komoditas lainnya bergantung dari supply and demand di pasaran. Perilaku konsumsi daging ayam terutama tingkat rumah tangga di sebagian besar wilayah di Indonesia bersifat seasonal (musiman). Terdapat bulan bulan tertentu seperti pada HBKN (Ramadhan, Idul Fitri, Natal dan tahun baru) tingkat permintaan daging ayam mengalami kenaikan sehingga harga mengalami peningkatan. Kebalikannya pada bulan bulan tertentu seperti Muharram (Syuro) masyarakat Jawa umumnya menghindari hajatan sehingga pengaruhi turunnya permintaan ayam.

UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur: (1) Perjanjian yang dilarang, misalnya praktek oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, dan sebagainya. (2) Kegiatan yang dilarang, misalnya praktek monopoli, praktek monopsoni, persekongkolan, dan sebagainya. (3) Penyalahgunaan posisi dominan seperti menguasai rangkaian produksi dari hulu hingga hilir.

Kemendag telah mematok harga acuan ayam di tingkat peternak sebesar Rp 18 ribu per kg melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018. Harga ayam saai itu anjlok jauh hingga dibawah HPP dan telah melewati batas Permendag.

Lantas Bagaimana Nasib Peternak Rakyat Kita?

Kerugian terbesar dialami peternak rakyat dan peternak mandiri, sedang peternak mitra masih terselamatkan dengan komitmen harga dengan perusahaan inti. Peternak rakyat sudah berada di titik nadir, hidup segan mati tak mau.

Peternak memusnahkan bibitan satu hari mau tidak mau, dan biasanya diberi buat makan ikan lele. Ayam broiler dibagikan gratis sebanyak 5.000 ekor. Peternak mengalami kerugian berlebih apabila tidak cepat dijual, mengingat usia efektif untuk menjual. Peternak ditaksir rugi hingga 700 miliar per bulan sehingga bukan hal yang mengejutkan banyak peternak mandiri yang gulung tikar. Siapa lagi yang mau beternak apabila merugi terus? Hal ini pasti akan berdampak kepada Pangan Indonesia, mau sampai kapan bergantung terus? Dari swasembada hingga kemandirian pangan, bidang pangan baik pertanian dan peternakan Indonesia terus terpuruk.

Tindakan strategis apa yang bisa diambil? Apalagi kalau bukan pemangkasan populasi, bagi-bagi ayam gratis, pembatasan produksi DOC hingga mengawasi peredaran daging yang dianggap tak pernah tuntas.

Lagi-lagi solusi itu hadir di saat terjadi masalah harga ayam. Ironisnya, bukan menjadi solusi tapi merupakan sebuah kepasrahan yang diterima setiap peternak. Melihat banyaknya peternak yang gulung tikar, pemerintah pun mengambil tindakan strategis.

Kementerian meminta Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (Arphuin) berkoordinasi dengan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) untuk membeli karkas dari peternak. Kementerian menyarankan agar perusahaan integrator, peternak mandiri, maupun peternak UMKM untuk membagikan livebird atau karkas kepada masyarakat yang membutuhkan. Pembagian karkas dengan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Untuk mengawasi peredaran stok daging ayam ras, Kemendag juga melakukan pengawasan stok daging ayam ras di seluruh gudang pendingin (cold storage) milik anggota Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPHU) khususnya di Jawa.

Harapannya ke depan, ada pendataan yang riil dan akurat mengenai pasokan dan permintaan ayam di dalam negeri. Kebijakan mengenai pembatasan produksi baik pada DOC maupun ayam hidup diawasi dengan ketat. Harga acuan dari hulu hingga hilir yang adil bagi seluruh pihak lebih dipertegas. Peninjauan terhadap peredaran daging ayam broiler dilakukan secara menyeluruh dan berkala. Kasus-kasus pihak yang melakukan pelanggaran atau persaingan tidak sehat, ditindaklanjuti dan diberi hukuman tegas. Pasar terbuka kepada seluruh pihak terutama peternak rakyat, agar peternak rakyat tidak kalah saing dengan perusahaan besar. Peternak diarahkan agar dapat melakukan pemasaran dengan platform online, memanfaatkan teknologi pemasaran digital. Peternak melalui asosiasi diharapkan lebih proaktif untuk membangun kerja sama pemasaran sehingga terbentuk ekosistem pemasaran ayam yang lebih menguntungkan.


Sumber Referensi :

Aria, Pingit. 2016. 12 Perusahaan Divonis Bersalah Melakukan Kartel Ayam. https://bisnis.tempo.co/read/812032/12-perusahaan-divonis-bersalah-melakukan-kartel-ayam/full&view=ok


Erliana Riady. 2019. Harga Ayam Anjlok, Ditjen PKH: Ini Kejahatan Ekonomi. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4600470/harga-ayam-anjlok-ditjen-pkh-ini-kejahatan-ekonomi.


Idris, Muhammad. 2017. Harga Ayam di Peternak Anjlok Jadi Rp 12.500/Ekor, Ini Penyebabnya. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3415189/harga-ayam-di-peternak-anjlok-jadi-rp-12500ekor-ini-penyebabnya


Liputan6.com. 2019. Pemerintah akan Selidiki Anjloknya Harga Ayam di Tingkat Peternak. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3998561/pemerintah-akan-selidiki-anjloknya-harga-ayam-di-tingkat-peternak


Khoer, Miftahul dan Hedi Ardhia. 2016. Dalam 2 Pekan Harga Ayam Anjlok 30%, Ulah Perusahaan Besar? https://ekonomi.bisnis.com/read/20160217/12/520082/dalam-2- pekan-harga-ayam-anjlok-30-ulah-perusahaan-besar


Nurmayanti. 2019. Peternak Ungkap Biang Keladi Harga Ayam Anjlok di Tingkat Peternak. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3998930/peternak-ungkap-biang-keladi- harga-ayam-anjlok-di-tingkat-peternak


Rizky Alika. 2019. Harga Ayam Anjlok, Peternak Ditaksir Rugi Rp 700 Miliar per Bulan. https://katadata.co.id/berita/2019/06/25/harga-ayam-anjlok-kerugian-peternak-ditaksir-rp-700-miliar-per-bulan


Samuel Pablo. 2019. Industri Peternakan Ayam Potong Rakyat Makin Memprihatinkan! https://www.cnbcindonesia.com/news/20190327161204-4-63249/industri-peternakan-ayam-potong-rakyat-makin-memprihatinkan


Siti Nur Azzura. 2019. Fakta-Fakta di Balik Anjloknya Harga Daging Ayam, Hingga Peternak Gulung Tikar. https://www.merdeka.com/uang/fakta-fakta-di-balik-anjloknya-harga-daging-ayam-hingga-peternak-gulung-tikar/afkir-dini.html

.

*Penulis adalah Midola N. Siahaan (Universitas Padjadjaran), yang merupakan peringkat ke-2 Lomba Menulis Artikel Ilmiah Populer dalam rangka Training Jurnalistik Tingkat Nasional Bersertifikat yang digelar oleh Kafapet Unsoed pada Sabtu (29/8). 





Posting Komentar

0 Komentar