PII dituntut tetap aktif selama pandemi Covid-19 |
Banyak negara di dunia, termasuk
Indonesia tengah berhadapan dengan krisis. Krisis di bidang ekonomi, sosial,
pendidikan serta kesehatan ini dimulai dari penetapan World Health Organization
(WHO) terhadap wabah COVID-19 sebagai pandemi.
Pertengahan Maret lalu, pemerintah mulai
menetapkan kebijakan melaksanakan work
from home (WFH). Kebijakan ini berdampak pada berbagai sektor, termasuk
sektor pendidikan, guru dan siswa terpaksa ‘dirumahkan’. Dengan tujuan untuk
mengurangi interaksi selama proses belajar-mengajar. Sebab ada kekhawatiran
semakin meluasnya penyebaran virus korona yang terjadi di sekolah.
Mendikbud, Nadiem Anwar Makarin pada
Selasa (24/3) menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19)1).
Sebagai alternatif untuk menjembatani proses pembelajaran di rumah. Mendikbud
menawarkan solusi untuk tetap melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode daring (dalam jaringan)/ jarak jauh.
Aktivitas dan tugas pembelajaran yang
diberikan oleh guru melalui media virtual pun bervariasi seperti lewat zoom, grup whatsApp, Telegram, Google
Meeting dan lain sebagainya atau disesuaikan dengan kondisi masing-masing
siswa.
Namun demikian proses belajar di rumah dengan menggunakan metode daring tidak lah mudah. Setidaknya ada beberapa kendala yang seringkali dialami, baik oleh siswa maupun guru di antaranya adalah disiplin pribadi siswa untuk belajar mandiri. Selain itu fasilitas serta sumber daya manusia yang terbatas serta masih terbatasnya akses internet di daerah-daerah terpencil terkesan menimbulkan masalah baru di dunia pendidikan.
Peran Pelajar Islam Indonesia
Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai
salah satu mata rantai perjuangan umat Islam yang bergerak di bidang pendidikan
dan kebudayaan turut mengalami dampak dari pandemi COVID-19. Kegiatan pelatihan,
kursus serta taklim terpaksa harus ditiadakan secara tatap muka dan digantikan
dengan metode daring. Bahkan momentum muktamar nasional terpaksa harus di tunda
pelaksanaannya.
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan
teman-teman Pelajar Islam Indonesia (PII) untuk tetap produktif selama masa
pandemi. Pertama, PII secara masif melakukan kegiatan webinar. Kegiatan
webinar tersebut bisa mengambil isu-isu terkait pelajar, kesehatan mental, dan beasiswa
pendidikan. Di saat yang sama PII perlu membuat wacana baru tentang peran
organisasi pelajar di masa pandemi.
Kegiatan webinar ini sangat bermanfaat.
Sebab membantu teman-teman pelajar untuk tetap produktif dengan meningkatkan
pengetahuan, dan yang paling penting tetap mampu menjalin silaturahmi dengan
sesame meskipun secara online. Kedua,
kegiatan internal organisasi seperti taklim, kursus, rapat internal dan
lain-lain tetap bisa diselenggarakan secara online.
Ketiga, membuat konten-konten melalui media
seperti YouTube, podcast, serta media
virtual lain yang memungkinkan. Konten tersebut bisa berupa video pembelajaran,
video tutorial, video musikal dan lain-lain. Hal tersebut dapat meningkatkan
skill para kader untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menuangkan ide dan
gagaannya serta membagikan ilmu pengetahuannya kepada yang lain.
Keempat, kader-kader PII juga perlu mengakomodasi
teman-teman pelajar yang mengalami kesulitan untuk mengakses internet, baik
secara individu atau bersama-sama, dan berkelompok. Para kader PII bisa menjadi
perantara bagi teman-teman pelajar lain yang tidak mendapatkan akses
pendidikan.
Banyak pembelajaran secara daring tidak bisa
dinikmati oleh seluruh pelajar terutama kalangan menengah ke bawah yang masih
terganjal masalah finansial dan jaringan untuk mengakses internet. Oleh karena
itu perlu adanya alternatif lain yang dapat memfasilitasi pelajar untuk tetap
belajar salah satunya dengan menyediakan rumah baca serta kelas belajar
sementara bagi pelajar yang terdampak pandemi COVID-19.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan bisa memupuk semangat serta rasa empati kita untuk saling membantu dan berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan di dunia pendidikan. Saya sadar, setiap perjuangan tentunya tidak mudah untuk dilalui sebab masing-masing organisasi memiliki kemampuan berbeda-beda dalam menjawab tantangan zaman.
Namun dengan adanya pandemi kita tetap
bisa bangkit dan bergerak ditengah situasi yang serba terbatas. Barangkali
sewaktu mengadakan webinar, peserta merasa bosan dengan materi yang disampaikan
maka kita perlu lebih berinovasi dalam menyampaikan suatu kajian. Selama ini masalah perizinan orangtua kerap menjadi
kendala saat harus mengikuti kegiatan PII. Melalui webinar lah teman-teman
pelajar tetap bisa berkontribusi untuk PII.
Pada pendahulu kita bisa jadi menghadapi situasi yang lebih memilukan di era mereka berjuang. Setiap zaman juga memiliki tantangan perjuangannya masing-masing, sehingga kita tidak memiliki alasan untuk berhenti berjuang. Bisa jadi mereka mengalami situasi yang lebih sulit dari sekarang, sehingga tidak ada alasan di tengah pandemi semangat kita berkurang. Ayo Bangkit PII.
Catatan kaki :
*Penulis adalah Deni Umi Rahmawati (Universitas Setia
Budi Surakarta), yang merupakan peringkat ke-3
Lomba Menulis Artikel Ilmiah Populer dalam rangka Training Jurnalistik
Tingkat Nasional Bersertifikat yang digelar oleh Kafapet Unsoed pada Sabtu
(29/8).
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer