Manajemen Periode Pasca Brooding Penentu Akhir Produksi Ayam


Kuliah Umum series #4 tentang Basic Sciences Manajemen Periode Pasca Brooding Penentu Akhir Produksi Ayam di Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), dengan pembicara Roni Fadilah telah dilakukan pada hari Sabtu, jam 08.00-10.30 WIB dengan peserta 63 orang terdiri dari Mahasiswa, Dosen Unsulbar, Alumni Fapetkan Unsulbar, Team Technical Support dari PT New Hope Indonesia, Jurnalis Kafapet-Unsoed.com  dan ada beberapa dari Keluarga Alumni Fapet Unsoed.

Peserta Kuliah Umum Series 4
Ibu Lilis Ambarwati membuka perkuliahan series #4, "Diharapkan mahasiswa semangat untuk menyimak perkuliahan umum yang dibawakan oleh Bapak Roni Fadilah, banyak dapat ilmu dan memberikan pencerahan tentang banyak sekali peluang untuk dijadikan bahan penelitian mahasiswa akhir" ujar Bu Lilis Ambarwati, sekaligus dosen Fapetkan Unsulbar.

Ciri khas Kuliah umum yang dibawakan oleh Roni Fadilah, di seksi pembukaan perkuliahan selalu disisipi dengan materi pengembangan karakter (Character Building). Pada seksi ini di bahas sekilas tentang :

-. Kepemimpinan (Leadership)

-. Komunikasi (Communication)

-. Pola Berpikir Kritis (Critical Thinking)

-. Penecahan Masalah (Problem Solving)

-. Kerja sama Team (Team Work)

Selain itu, disinggung juga tentang ciri ciri "Orang yang Menang vs Orang yang Kalah".


"Periode pasca brooding, merupakan kelanjutan proses pemeliharaan periode brooding", paparan Roni sebagai pembuka perkuliahan  masuk ke inti pembahasan. "Keberhasilan Periode Pasca Brooding sangat ditentukan oleh tingkat keberhasilan selama pemeliharaan periode brooding", tambah Roni. Namun demikian, dalam paparannya Roni menjelaskan lebih lanjut bahwa pemeliharaan selama periode pasca brooding harus ada upaya manajement pemeliharaan yang optimal supaya ayam tetap menghasilkan performa yang bagus. Oleh karena itu, disebut juga periode pasca brooding merupakan titik penentu hasil akhir performa ayam.

Kontrol faktor lingkungan (Mileu) di sekitar ayam salah satu kunci utama dalam manajemen pemeliharaan periode pasca brooding, selain kontrol nutrient intake, stress factors dan kontrol  penyakit.

Dalam paparan lebih lanjut, Faktor lingkungan yang perlu di kontrol yaitu Suhu, Kelembaban (Rh), Heat Indeks, ventilasi, litter, dan program lighting.



"Pada periode pasca brooding ini, ada hubungan terbalik antara bobot badan dengan suhu lingkungan, makin bertambah bobot badan ayam, maka suhu lingkungan sekitar kandang harus makin rendah", kata Roni dalam penjelasan tentang suhu lingkungan.

Grafik Hubungan Bobot Badan dengan Suhu

Dijelaskan secara khusus, tentang cara penanganan suhu tinggi untuk daerah tropis diataranya dengan cara memilih tipe kandang, pemakaian kipas, hujan buatan di atap, tehnik ayam supaya bergerak, dan siasat perubahan cara pemberian pakan.

Dalam kuliah umum ini, disinggung juga betapa pentingnya menjaga tingkat keseragaman ayam (uniformity), cara menghitung tingkat keseragaman dan cara menghitung Coeffisient of Variation (CV). "Tingkat keseragaman ayam (Uniformity) bisa digunakan sebagai indikator tingkat keberhasilan pemeliharaan ayam", ujar Roni.

Makalah terakhir perkuliahan dibahas tentang periode panen. Pembahasan dimulai dari awal menentukan jadwal panen, menentukan target ukuran ayam yang dipanen, serta lama ayam dipanen. Setelah selesai panen, dilakukan perhitungan Performa ayam yaitu Indeks Produksi (IP), atau Performance Numerical atau Europe Efficiency Factors (EEF) dengan menggunakan rumus :

((100 - Tingkat deplesi) x Rataan Berat (Kg) : FCR : Rataan umur panen (hari)) x 100

Faktor yang harus diketahui dulu dalam perhitungan di atas, yaitu :

1. Tingkat deplesi (persen mortalitas)

2. Rataan bobot (kg) ayam di panen

3. Feed Convertion Ratio (FCR)

4. Rataan umur panen (ayam)


Perkuliahan umum di akhiri dengan seksi diskusi atau tanya jawab. Hasil diskusi dicatat oleh Fajar Hidayat dari Kafapet-Unsoed.com dan Septian  Choirul Abidin dari Team Technical Support NHI, notulen diskusi sebagai berikut :

[1] Nurqholis

Q: Apa pengertian FCR harian, mingguan, dan kumulatif?

A: Perbedaan FCR harian, mingguan dan kumulatif sesuai dengan namanya, artinya FCR harian diperoleh dari data harian,  Rataan sampel BB hari itu dibagi pakan yang di pakai hari itu. Kalo FCR mingguan, yaitu pakan yang dikonsumsi dalam satu minggu itu, dibagi bobot ayam pada minggu yang dihitung, sedangkan FCR Kumulatif, perhitungan diperoleh dari total pakan yang diberikan sampai umur yang dihitung,  dengan pembagi total Bobot Badan ayam umur yang dihitung.

Begitupun cara perhitungan di ayam petelur, dengan menggunakan total berat telur yang diproduksi.

[ 2 ] Indar Dewi

Q: Bagaimana cara mengetahui konsumsi pakan (feed intake) tanpa menimbang konsumsi pakannya?

A: Cara yang dilajukan dengan menggunakan "Ditaksir". Contoh, pakan jadi dari pabrikan beratnya standard 50kg per karung, maka untuk mengetahui berapa konsumsi pakannya dengan cara menghitung berapa karung pakan yang dikasihkan ke ayam. Jika jumlah karung yang diberikan dan habis dikonsumsi semua, brati konsumsi pakannya jumlah karung pakan dikalikan 50 kg. 

Jika jumlah karung pakan yang diberikan, ternyata pakannya ada sisa, maka harus ditaksir perkiraan berapa kilo pakan sisa yang ada di tempat pakan tersebut.  Misal 10 sak (500 kg) pakan yang dikasih ke ayam, kemudian perkiraan total pakan sisa ada 50 kg, berarti konsumsi pakan (feed intake) sekitar 450 kg, jika dibagi dengan total populasi dalam kandang, didapat perkiraan feed intake pakan per ekor. 

[3] Taufiq

Q: Hasil penelitian dengan parameter performa (FCR dan ADG) ayam kampung super (ayam bangkok dengan ayam layer) kurang bagus, kenapa?

A: Untuk mengetahui jawabannya, sebaiknya digunakan pola berpikir kritis (Critical Thinking) yang telah diberikan pada perkuliahan sebelumnya. Diantaranya, perlu diperoleh informasi. Jenis Pakan apa yang digunakan?,  density nutrient pakannya, informasi saat DOC (BB, Uniformity, dan CV) datang. Perhatikan juga data lingkungan (Mileu), seperti  suhu dan kelembaban, serta heat index, dll. Dengan mengetahui info data tersebut, bisa mengarahkan jawaban yang ditanyakan kenapa gagal dalam pemeliharaan ayam kampung super tersebut.

[4] Ardiansyah

Q: Saya melihara ayam dara, umur 13 minggu, tetapi ayam terkena ND dan setelah ditreatmen juga, kondisi ayam tetap bermasalah,  bagaimana solusinya? Ayam pullet pernah terjadi gejala nyekrek,  umur 7 minggu tetapi tetap divaksin ND.

A: Sebelum melakukan vaksinasi ada persyaratan yang harus diikuti diantaranya, 1) ayam harus kondisi sehat, 2) pastikan vaksinnya benar (cek tanggal kadaluasa, cara penyimpanannya, dan handlingnya), 3) waktu pelaksanaan atau timing harus benar (umur, kesehatan, dan hasil test titter HI). 

Satu hal yang paling penting di farm yaitu Penentuan  program vaksinasi berdasarkan apa? Harus tau jelas alasannya dan termasuk pemilihan jenis vaksin yang akan digunakan. Selalu gunakan "Critical thinking" dalam setiap permasalahan yang dihadapi. 

Saran selanjutnya, sebelum di vaksin ND, sebaiknya test titter HI ND terdahulu, sehingga tahu percis menentukan kapan vaksin ND itu harus dilakukan. 

Q: Ada kasus gumboro, tapi kenapa virus ND tetep ikut pada gumboro?

A: Penyebab gumboro adalah virus, menyerang bagian bursal fabrisius (salah satu pusat kekebalan tubuh utama pada ayam), jika pusat kekebalan rusak, maka ayam tidak ada kekebalan dalam tubuhnya. jika ayam tidak punya kekebalan tubuh (Imun) bukan hanya ND, penyakit lainnya pun seperti CRD dll juga bisa menginfeksi ayam tersebut. Salah satu 

Kekebalan tubuh ayam akan terbentuk (Sistem imunitas) dengan sempurna jika tidak ada missmanagement selama brooding. 

[ 5 ] Mukhlan

Q: Kenapa penyakit E.Coli pasti ND, tapi ND belum tentu E.Coli?

A: Jika masalah veteriner  sebaiknya ditanyakan kepada yang lebih berwenang, tetapi memang kita sebagai sarjana peternakan harus banyak belahar tentang penyakit. Pada prinsifnya jika bicara masalah penyakit harus tahu dulu penyebabnya dulu (virus, bakterial, parasit, protozoa, dan dari non infeksi spt feed deficiency. 

Dalam posisi tersebut, penyakit bisa menginfeksi ayam secara  sendiri, misal CRD. Dan bisa juga bersama penyakit lainnya seperti Colibacillosis. Jika CRD murni, belum tentu ada colinya, jika CRD plus Colibacillosis, maka disebut CRD komplek (CCRD).


Penulis     : Roni

Foto        : Roni dan Septian

Editor      : Fajar Hidayat

Posting Komentar

0 Komentar