Basic Sciences : Breeder Management : Periode Laying - Kiat Mencapai Puncak Produksi (Peak Production)


Kesuksesan pemeliharaan ayam breeder periode laying dapat dilihat dari pencapaian puncak produksi (peak production) dengan presentasi telur tetas (Hatching Egg) yang tinggi dan DOC yang dihasilkan berkualitas. Banyak upaya yang saling berkesinambungan untuk mendapatkan telur tetas fertil dan DOC berkualitas. Diantaranya perlu memperhatikan manajemen pemeliharaan, mulai dari persiapan kandang, transfer pullet, program pencahayaan (Lighting Program), manajemen pakan (Feed Management), penanganan telur (Egg handling), program kesehatan dan vaksinasi sampai dengan pencatatan laporan (Recording). Topik tersebut diulas dalam kuliah umum mahasiswa vokasi Fapet Unsoed bersama Roni Fadilah selaku Marketing Service Manager PT New Hope Indonesia sekaligus ketua Kafapet Unsoed wilayah Jabodetabeksuci.


Perkuliahan tersebut membahas secara runut beberapa poin kunci (Key Points) yang harus diperhatikan selama periode produksi (Laying Period), yaitu :

A. Persiapan Kandang untuk Transfer Pullet.

Peralatan yang harus disiapkan dalam tahapan persiapan kandang yaitu slat, sangkar bertelur (nest), serta tempat pakan dan tempat minum. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam breeder periode produksi, yaitu ayam harus bertelur di dalam sangkar (nest) supaya kondisi telur tetas  selalu bersih dan layak untuk ditetaskan. Kapasitas nest pun perlu diperhatikan, yaitu 4-5 ekor per satu nest. Tujuannya adalah ayam dapat bertelur secara bergiliran dan mencegah terjadinya telur lantai (floor eggs) yang tidak layak ditetaskan.

B. Transfer Pullet

Saat proses transfer pullet, kunci penting yang harus diperhatikan yaitu kondisi ayam sehat, bobot badan (Body Weight) mencapai target dan seragam (Good Uniformity). Setelah Pullet ditransfer harus diberikan tambahan pakan di hari pertama sebanyak 150% dari standar guna mencegah susut bobot badan karena proses transfer atau pindah kandang. Kemudian ayam pun mulai diberikan foto stimulasi (Photo Stimulation) yaitu penambahan lama pencahayaan dan intensitas pencahayaan mulai umur 21 minggu. Tujuannya untuk mematangkan dan menyeragamkan pertumbuhan organ reproduksi supaya siap mengahasilkan telur secara bersamaan.

C. Manajemen Pemberian Pakan (Feed Management).

Pakan yang diberikan untuk ayam breeder periode produksi (Laying Petiod) disesuaikan dengan tingkatan produksi telur. Setiap jenis pakan memiliki tujuan masing-masing misalnya untuk menunjang puncak produksi maupun mengontrol pertambahan bobot badan. Poin penting yang menjadi perhatian adalah saat produksi telur mencapai puncak, saat itu pula puncak point feed diberikan. Kemudian diatur pemberian pakan setelah puncak produksi (Post peak production) secara teratur point feed dikurangi sejalan dengan penurunan produksi.


D. Penanganan Telur (Egg Handling)

Proses pengambilan telur, seleksi dan grading, kemudian proses penyimpanan sampai dengan setting di hatchery sangat berpengaruh terhadap daya tetas dan kualitas DOC yang dihasilkan. Berat telur perlu ditimbang setiap hari untuk mengetahui tren perkembangan berat telur sekaligus sebagai sinyal awal untuk melakukan tindakan perbaikan jika ditemukan telur dengan berat di atas atau di bawah standar.

E. Program Kesehatan

Kontrol kesehatan ayam dan program vaksinasi perlu dilakukan secara tepat guna untuk manjaga kesehatan ayam dan menunjang produksi yang optimal. Biosekuriti perlu dilaksanakan secara disiplin, vaksinasi saat periode pullet sudah lengkap, dan dilakukan pengulangan (revaksinasi) di periode produksi, rutin cek titer antibodi untuk mengetahui tingkat kekebalan ayam terhadap serangan penyakit. 

F. Pencatatan Data Produksi (Recording)

Recording pun perlu dilaksanakan rutin baik harian maupun mingguan untuk mengetahui capaian performa dan memudahkan pihak manajemen untuk melakukan perbaikan baik jangka pendek untuk periode ini maupun jangka panjang untuk periode pemeliharaan berikutnya.

Kuliah umum diakhiri dengan sesi diskusi. Pertanyaan muncul dari mahasiswa yaitu Rika Nurazizah yang menanyakan perbedaan feed intake dengan feed management. Feed intake merupakan bagian dari feed management. Feed intake menggambarkan pakan yang dikonsumsi oleh ayam, sedangkan feed manajgement merupakan manajamen pakan secara menyeluruh, mulai dari sebelum, saat, sampai dengan sesudah pemberian pakan. Pertanyaan lain datang dari Rahesta Zakia tentang “Berapa bobot DOC yang ideal agar produksi telurnya bagus?”. Bobot badan DOC yang baik yaitu antaa 37-42 gram/ekor, dengan berat ideal sekitar 40 gram/ekor nya. Rahesta pun bertanya “Jika bobot DOC <40 gram apakah perlu di-culling?”. Pertimbangan afkir tidak hanya melihat dari segi bobot badan. DOC dengan bobot 40 gram pun jika ditemukan abnormalitas seperti black navel, ompalitis dll pun masuk kategori culling. Sementara itu, jika bobot DOC 37, 38, atau 39 gram namun kondisinya baik dan tidak ditemukan abnormaltas, maka dapat dipertimbangkan untuk dipelihara. 

Dalam kesempatan ini juga dibahas oleh Roni bersama Dosen Unggas Fakultas Peternakan Unsoed (Dr.Rosidi, Prof. Elly dan Ir. Sigit) terkait kasus-kasus yang kerap terjadi di kalangan masyarakat baik breeding, telur tetas dan ayam komersil seperti keakuratan data populasi ayam, misleading tentang telur fertil serta isu penyuntikkan hormon pada ayam broiler yang menyebabkan percepatan tumbuh dari ayam. Kuliah umum dan ditutup oleh Dr.Rosidi, dosen senior dari Lab. Unggas, juga selaku panitia penyelenggara. 

Salam hangat dan sukses selalu.



Penulis : Amanda

Foto    : Fajar dan Roni

Posting Komentar

0 Komentar