Series #3. Basic Sciences “Hatchery Management : Memaksimalkan Daya Tetas dan Menghasilkan DOC Berkualitas”


Kuliah ini di buka oleh Dr Rosidi dan Prof. Elly Tugiyanti, dosen senior dari lab unggas, diikuti okeh l00 mahasiswa Fakultas  Peternakan Unsoed. Dalam pembukaannya Dr. Rosidi menyampaikan " tentang kealumnian, pemateri yakni Ir. Roni Fadilah merupakan sosok alumni yang sangat berdedikasi tinggi dalam pengabdiannya mengangkat citra baik Fapet Unsoed dan keluarga alumninya, sangat aktif di berbagai kegiatan alumni. Harapan kami, mahasiswa setelah lulus bisa mencontoh dari senior-senior alumni serta aktif bersilaturahmi dengan keluarga alumni tatkala sudah menjadi alumni". Ujar Rosidi.

Kuliah dimulai, sebagai pengantar pemateri menyampaikan dalam dunia perunggasan, DOC berkualitas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan farm pembibitan (Breeding Farm).  Kunci Utama (Key point) untuk mendapatkan DOC berkualitas terletak pada (1) Breeding farm (farm pembibitan) dan (2) Hatchery management (manajemen penetasan).  Breeding farm sudah dibahas pada pertemuan sebelumnya, maka kuliah umum 10 April 2021 pembahasan dilanjutkan mengenai hatchery management. 

Tolak ukur keberhasilan hatchery dilihat dari (1) persentase daya tetas dan (2) persentase telur fertil. Dalam hatcehry pun kita mengenal mesin tetas (Incubator) yang terdiri dari dua bagian yaitu Setter (mesin pengeram) dan Hatcher (mesin penetas). Mesin tetas perlu diperhatikan pengoperasiannya, mulai dari penentuan waktu inkubasi, penyusunan telur (Setting eggs), penentuan suhu dan kelembapan, pengaturan ventilasi (Air supplay), pemutaran telur (Turning), peneropongan telur (Candling), hingga penarikan ayam (pull chick) dan seleksi DOC.

1. Penentuan Waktu Inkubasi 

Secara umum lama inkubasi telur ayam adalah 21 hari. Waktu ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan kapan telur tetas akan disusun dan kapan DOC akan dipanen (pull chick). Umur telur tetas pun berpengaruh terhadap lamanya waktu inkubasi yang diperlukan. Semakin lama umur simpan telur tetas, maka semakin lama waktu inkubasi yang diperlukan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi waktu lamanya inkubasi adalah umur breeder, ukuran telur, settingan suhu di hatchery, dan penyakit di breeder.

2. Penyusunan Telur (Setting eggs)

Setting telur di dalam mesin tetas harus disesuaikan dengan jenis rak yang digunakan. Telur disusun pada rak dan trolly untuk diinkubasi dengan cara dan waktu berbeda-beda. Umumnya dibagi 3 model yaitu multistage fixed rack, multistage buggy loading, dan single stage buggy loading. Jumlah telur yang disusun pun disesuaikan dengan kapasitas hatcher dan rencana pull chick per minggunya.



3. Penentuan Suhu dan Kelembapan

Embrio di dalam telur perlu suhu dan kelembapan tertentu supaya dapat tumbuh dengan optimal. Kondisi inkubator yang ideal untuk penetasan yaitu suhu 37,7 °C – 38,0 °C dengan kelembapan 50-60% (setter) dan 65% (hatcher). Suhu inkubator tersebur harus sama dengan suhu yang terukur pada kerabang telur tetas, sebab akan berpengaruh pada daya tetas dan kualitas DOC yang dihasilkan.



4. Pengaturan Ventilasi (Air supplay)

Ventilasi pada mesin tetas berfungsi menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Pengaturan ventilasi perlu diperhatikan dengan cermat sebab penurunan kadar oksigen atau peningkatan kadar karbon dioksida dapat mempengaruhi daya tetas bahkan menyebabkan kematian embrio. Suplay udara (Oksigen) paling sedikit diperlukan 8,5 m³ per jam per 1000 butir telur.



5. Pemutaran Telur (Turning)

Telur tetas perlu diputar setiap harinya minimal 3-5 kali dengan kemiringan 30-40 ° hingga umur 18 hari. Tujuannya yaitu agar suhu dan kelembapan merata ke seluruh bagian telur dan embrio tidak menempel pada salaput kerabang.



6. Penoropongan Telur (Cundling) dan Transfer

Pada umur 18 hari, telur yang sedang ditetaskan perlu dicek fertilitas atau kematian embrionya. Caranya dengan candling (peneropongan) dan dilihat perbedaan warna telur yang nampak. Telur-telur yang lolos candling lalu ditransfer ke mesin hatcher untuk siap menetas tiga hari kemudian. Saat di mesin hatcher, suhu dan kelembapan pun perlu disatur supaya DOC berhasil menetas. Suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memengaruhi lamannya the hatch window (jendela penetasan) dan pada akhirnya berpengaruh pada kualitas dan agka kematian DOC.



7. Pull Chick dan Seleksi

Setelah semua ayam menetas, segera diambil dari mesin hatcher. Ayam lalu diseleksi dan di-grading berdasarkan kualitasnya seperti refleks, kondisi pusar, kondisi kaki dan panjang tubuh. Ayam yang layak dijual disebut Salable Chick. DOC yang lalu dimasukkan ke dalam box untuk siap dikirim menuju kandang pemeliharaan.



Setelah sesi pemaparan materi berakhir, muncul pertanyaan kritis dari para mahasiswa. Nida M. Zalzabila bertanya mengenai “Apakah di sela-sela waktu penetasan dilakukan pembersihan atau desinfeksi?”. Tentu saja, pembersihan dilakukan setiap saat. Desinfektan yang digunakan dalam hatchery yaitu desinfektan yang bersifat  punya daya kerja yang kuat dan lama bertahan reaksinya (long acting) dan non korosif, sehingga dapat bekerja dalam waktu yang lama dengan frekuensi desinfeksi yang lebih sedikit, misalnya hidrogen peroksida (H2O2). Nida pun bertanya kembali terkait kebersihan personil di hatchery. Personil di hatchery sangat memperhatikan kebersihan, menggunakan pakaian khusus dan selalu melalui tahap sanitasi di setiap tahapan kerjanya.

Pertanyaan lain muncul dari Safira yang menanyakan kasus DOC umur 1 hari yang terinfeksi E. coli. Kasus tersebut dapat terjadi karena telur sudah terkontaminasi di breeding farm dan bisa juga karena kontaminasi dari lingkungan hatchery. Oleh karena itu, penting sekali memperhatikan kebersihan telur yang akan ditetaskan. Sebagai contoh jika ditemukan floor eggs (telur lantai), sebaiknya tidak ditetaskan sebab risiko kontaminasi mikroorganismenya tinggi.

 Kuliah ini ditutup oleh Dr Rosidi dan Prof. Elly Tugiyanti, dosen senior dari lab unggas rasa terimakasih dan sangat mengapresiasi kepada pemateri serta berbagai pihak terkait yang menyukseskan kegiatan perkuliahan.


Penulis    : Amanda

Editor     : Roni

Foto       : Fajar

Posting Komentar

0 Komentar