Sebagai bentuk kecintaan dan kepedulian terhadap almamater, alumni Fapet Unsoed sekaligus ketua Kafapet Jabodetabeksuci Ir. Roni Fadilah, S.E., IPU kembali membagikan ilmunya melalui kuliah umum kepada mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed pada hari Sabtu, 19 Juni 2021. Kuliah umum dengan tema perkembangan industri perunggasan di Indonesia ini dihadiri lebih dari 25 mahasiswa dan dipandu oleh Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P. dan Ir. Imam Suswoyo M.Agr.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah industri perunggasan.
Roni memulai paparannya dengan menjelaskan sejarah revolusi industri, yaitu :
1. Revolusi industi 1.0 (1750 – 1850) terjadi saat ditemukannya mesin uap. Penemuan ini berdampak besar pada bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi dan teknologi.
2. Revolusi industri 2.0 (awal abad ke-20) adalah saat ditemukannya tenaga listrik serta penggunaan conveyor belt untuk menggantikan mesin uap. Mobil, pesawat, tank serta senjata mulai diproduksi secara masal. Pada masa ini masyarakat agraris berubah menjadi masyarakat industri.
3. Revolusi industri 3.0 (akhir abad ke-20) saat ditemukannya komputer dan robot. Fungsi manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi di industri mulai digantikan oleh komputer dan robot.
4. Revolusi industri 4.0 (awal abad ke-21) adalah era penggabungan teknologi otomatis dengan teknologi cyber. Hal tersebut berkaitan dengan sistem cyber-fisik, Internet of Think (IoT), cloud computing, dan cognitive computing. Revolusi industri 4.0 menanamkan kecerdasan buatan yang dapat menghubungkan teknologi dengan berbagai bidang kehidupan manusia. Dengan berkembangnya revolusi industri 4.0, lahir pula konsep society 5.0 dengan tujuan mengoptimalkan peran teknologi guna kesejahteraan umat manusia.
Lantas bagaimana perkembangan industri dunia perunggasan?
Di era revolusi industri 4.0 ini dunia perunggasan sudah semakin maju dengan menerapkan digitalisasi berbasis Internet of Things (IoT), big data, machine learning, artificial intelligence (AI), advanced robotic dan sharing economy. Adapun perkembangan yang dapat diamati yaitu :
1. Berorientasi kepada kebutuhan pelanggan (Costumers Need Oriented)
Hal ini didasarkan pada pergeseran pola konsumen. Konsumen masa lalu biasanya hanya mengkonsumsi, sedangkan konsumen masa kini tidak hanya mengonsumsi produk tapi juga mengonsumsi konten. Mereka pun dapat membagikan pengalaman mereka terhadap suatu produk melalui berbagai jenis paltform media sosial yang ada.
2. Beradaptasi dengan IT dan digital
Pemanfaatan teknologi dalam industri perunggasan diantaranya diterapkan pada :
(a) Chicken Pedigree
Beberapa fitur aplikasi bisa memonitor sifat yang menjadi indikator dalam pemuliaan unggas misalnya : 1) Rangka; 2) daging/telur ; 3) fungsi cardiovascular; 4) sifat genetik; dan 5) formasi kaki. Teknologi digital digunakan karena pada Chicken Pedegree memerlukan keakuratan data yang sangat tinggi dan memerlukan waktu pemuliaan sekitar 4-5 tahun.
(b) Breeding Farm
Penggunaan software digital sangat diperlukan dalam management breeding, antara lain berkaitan dengan : 1) Genetic tracking; 2) Manajemen kandang; 3) Produksi; 4) Sistem pelaporan; 5) Situasi farm 6) Mesin grading telur tetas, serta 7) Sistem perkandangan.
(c) Closed House System
Aplikasi teknologi digital pada kandang sistem tertutup ini menggunakan fitur-fitur yang sangat memudahkan pengaturan kondisi lingkungan di dalam kandang (micro climates) supaya unggas berada pada zona nyaman (comfort zone). Fitur digital digunakan untuk mengatur suhu, kelembapan, kecepatan angin, pencahayaan, feeding, kontrol amonia, dan fitur lainnya yang disesuaikan kebutuhan user.
(d). Aplikasi digital pada feedmill
Industri pakan banyak menerapkan teknologi misalnya dalam proses penerimaan bahan baku, produksi, kontrol kualitas, pengemasan, penimbangan serta pendistribusian. Global Positioning System (GPS) juga digunakan, misalnya untuk tracking pengiriman pakan, bahan baku, dokemen dan lainnya sehingga posisinya bisa diketahui.
3. Memanfaatkan big data dan jaringan
Dengan adanya aplikasi tekhnologi digital berbasis Internet of Things (IoT) dan tekonolgi Artificial Intelegent (AI) semua data dapat disimpan dengan mudah pada sistem Cloud dengan fasilitas semua data tersimpan di big data. Hal ini membuat kontrol lingkungan (MILEU) bisa lebih masif serta data yang diperoleh bisa dimonitor secara real time. Pihak manajemen sekarang bisa melihat dan mengevaluasi kondisi farm secara langsung walaupun tidak berada dikandang dengan bantuan Closed Circuit Television (CCTV) dan aplikasi berbasis android.
4. Konektifitas hulu dan hilir (Integrated)Guna mambangun dan meningkatkan daya saing produk, industri perunggasan yang terintegrasi dari hulu sampai hilir mulai berkembang. Adanya integrasi ini dipercaya dapat meminimalkan risiko produksi dan risiko ekonomi, sebab proses produksi mulai dari hulu misalnya industri pembibitan sampai dengan hilir berada pada satu keputusan manajemen yang sama.
Materi kuliah yang sangat menarik mengundang banyak pertanyaan kritis dari mahasiswa.
Azizah Salsa bertanya “Bagaimana cara industri perunggasan di Indonesia mampu bersaing dengan daging impor?" Pertanyaan serupa datang dari Dimas N.P. bertanya “Bagaimana caranya supaya peternakan skala kecil bisa keep up dengan industri 4.0? Apa yang harus dilakukan?” Menanggapi hal tersebut, Roni menjelaskan bahwa "perlunya efisiensi dari segi biaya produksi. Hal ini bisa dicapai dengan pemanfaatan perkembangan tekhnologi tepat guna dalam bida perunggasan".
Rener Fadillah bertanya “Perkembangan industri perunggasan semakin pesat namun peternakan mandiri semakin sedikit dari tahun ke tahun. Apakah perkembangan dunia peternakan di Indonesia itu bagus atau tidak ya?” Peluang berwirausaha di bidang perunggasan masih sangat terbuka, menilik kesadaran konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih rendah, ini merupakan sebuah peluang bagi kita insan peternakan. "Ujar Roni".
Pertanyaan lain muncul dari Fahri Darda “Alur penjualan ayam kan lebih baik melaliu RPA terlebih dahulu, tapi di Indonesia sendiri RPA masih sangat terbatas, lalu apa solusi yang harus dilakukan?” Di Indonesia sekarang bertahap banyak peternak yang memiliki RPA, sehingga rantai distribusi bisa lebih efisien, hal ini juga yang kita harapkan sehingga bisa memotong biaya transportasi.
Kuliah umum ditutup oleh Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P. “Terima kasih banyak kami haturkan kepada Pak Roni dan tim, serta PT New Hope Indonesia yang sudah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada para mahasiswa. Kuliah umum ini pada dasarnya bertujuan mengurangi ‘gap’ antara kampus dengan kondisi industri peternakan real di lapangan. Semoga apa yang sudah di-sharing-kan dapat bermanfaat bagi adik-adik mahasiswa dan menjadi amal jariah untuk pak Roni”, ujar Elly. Ir. Imam Suswoyo M.Agr.Sc menambahkan “Kuliah umum seperti ini sangat bermanfaat dan semoga dapat berlanjut untuk kedepannya”.
Penulis : Amanda
Editor : Roni
Foto : Fajar
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer