Belajar “Hospitality” sampai Sidney

 

Hospitality, secara sederhana bisa diartikan sebagai keramahtamahan, adalah salah satu nilai yang dipegang secara kukuh oleh Prof. Rubiyanto Misman.

Ketika itu Australia memasuki musim gugur tahun 1991. Prof. Rubiyanto Misman bersama sekitar 30 rombongan pada bulan Maret itu melakukan perjalanan ke Negeri Kanguru. Di Sidney Prof. Rubi tertegung dengan satu program studi di kampus University of Western Sidney.


Rubiyanto Misman menemani Sultan HB IX

Program studi tersebut bernama Hospitality Management. Apakah ini program studi terkait kedokteran atau sejenisnya? Begitu Prof. Rubi bertanya dalam hati.

Ternyata apa yang ia pikirkan berbeda jauh dengan pengertian sebenarnya. Program studi tersebut mengajarkan mengenai ‘manajemen’ keramahtamahan dalam pelayanan.

Merujuk satu catatan di satu laman online, hospitality atau keramahtamahan dipahami sebagai pelayanan pelanggan dengan sepenuh rasa hormat dan rasa kemanusiaan. Ungkapan ‘melayani sepenuh hati’ dapat memperjelas pengertian hospitality management.

Akan tetapi, sesudah memahami pengertian program studi tersebut, Prof. Rubi mengingat kembali apa yang pernah ia pelajari. Pelajaran yang dimaksudkan adalah pelajaran yang ia alami atas tugas-tugas yang pernah diberikan oleh dua rektor pertama; Rektor Kolonel CHK R.F. Soedardi SH (1965-1974) dan Brigjen Drs. Soedaman Hadisoetjipto (masa jabatan tahun 1974-1982).

Dalam refleksi Prof. Rubi, dua rektor tersebut tanpa ia sadar mengajarinya soal hospitality. Setiap kali ada tamu-tamu penting dari Jakarta, Prof. Rubi diminta menjadi penyambut tamu. Dari situ ia berdiri sama tinggi dengan para pejabat. Pada saat yang sama Prof. Rubi juga belajar keramahtamahan.

Ketika itu Rubi masih sebagai mahasiswa. Rektor Pak Dardi sering mengajak Rubi untuk menemaninya dalam kegiatan inspeksi proyek-proyek bangunan Unsoed. Kegiatan berlangsung pagi. Mereka berdua akan mengendarai jeep. Rubi menjadi sopir.

Uniknya, untuk hal ini, Pak Dardi sebagai rektor tidak menunggu di rumah. Ia membawa jeep tersebut ke tempat Rubi indekos. Seorang rektor datang dan menjemput mahasiswanya!

Bukan mahasiswa yang datang ke tempat tinggal rektor tetapi sebaliknya. Dalam pandangan Prof. Rubi hal-hal itu bertolak dari semangat hospitality management.

Semangat dan nilai keramahtamahan tersebut kemudian dipegang teguh Prof. Rubi. Ada banyak orang bisa menceritakan perhatian dan pelayanan Prof. Rubi secara pribadi. Bahkan, dalam satu dua hari setelah Prof. Rubi meninggal, cerita-cerita semacam itu membanjiri WAG alumni berbagai fakultas di Unsoed. Cerita yang sama juga banyak disimpan oleh karyawan yang pernah berinteraksi dengan Prof. Rubi.

Drs. Sigit Wibowo, S.S., M.M., salah satu mantan Kepala Biro Administrasi masa Prof. Rubi menjabat rektor bercerita bagaimana Prof. Rubi begitu memperhatikan soal relasi pribadi. Ketika itu ia mendapat kabar mertuanya di Purbalingga meninggal dunia. Sigit masih disibukkan beberapa urusan di Purwokerto. Ketika ia pulang ke rumah mertua, betapa ia kaget, Pak Rubi sudah ada di rumah.

“Malu saya ketika itu,” ungkap Sigit.

Sebuah ungkapan bijak mengatakan, hanya orang yang pernah menerima cinta yang dapat membagi dan memberikan cinta.

Pada diri Prof. Rubi, ia pernah mendapatkan kelimpahan perhatian dan pengkaderan dari dua rektor pertama yang sekaligus mentornya. Pada giliran ketika Prof. Rubi memiliki peran penting baik sebagai dekan maupun rektor, ia melakukan hal yang sama. Memberi perhatian sepenuhnya kepada siapa saja. Dalam ungkapan seorang mantan aktivis yang sekarang menjadi jurnalis, Prof. Rubi “ngewongke”.

Maka, bila Anda pernah tersapa secara pribadi, merasakan praksis keramahtamahan Prof. Rubi, sekaranglah saatnya untuk kembali meneguhkan: akan meniru dan meneladaninya. Kita tidak perlu belajar soal hospitality atau keramahtamahan sampai Sidney. Kita telah mendapatkannya langsung dari Prof. Rubi.

Selamat jalan Prof. Rubiyanto Misman. Terima kasih atas segala teladan yang pernah engkau tunjukkan.

 

Sutriyono

Penulis buku biografi Prof. Rubiyanto Misman – Memenuhi Penggilan Almamater (JB Publisher, 2017)

 

Posting Komentar

1 Komentar

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer