Suatu ketika keluarga Laila mengadakan pesta di rumahnya. Semua warga diundang. Namun tidak dengan Qaiz (Majnun). Tapi Qaiz yang tidak diundang menyusup saja ikut masuk ke rumah Laila. Seperti halnya yang lain sedang mengantre, Qaiz juga ikut antre.
Nah, waktu dia antre, yang membagikan piring kan Laila, dengan dia ikut antre, maka dia bisa memandang wajah Laila gadis pujaannya. Waktu pas dia dapat giliran, Laila ini bukannya memberi makanan ke Qaiz, tapi piringnya Qaiz malah dibanting sampai pecah.
Keluarga Laila senang karena menganggap Laila sudah sadar. Orang-orang yang melihatnya juga senang. Tapi ada satu orang yang heran, kok bisa Qaiz ikut-ikutan senang padahal sudah dipermalukan di depan banyak orang.
Orang itu lantas tanya, "Qaiz, kenapa kamu masih tersenyum padahal kamu habis dipermalukan di depan semua warga desa," tanyanya heran.
"Loh kapan saya dipermalukan, tadi lho pas Laila mecahin piring itu tujuannya hanya satu, agar aku ikut antrian lagi. Kalau aku ikut antrian lagi, kita bisa ketemu lagi, kita bisa berlama-lama saling memandang sehingga rinduku bisa terobati," jawabnya.
Kisah ini sebenarnya sindiran untuk manusia bahwa ketika Allah memberikan ujian atau kesusahan kepada manusia, bisa jadi karena Allah sedang rindu ingin berlama-lama dengan kita. Jadi jangan salah paham dulu. Oleh karena itu cintailah Allah dengan rasa cinta. Manusia tidak akan kecewa dan akan putus asa karena banyak rahasia di balik itu.
Saya menaruh hormat kepada para sastrawan sufi yang bisa membungkus cerita ketuhanan tapi dengan gaya romantisme jenaka seperti Laila Majnun ini. Hebat!
Tabik.
Penulis : Farid
Foto : http://milenialis.id
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer