Across the Dip


Jakarta, kafapet-unsoed.com - Seth Godin, penulis buku-buku bisnis, - beberapa menjadi best seller, menulis buku The Dip.  Dalam beberapa kamus, Dip diartikan sebagai jalan menurun, celupan, membaca cepat, mandi, mempelajari dan sebagainya.  Saya menerjemahkannya dengan masa-masa sulit.


Saat kita menekuni pekerjaan atau bisnis baru, dalam waktu sesaat saja, akan muncul semacam euphoria yang menyenangkan.  Hanya sekedar perasaan sih, karena biasanya pekerjaan atau bisnis baru, sungguh jauh dari keuntungan yang besar.


Di masa euphoria itu, seringkali muncul rasa bahagia.  Entah karena lepas dari rutinitas di kantor lama, atau bebas dari perintah bos yang otoriter.  Tapi seringkali rasa itu dibarengi dengan penyangkalan (denial) yang menggunakan kutipan dari para motivator, misalnya nggak lagi jadi orang gajian, bisnis jalan yang punya jalan-jalan, et cetera.


Cepat atau lambat, kita akan berhadapan dengan masa-masa sulit.  Kesulitan menjual produk, lambatnya pengembangan pasar, keuntungan yang tidak memadai, setidaknya menantang kita pada dua pilihan utama: melanjutkan bisnis (dengan kerja lebih keras plus kreativitas tinggi), atau berhenti.


Faktanya, harapan kerap tidak sesuai kenyataan.  Kalau saat masih bekerja, di akhir bulan bisa dapat gaji dengan besaran gaji tertentu, saat bisnis sendiri, - di saat awal, besaran gaji itu hampir pasti tidak bisa dicapai dari keuntungan bisnis.  Bahkan, sulit menyamainya dalam waktu satu tahun berbisnis.  Tidak menutup kemungkinan, tabungan pun tergerus karena pendapatan minus.  Dalam posisi ini, godaan besar untuk kembali bekerja dan terima gaji lagi!


Di masa-masa sulit itu, dibutuhkan persistensi.  Di sana ada kerja keras plus kreativitas yang kemudian berkembang menjadi kerja lebih cerdas.  Ada proses adaptasi dari kehidupan lama (berpenghasilan tetap) ke kehidupan baru (tetap berpenghasilan, walau dimulai dari jumlah yang lebih kecil).  Bukan tidak mungkin, ada gerutu atau omelan anak dan istri yang harus berubah gaya hidup, dan bisa berdampak lebih jauh lagi.


Biasanya sih, jika kita mampu melewati masa-masa sulit itu, pintu sukses, - hampir pasti, sudah di depan mata.  Sesiapa yang berani menghadapi segala kemungkinan terburuk, dialah yang paling mungkin merasakan yang terbaik.  Kalau nggak berani, di bagian akhir kehidupan, kita bakal menghadapi kesulitan yang lebih buruk lagi.


Penulis dan Foto Eksklusif : Zainal Abidin

Posting Komentar

0 Komentar