Kilas Balik UP3 Fapet Unsoed; Berawal dari Diskusi Aspirasi Mahasiswa

Adila Haqi,
pendiri ASMA
Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Awal tahun 1986 beberapa mahasiswa Fapet Unsoed angkatan 1985 semester 2 berdiskusi santai di sebuah ruang  kuliah di Kampus Grendeng Purwokerto.

Seorang mahasiwa berkacamata maju ke depan membuka diskusi dengan menjelaskan topik tentang gerakan “anti protein hewani” di  beberapa negara.

Mahasiswa penggagas diskusi peternakan itu bernama Adila Haqi, mahasiswa asal Brebes. Dari kegesitannya menjalankan kegiatan, mahasiswa baru ini tampak sudah terbiasa aktif dan kreatif mengelola kegiatan dikusi semenjak SMA. Kemampuan public speakingnya sangat bagus, dan mampu mengajak mahasiswa lain untuk bergabung diskusi, di tengah-tengah kepadatan tugas kuliah.

 Dengan referensi yang cukup lengkap, Adila Haqi menyatakan, beberapa kelompok di negara maju berpendapat bahwa protein nabati sudah mencukupi kebutuhan protein tubuh, tidak perlu protein hewani. Hal ini bertentangan dengan materi kuliah di Fakultas Peternakan yang hampir setiap dosen menegaskan pentingnya bidang peternakan sebagai penyedia protein hewani yang mengandung asam amino esensial yang tidak dimiliki sumber protein nabati. Sembari berkelakar dia mengatakan, jika gerakan ini berkembang, maka masa depan peternakan semakin suram.

 Singkat cerita, diskusi santai tapi berbobot ini terus bergulir setiap minggu sekali. Semula peserta hanya sekitar 5 orang berkembang menjadi 10 dan terus bertambah, hingga kemudian menjadi kelompok bernama Aspirasi Mahasiswa, disingkat ASMA. Dalam mempublikasikan kegiatannya ASMA juga menerbitkan Majalah Dinding "Mading ASMA" yang pada waktu itu majalah dinding adalah media populer di kampus maupun sekolah menengah. Belakangan Mading ASMA itulah yang menginspirasi terbentuknya majalah Husbandry.

Dalam waktu singkat ASMA bahkan berhasil membuat seminar antara lain membahas kebijakan peternakan di wilayah Banyumas dan beberapa topik lainnya.

Oya, karena keterbatasan ruangan kelas di Fapet saat itu, sempat juga diskusi berlangsung di emperan sebuah laboratorium, di tengah rintik hujan. Aneh juga para mahasiswa tetap setia mengikuti acara. Padahal jelas-jelas ini murni kegiatan mahasiswa,  bukan tugas kuliah.

Adila Haqi sebaga Ketua ASMA sangat pandai mengolah topik sekaligus menjadi pemandu diskusi. Padahal saat itu ilmu yang didapat dari kuliah masih sangat terbatas.

Kelompok ASMA juga berhasil menggagas dan melakukan survei konsumsi protein hewani mahasiswa Unsoed. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebenarnya konsumsi protein hewani mahasiswa Unsoed di semua fakultas sudah mencukupi kebutuhan sesuai standar gizi.

Penelitian dimotori oleh Dul sukur (85) yang dengan gigih dan tanpa risih menimbang setiap lauk yang dikonsumsi para mahasiswa. Dia timbang berat sebelum dimakan dan berat tulang belulang yang tidak termakan. Dengan semangat heroik ia menyelusuri dari satu warung makan ke warung makan lainnya, menunggu para mahasiswa makan  untuk mengumpulkan data tanpa bayaran bahkan tanpa menambah nilai akademis apapun selain hanya keinginan untuk mengetahui apakah para mahasiswa sudah tercukupi protein hewani nya.

Beruntung Ir Agus Marmono (alm), dosen statistik, membantu metode survey dan pengolahan data. Lagi-lagi, kegiatan ini terasa terlalu berat karena saat itu tim ASMA semuanya mahasiswa yunior yang belum mengikuti kuliah statistik dan metodologi penelitian. Mungkin kalau kuliah jaman sekarang, ini yang namanya praktek Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Topik hasil perjuangan Dul Sukur muda dan teman-temannya ini diseminarkan di ruang seminar perpustakan Unsoed, tempat seminar paling elit saat itu, pesertanya seluruh perwakilan fakultas dan dibuka oleh Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Mardiprapto SH.

Saking aktifnya melakukan diskusi, ASMA sempat dicurigai beberapa pihak sebagai kelompok yang mengarah pada diskusi sensitif seperti kritik terhadap kebijakan kampus. Salah satunya adalah tulisan Waeyanto yang mempertanyakan harga diktat terlalu mahal sehingga sang pimpinan redaksi harus berurusan dengan sebuah Lab dan mendapatkan sangsi Nilai E untuk mata kuliah tertentu.

ASMA juga dicurigai sebagai kelompok kritis yang berseberangan dengan kebijakan pemerintah waktu itu. Maklum saat itu semua kegiatan mahasiswa mendapat pantauan ketat secara diam-diam dari pihak berwajib.

Johan Rifai, foto saat mahasiswa

Akhirnya tahun 1987 bersamaan dengan pembentukan Pengurus Senat Mahasiswa Fapet yang dipimpin oleh Joni (angkatan 1984), ASMA resmi berubah nama menjadi UP3 (Unit Penelitian dan Pengembangan Peternakan), yang merupakan unit kegiatan di bawah Ketua Senat Mahasiswa Bidang penalaran yang dipimpin oleh Bambang Suharno (1985). Ketua UP3 pertama adalah Johan Rifai (angkatan 86). Sedangkan di kepengurusan SEMA Bidang Penalaran, Dul Sukur (85) bertindak sebagai kordinator/pembina UP3 dan UPM (Unit Pengabdian Masyarakat)

Bagai gayung bersambut, pengurus BPM waktu itu yang dinahkodai Saeful (84) sebagai ketua umum dan Waeyanto (85) sebagai Sekretaris Umum sangat mendukung kelahiran UP3 ini.

Kegiatan perdana sekaligus sebagai peresmian berdirinya UP3 ditandai dengan kegiatan berjudul Temu wicara antara peternak, perusahaan pakan ternak dan dinas peternakan se karesidenan Banyumas pada tanggal 3 April 1988

UP3 lantas berkembang semakin pesat dan menjadi wadah dan sarana mahasiswa Fapet yang gemar berkecimpung di dunia penalaran.

Tercatat beberapa mahasiswa pernah mempresentasikan karya ilmiahnya di forum Seminar UP3 yang rutin diselenggarakan sebulan sekali. Diantaranya adalah Yosi Darniati (86), Minto Raharjo (86), Tjatur Lukito (86), Inji Rochyati (86), Suparji (1985), Abdul Haris (85) Rahmi Mardiningsih (87), Murtiningsih (87) dan lain-lain.

Dihubungi Redaksi Kafapet-Unsoed.com Adila Haqi yang saat ini tinggal di Purwokerto menceritakan, saat pembentukan UP3 dirinya tengah sibuk mendirikan UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam) Unsoed dan dirinya sering mendapat tugas mewakili Unsoed menghadiri Lembaga Dakwah Kampus di IKIP Malang, Solahudin UGM, Salman Bandung dan lain-lain . Ia bersyukur UP3 yang semula ASMA berkembang di bawah kepengurusan Senat Mahasiswa pimpinan Joni, yang kemudian terus berkembang hingga saat ini. Adapun Johan Rifai yang sekarang sebagai anggota DPRD Kota Semarang mengaku bersyukur ikut menjadi bagian dari sejarah UP3. "Rasanya indah banget ya mas mengenang masa itu (era UP3)," ujar Johan kepada redaksi, mengenang padatnya kegiatan sebagai ketua UP3 pertama.   


Pengurus UP3 juga aktif menyelenggarakan berbagai seminar dengan topik yang hangat di masyarakat, antara lain seminar dengan tema Peternakan Menyongsong tahun 2000 pada tanggal 26 Maret 1989 yang membahas perunggasan nasional dengan menghadirkan pejabat pemerintah dan Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) HM Alie Abubakar, serta seminar lainnya.

UP3 juga sering menjadi delegasi kampus di berbagai kegiatan ilmiah antara lain Seminar nasional agribisnis di UGM, Seminar Ilmiah di UNS Surakarta. UP3 juga aktif di acara Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan Indonesia (TIMPI) di Malang dan berbagai kegiatan lainnya. 

Di era berikutnya di sejumlah kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmih Nasional, UP3 mewakili kampus sering mendapatkan prestasi yang membanggakan, dan sejumlah seminar nasional sering digelar UP3 dengan menghadirkan tokoh-tokoh nasional. 

Sebagaimana diberitakan website ini, tanggal 5 Juni 2022 lalu UP3 sukses menggelar Soedirman Event Of Animal Husbandy 5.0 (SEARY 5.0) dengan tema "Membangun Jiwa Socioagropreneur Generasi Muda di Era Digital yang Kompetitif". Acara webinar nasional ini berhasilmenghadirkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno.  

Selamat berkarya mahasiswa UP3, semoga semangat heroik di era kelahirannya,  dapat menambah motivasi untuk terus berkarya semakin hebat.***

Penulis : Bambang Suharno & Waeyanto
Sumber : wawancara dengan Adila Haqi, Johan Rifai, Dulsukur dan pengalaman penulis
Foto : Adila Haqi dan Johan Rifai


Posting Komentar

2 Komentar

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer