Jakarta, kafapet-unsoed.com - ‘Mami, Mami. Suara auman bangsa harimau tidak merdu seperti burung nuri atau ketilang. Seandainya saja suara ini bisa semerdu burung-burung cantik itu …’ anak harimau berandai-andai di hadapan ibunya, induk harimau.
‘Tidak mungkin nak. Kita bukan bangsa burung bersuara merdu. Tuhan menciptakan kita sebagai bangsa harimau yang berwibawa. Auman ini menjadi suara legendaris yang membuat gentar para calon mangsa kita. Tidak perlu rendah diri dengan auman ini, anakku’ jawab induk harimau dengan lantang.
‘Tapi, Mami. Kenapa bangsa harimau memiliki gigi taring ini? Sungguh mengganggu pandangan. Tanpa gigi taring ini, sebenarnya kita bisa tampil di hadapan binatang lain dengan penampilan lebih menawan?’ tanya anak harimau lagi dengan rasa ingin tahu yang dalam.
‘Ooooh, tidak begitu nak. Justru keberadaan gigi taring itulah yang membuat kita, bangsa harimau menjadi penguasa. Sejak dahulu kala kita terkenal dengan sebutan Raja Hutan, nak,’ jawab induk harimau, bangga.
‘Wah. Hebat sekali ya, Mam. Lalu, mengapa di setiap jari kita harus ada kuku yang tajam, Mami? Kuku-kuku ini sungguh mengganggu saat kita berjalan …’ anak harimau kembali bertanya kepada induknya.
‘Nak, kuku-kuku yang tajam inilah yang telah membuat gentar binatang lain di seantero jagad raya ini. Kuku-kuku ini mampu mencengkeram dan melukai binatang lain yang mencoba melawan kita. Dengan kuku-kuku tajam inilah bangsa kita mampu mengukuhkan diri sebagai penguasa rimba …’ jawab sang ibu makin jumawa.
‘Wah, kalau begitu, hebat sekali bangsa harimau seperti kita, ya Mami?’ tanya anak harimau penuh selidik.
‘Tentu nak. Tuhan telah menciptakan kita dengan sempurna. Semua yang kita miliki, sungguh menunjang eksistensi kita sebagai bangsa penguasa rimba. Bangsa kita terkenal sebagai raja rimba sejak dulu, nak …’ jawab induk harimau dengan bangganya.
‘Mami, Mami. Pertanyaan terakhir, Mami. Dengan semua kelebihan itu, tentunya kita bisa hidup bebas. Tapi, kenapa sejak aku lahir, kita tidak pernah keluar dari kandang di kebun binatang ini?’ tanya anak harimau lagi.
‘Betul nak. Sebabnya adalah, kunci kandang ini dipegang oleh penjaga kandang, dan kita harus patuh kepada mereka supaya bisa terus dapat jatah makan …’ jawab induk harimau dengan nada lemah.
Aha … Kafapet members. Banyak di antara kita yang sangat sadar telah memiliki banyak potensi. Sayangnya, potensi itu dalam keadaan terkunci, yang secara umum dikenal sebagai mental block. Kuncinya, mungkin ada di tangan orang lain, seperti cerita di atas. Tapi besar kemungkinan, kunci itu justru ada di tangan anda sendiri.
Beranilah ke luar kandang untuk membuka kunci-kunci potensi diri, agar mampu menjadi apa yang anda inginkan.
Be the Mental Block Breaker!
Penulis : Zainal Abidin
Foto : Pixabay
Zainal Abidin, alumni Fapet Unsoed angkatan 1987. Untuk membaca lebih banyak, silakan mengunjungi zainalabidin.net
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer