Pasca Pandemi Museum Sebagai Ruang Publik

Drs.Siswanto, MA. (Alumni Fakultas Biologi Unsoed angkatan 1981 dan Pamong Budaya Ahli Utama Permuseuman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek).

Kafapet-unsoed.com. Hari Museum Indonesia 12 Oktober. Museum yang melestarikan dan menyimpan koleksi sebagai bukti-bukti tentang keanekaragaman alam dan sumber dayanya, tentang sejarah alam dan peristiwa-peristiwa alamnya, sejarah peradaban bangsa, sejarah tokoh, sejarah perjuangan atau kejayaan maupun sejarah kelam suatu bangsa, sejarah kebudayaan, sampai teknologi dan lainnya. Karena museum itu sebagai gudangnya informasi dan pada peringatan hari Museum Indonesia tanggal 12 Oktober, berikut hasil bincang-bincang Koordinator Sistem Informasi Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum. dengan Drs.Siswanto,MA. (Alumni Fakultas Biologi Unsoed angkatan 1981 dan Fungsional di bidang Permuseuman pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek).

1. Daring dan Luring

Saat ini Drs.Siswanto, MA. sebagai Pamong Budaya Ahli Utama Permuseuman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek menjelaskan bahwa sudah saatnya di tahun 2022 museum-museum harus kembali bangkit kembali menyapa dan melayani pengunjung setelah dua tahun menahan dan membatasi diri. Seiring dengan perkembangan baik penanganan pandemi dan kerinduan masyarakat untuk beraktivitas kembali. Kalau dahulu ada  kekhawatiran para pengelola museum agar tidak “gulung tikar” karena pandemi, mereka lalu bergerak menciptakan semangat bahwa bagaimana caranya agar “bendera museum harus tetap berkibar”. Maka, kini dampak positifnya dirasakan bahwa menyapa dan melayani para sahabat museum dapat dilakukan berbagai cara. Dan cara-cara tersebut kini dapat dilanjutkan dan dikembangkan, yaitu cara untuk menyapa pengunjung melalui daring (online), maka kini saatnya kedua cara daring dan luring dapat dilaksanakan.

2. Rekreasi ke Museum

Menurut Drs.Siswanto,MA. (mantan Kepala Museum Nasional Indonesia 2017-2020, Jakarta Pusat) bahwa moment yang menarik lain saat ini bagi pengelola  museum harusnya bisa menangkap dengan cerdas, dan ditambah dengan kebiasaan masyarakat kita yang gemar berinteraksi satu sama lain. Pada dua tahun terakhir masyarakat telah menahan keinginannya karena tidak bisa berkumpul, tidak boleh berekreasi, tidak bisa bepergian, dan sebagainya  tentu menumpuk kejenuhan. Berkunjung ke museum adalah salah satu bentuk rekreasi yang dapat mengobati kejenuhan mereka. Di museum mereka dapat berinteraksi antar pengunjung satu sama lain, interaksi dengan koleksi, interaksi dengan lingkungan dan suasana museum.

Interaksi dalam kunjungan museum ini yang mempunyai rasa berbeda dibanding hanya  memperoleh informasi koleksi museum lewat daring (virtual). Informasi virtual memang ada kelebihannya, namun dari sisi cita rasa atau taste nya berbeda bila kita bisa berkunjung langsung berinteraksi dengan objek dan lingkungannya. Di sinilah unsur “rekreasi” mendapat hal yang sebenarnya, bahwa ke museum itu ada yang didapatkan (ilmu pengetahuan) dan ada yang dirasakan (interaksi).


3. Museum Dibuka Kembali

Drs.Siswanto,MA. yang juga alumni S2 Magister Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, Yogyakarta mengatakan perlu diapresiasi, karena beberapa museum telah membuka kembali untuk kunjungan publik baik sepenuhnya maupun bertahap. Contoh, pada bulan September 2022 yang lalu kami mengikuti pembukaan “Pameran Budaya Melayu” yang diselenggarakan selama 10 hari oleh Museum Siginjei Provinsi Jambi. Untuk menarik dan memulihkan kembali kunjungan di antara  mereka membuat atraksi-atraksi, acara pameran, lomba dan sejenisnya. Hal seperti ini tentu tidak bermasalah bagi museum-museum yang mapan dan siap dalam hal penganggaran dan tenaganya. Tetapi bagi museum yang penganggarannya banyak tergantung pada pemasukan tiket akan terasa. Akibat pandemi mereka istirahat kunjungan sehingga tidak ada pemasukan secara finansial, apalagi karena pandemi terpaksa mengurangi petugas atau PHK pegawainya.

Drs.Siswanto, lMA. bersama Gubernur Jambi Dr.H.Al Haris,S.Sos.,MH. saat pengguntingan pita “Pameran Budaya Melayu” di Museum Siginjei Jambi, 10 September 2022.

4. Museum Sebagai Ruang Publik

Selanjutnya Drs.Siswanto,MA. mengatakan bahwa museum sebagai ruang publik, adalah sebuah gagasan lawas dalam upaya pemberdayaan atau pemanfaatan museum jangan hanya sebagai etalase benda kuna atau benda konservasi saja. Namun bagaimana museum selain sebagai ruang rekreasi dan edukatif kultural tetapi sebagai ruang ekspresif dan interaktif menyatu dengan masyarakat. Pemberdayaan potensi museum seperti koleksi, sarana gedung, galeri, perpustakaan, dan sarana lingkungan luar gedung lainnya semaksimal mungkin untuk pengunjung dan komunitas masyarakat.

5. Museum Setelah Pandemi

Drs.Siswanto,MA. teringat dalam sebuah webinar tentang “Museum Setelah Pandemi” pada pertengahan tahun 2020 oleh Unesco bersama ICCROM, di mana mereka mengadakan jajak pendapat elektronik, yang ternyata 65% museum tidak menyadari potensi mereka untuk memberi manfaat bagi komunitas dan masyarakat pada umumnya. Kemudian jajak pendapat kedua bahwa publik memilih prioritas untuk museum adalah karena: teknologi informasi baru, pameran yang melibatkan masyarakat, dekolonisasi warisan, dan industri kreatif. 

6. Museum Wajib Menyapa Masyarakat

Oleh karena itu, Drs.Siswanto,MA. menambahkan bahwa dengan menyadari hal tersebut pada pasca pandemi ini museum-museum kita wajib kembali bangkit menyapa masyarakat dengan potensi sember daya yang ada, dan sebaliknya mengajak masyarakat dan komunitas untuk memberdayakan museum sebagai ruang publik. Ayo ramaikan lingkungan museum dengan kegiatan-kegiatan budaya, selebrasi kebudayaan, pameran-pameran kontemporer, festival kuliner, dan kegiatan publik lain asal tidak bertentangan dengan norma-norma permuseuman. Kalau bukan kita siapa lagi?

Salam “Museum di Hatiku”



Penulis    : Ir.Alief Einstein,M.Hum

Foto         : Ir.Alief Einstein,M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar