Upaya Mitigasi Risiko pada Rantai Pasokan Susu Perah


Kafapet-unsoed.com. Seperti yang kita ketahui, susu adalah sumber pangan yang tinggi dan lengkap kandungan gizi dan memiliki nilai tinggi yang baik untuk masa pertumbuhan dan kesehatan. Kendati demikian, susu juga mudah rusak karena bakteri yang mengontaminasi susu pada saat proses pemerahan. Selain itu juga menjadi media ideal untuk bakteri bisa berkembang cepat. 

Pengolahan susu menjadi produk olahan bertujuan untuk menghasilkan produk yang dapat disimpan lebih lama sebelum dikonsumsi.

Masalah selanjutnya terkait pada aktivitas distribusi susu sapi perah. Distribusi susu perah secara tak langsung dimana proses susu sapi perah yang sampai ke pelanggan dari supplier melalui perantara manufakturer dan retailer agar susu sapi perah sampai ke pelanggan. Proses ini memakan waktu cukup lama sehingga dapat mengakibatkan standar kualitas susu sapi perah terganggu sehingga diperlukan pengelolaan rantai pasok pada proses distribusi susu sapi perah yang mengharuskan setiap pelaku aktivitas distribusi untuk mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan manajemen risiko atas aktivitas distribusi yang dilakukan. 


Hal-hal tadi berkaitan dengan Manajemen Rantai Pasokan/Supply Chain Management. Supply Chain sendiri adalah jaringan berbagai perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik) yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk hingga ke end user. 

Supply chain management menghendaki kolaborasi yang baik anatara pihak internal dan eksternal. Koordinasi sangat diperlukan, karena baik pihak internal maupun eksternal pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir. 

Supply chain management adalah pengelolaan keseluruhan jejaring dari fasilitasfasilitas dan orang-orang yang mendapatkan bahan baku dari luar orgasnisasi, mengubahnya menjadi produk-produk dan mendistribusikannya kepada konsumen (N. N. Wafi, 2017).

Bagaimana Upaya Mitigasi yang Tepat Untuk Rantai Pasokan Susu Sapi Perah?

Menurut Ikhwana dan Subagja (2022), Aktivitas rantai pasok susu sapi perah sendiri terdiri dari: perternak sebagai penghasil susu sapi (supplier), industri pengolahan (manufacturer), penjual susu sapi (distributor/reseller), dan konsumen (consumer). Setiap elemen memiliki resikonya sendiri seperti kegagalan supplier, meningkatnya harga susu sapi perah, kerusakan alat pada proses pengolahan susu sapi perah, permintaan yang tidak pasti, perubahan pesanan, dan kegagalan transportasi. 

Potensi kejadian risiko tersebut akan berdampak pada kinerja manajemen rantai pasok. Dalam kenyataan di lapangan, permasalahan utama pada penanganan standar kualitas susu sapi banyak ditemukan pada pihak penyedia susu sapi atau peternak sebagai pihak supplier dan pihak pengelola susu sapi yang memproduksi susu sapi sebagai bahan baku dasar atau pihak manufacturer untuk disampaikan kepada pihak lain baik dijual secara langsung atau diolah kembali menjadi berbagai varian produk minuman atau makanan yang berbahan dasar susu sapi sehingga manajemen rantai pasok yang baik diperlukan untuk mengurasi risiko kerusakan susu dan menyiapkan adaptasi pada bahan atau produk yang mengalami kerusakan. 

Berdasarkan pada permasalahan tersebut, diperlukan upaya atau penanganan melaui identifikasi risiko rantai pasok susu sapi beserta rancangan mitigasi risiko rantai pasoknya sehingga diharapkan dapat memberikan informasi memberikan data dan informasi mengenai risiko pada aktifitas rantai pasok susu sapi perah dan strategi mitigasi risiko dalam upaya mengurangi atau meminimalkan dampak risiko yang ditimbulkan.

Perancangan strategi yang dilakukan terhadap agen risiko terpilih dapat dilakukan melalui (1) pemilihan sapi siap perah dengan umur produktif dan sapi yang berkualitas tinggi, (2) penyuluhan tentang pemberian pakan yang sehat bagi sapi agar kuantitas susu yang dihasilkan banyak dengan kualitas susu yang baik, (2) menambah jumlah moda transportasi untuk penjemputan susu sapi perah dari anggota peternak, (3) merawat peralatan setelah penggunaan, dan (4) membuat jadwal pengecekan alat dan mesin dengan siklus yang ditetapkan atau secara  berkala.



Penulis   : Refita Nabila Yusan

Editor     : Merryafinola

Foto        : Merryafinola

Posting Komentar

0 Komentar