Banjir dan Erosi oleh Arus Sungai Akibatkan Longsor

Dr.Indra Permanajati,ST.,MT.(Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed dan ahli Analisis Kontrol Longsoran).

Purwokerto, Kafapet-unsoed.com. Menyusul hujan deras yang diikuti derasnya aliran sungai Kali Pelus, Sabtu 21 Januari 2023, terjadi longsor di jembatan Kali Pelus Arcawinangun. Kejadian tersebut membuat jembatan ditutup total. Arus lalu lintas ruas Arcawinangun - Dukuhwaluh untuk sementara dialihkan. 

Jurnalis kafapet-unsoed.com Alief Enstein berhasil mewawancarai dosen Fakultas Teknik Unsoed untuk menanggapi masalah longsor tersebut. Longsoran akhir-akhir ini menurut ahli Analisis Kontrol Longsoran dari Fakultas Teknik Unsoed Dr. Ir. Indra Permanajati,ST.,MT. terjadi pada bangunan di tepi sungai di berbagai wilayah. Longsoran menyebabkan ambruknya bangunan ke sungai. 

Menurut Indra, peristiwa ini sering terjadi karena bangunan di tepi sungai memang secara teknik maupun aturan sebenarnya tidak diijinkan. Namun karena mungkin permasalahan kekurangan lahan atau masalah lainnya yang dianggap penting, bangunan ini tetap didirikan di atas lahan tepi sungai.

Dosen Teknik Geologi Unsoed tersebut mengatakan bahwa seringkali pembangunan infrastruktur dan pemukiman di tepian sungai tidak diikuti oleh struktur bangunan yang kuat atas kondisi lingkungannya. Misalnya tidak dirancang untuk tahan erosi air, banjir, dan tekanan dari beban rumah. Struktur perkuatan tebing seringkali tidak standar untuk rekayasa bangunan tepi sungai.

Selanjutnya Indra anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) ini menjelaskan bahwa kejadian longsor bisa saja terjadi karena erosi air sungai dan banjir. Erosi air sungai dan banjir merupakan hal yang secara periodik terjadi dan akan selalu mengikis pinggiran sungai, baik itu tanah, batuan, ataupun bangunan fondasi. Jika tanah, batuan dan bangunan fondasi kurang kuat maka akan terjadi ruang kosong di bawah bangunan dan bisa menyebabkan bangunan di atas tidak punya penopang lagi. Akibat lebih lanjut bangunan ambruk. 

Peristiwa tersebut terjadi secara alami dan biasa disebut ‘under cut slope’/ lereng terpotong di bagian bawah. Kemudian kondisi bangunan yang sudah rapuh ketika diterjang energi dari air banjir maka menyebabkan bangunan menjadi ambruk.

Indra yang juga Koordinator Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed menambahkan, mitigasi yang paling memungkinkan adalah relokasi pemukiman atau mitigasi struktural dengan rekayasa struktur yang standar untuk daerah tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah tekanan dari bangunan di atasnya dan erosi atau pengikisan air sungai.


Penulis     : Ir. Alief Enstein, M.Hum

Editor       : Sutriyono

Foto          : Ir. Alief Einstein, M.Hum


Posting Komentar

0 Komentar