Kisah Nyata Perjalanan Seorang Lajang di Busan

Busan, Kafapet-unsoed.com. Beragam beasiswa kuliah yang ditawarkan Pemerintah Korea Selatan, Pemerintah Indonesia, dan juga beberapa lembaga beasiswa yang membuka peluang beasiswa untuk menimba ilmu di Korea Selatan. Secara khusus Pemerintah Korea Selatan memberikan kesempatan kepada mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, untuk melanjutkan pendidikan melalui program beasiswa Global Korea Scholarship (GKS).

Beasiswa GKS dikelola oleh NIED (National Institute for International Education), lembaga eksekutif di bawah Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Menariknya juga, GKS sudah menyediakan beasiswa yang dimulai dari jenjang D3, S1, S2, dan S3. Beasiswa ini meliputi tanggungan penuh biaya perkuliahan, tiket pesawat PP Indonesia - Korea pada awal dan akhir masa penerimaan beasiswa, tunjangan bulanan, tunjangan penelitian, biaya belajar bahasa Korea, dan juga asuransi kesehatan. Pemberian beasiswa tersebut bertujuan untuk meningkatkan pertukaran pendidikan internasional dan mempererat hubungan persahabatan antar negara. Kemudian, salah satu sebab mengapa persaingan untuk masuk ke perguruan tinggi di Korea Selatan cukup ketat, yakni di samping Korea Selatan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi juga orang yang ingin melanjutkan kuliah ke Korea Selatan sangat banyak, demikian pemaparan Koordinator Sistem Informasi Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum. pada hari ini Selasa 17 Januari 2023. Pemaparan tersebut hasil bincang-bincang dengan alumni Fakultas Biologi Unsoed angkatan tahun 1983 Dr.rer.nat., AB., Susanto,MSc.

Dr.rer.nat.AB Susanto,MSc.bertemu dan dinner dengan Valen di Busan, Korea (30-12-2022).

Bagi anda yang berminat kuliah dengan beasiswa di Korea Selatan sambil bekerja, berikut hasil bincang-bincang jarak jauh Einstein dengan Dr.rer.nat.,AB Susanto,MSc. di Korea pada tanggal 02 Januari 2023 :

Suatu saat, dimana Dr.rer.nat.AB Susanto,MSc. (Deputy Director Adm SEAMEO-SEAMOLEC 2015-2017) sedang ada kegiatan di kota Bandung terkait dengan penugasan AB Susanto di SEAMEO SEAMOLEC (SEAMEO yakni Forum Menteri Pendidikan se ASEAN) pada awal bulan Juli 2015, saat itu siang hari HP AB Susanto berdering dan masuk telepon dari Komandan Batalyon 904/Unsoed tahun 1991-1992. Dering telepon yang sedikit mengejutkan, karena lama tidak ada kabarnya. Singkat ceritanya mantan nDan Yon 904 Unsoed ini, Fitri Mardjuki Achmadi (disapa Fitri) ingin mengajak ketemuan untuk berdiskusi tentang pendidikan ananda nya. Dan terjadilah kesepakatan habis magrib pada tanggal yang sama bertemu di Warung Pasta sebelah kampus ITB Jalan Ganesha, Bandung. Pertemuan di Warung Pasta inilah menjadikan peristiwa yang sangat mengesankan dan menarik untuk diceritakan dalam kisah anak muda yang hebat, walaupun ada beberapa nama yang tidak bisa disebutkan secara jelas. Nah pada saat pertemuan tersebut, Fitri datang bersama keluarganya lengkap, istri dan kedua anaknya, laki-laki yang pertama dan perempuan yang kedua. Pada intinya Fitri menceritakan bahwa anak pertama laki-lakinya, Valentierrano (dipanggil Valen) alumni dari SMA Negeri 5 Bogor, telah di terima di Perguruan Tinggi Swasta terkemuka di Bandung dan juga sudah mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri di Bandung juga. Namun sepertinya masih berpikir kembali rencananya, karena dari sisi biaya dan masa depan butuh pemikiran matang. Akhirnya terjadilah obrolan cukup panjang dan menyenangkan, karena esoknya memutuskan untuk mengikuti saran yang AB Susanto ajukan, yaitu untuk kuliah di Busan Korea saja, kata mantan Komandan Batalyon Menwa 904/Unsoed (1988-1989) AB Susanto.

2. Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Korea

AB Susanto menjelaskan bahwa rencana kuliah Valen ke Korea ini merupakan salah satu bagian kegiatan dari SEAMEO SEAMOLEC yang pada tahun 2016 masih bisa menseleksi dan menfasilitasi pengiriman calon mahasiswa untuk kuliah ke Korea. Programnya bisa untuk kuliah S1 - S3 pada saat itu. Dan lagi dengan SEAMEO SEAMOLEC telah melaksanakan program kerjasama dengan Dompet Dhuafa sudah mengirim hampir 50 orang mahasiswa D4 dari PPN Surabaya, alumni SMK Negeri 57 Jakarta, dan lain-lain, untuk melakukan pertukaran mahasiswa dengan Catholic University of Daegu (CUD) Korea selama 12 bulan. Kegiatan ini disebut San Hak Program dan Dompet Dhuafa sebagai penyandang dana talangan bagi mahasiswa tersebut selama di Korea. Pada saat itu SEAMEO SEAMOLEC juga mempunyai hubungan kerjasama dengan Youngsan University (YSU) di Busan Korea. Dengan failitas ini, maka Valen pada tanggal 29 Agustus 2016 sampai di Youngsan University Busan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan bahasa Korea selama hampir 6 bulan. Konsep pendidikan dan pelatihan bahasa Korea dilakukan di YSU secara luring, yaitu 10 minggu pendidikan dan pelatihan Bahasa Korea dari pukul 09:00 s/d 15:00 pada hari Senin-Jumat. Pada hari Sabtu dan Minggu libur. Namun kadang hari Sabtu digunakan untuk menyelesaikan PR. Setelah itu istirahat 2 minggu (break time) dan masuk lagi kegiatan pendidikan dan pelatihan bahasa Korea selama 10 minggu.

Program ini cukup banyak peminatnya saat itu, karena peserta yang terlibat bisa belajar dan bekerja paruh waktu (apa saja) karena ijin visanya memungkinkan. Adapun pesertanya salah satunya Valen tersebut. Program kuliah sambil bekerja paruh waktu, sebenarnya merupakan langkah strategis untuk menggapai cita-cita yang melewati batas ruangan, waktu, dan aspek pembiayaan. Mengapa demikian?, karena secara demografi, sekarang ini di Korea laju pertumbuhan penduduk nasionalnya hanya 0,1 % per tahun. Di sisi lain negara membutuhkan banyak anak muda yang mengisi kekosongan dunia industri dan dunia pendidikan, seperti sebagai peneliti, dosen/guru, staf adminisrasi, dan lainnya. Kalau semakin mengecil penyediaan anak mudanya Korea, maka akan terjadi kekosongan sumber daya manusia unggul di Korea. Oleh karena itu Korea sangat membutuhkan anak muda seperti Valen untuk mendukung program nasional yaitu peningkatan income perkapitanya.

3. Target TOPIC 4

Sebagai informasi lebih lanjut bahwa pendidikan dan pelatihan bahasa Korea secara luring diberikan oleh dosen-dosen dari Youngsan University yang menguasai penuh bahasa Korea beserta kompetensinya untuk orang asing. Program pelaksanaan dilakukan selama 6 bulan penuh dengan target mendapatkan TOPIC 3-4, agar bisa masuk kuliah di YSU atau perguruan tinggi lainnya di Korea. Pencapaian target TOPIC 4 sangat strategis untuk kuliah pada berbagai perguruan tinggi di Korea, karena sebagian besar menjamin akan memberikan beasiswa 50% dari SPP-nya, tergantung jurusan atau prodi yang diambil, kata AB Susanto.

4. Siapkan Diri Kuliah dan Bekerja di Korea

Program kuliah dan bekerja di Korea untuk periode sekarang ini menurut AB Susanto sangat menarik untuk di cermati. Mengapa demikian? Karena Korea saat ini mencapai masa terbaiknya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Banyak universitas negeri dan swasta mengembangkan berbagai bidang kajian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Namun di sisi penyediaan sumberdaya manusia sebagai mahasiswa sangat kurang sekali. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduknya yang sangat melambat di Korea. Sehingga fenomena ini perlu di cermati oleh anak-anak muda Indonesia yang baru lulus dari SLTA atau S1, lebih baik menyiapkan diri untuk mengikuti program kuliah dan bekerja paruh waktu di Korea.

Pada saat AB Susanto berkunjung ke beberapa perguruan tinggi di Korea akhir tahun 2022, terlihat sekali fasilitas yang dimiliki oleh beberapa perguruan tinggi Korea cukup menjanjikan sebagai media berkarya dan menciptakan suatu penemuan baru dalam segala bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang ini kekurangan sumberdaya mansusia untuk mengisi di beberapa perguruan tinggi, diambil dari Banglades, Pakistan, Vietnam, Thailand, dan lain-lain. Pertanyaannya, mengapa mahasiswa dari Indonesia sedikit sekali. Menurut Informasi dari Atase Pendidikan RI di Seoul, posisi mahasiswa Indonesia sampai akhir tahun 2022 baru mencapai 2.000 orang. Sedangkan negara Vietnam sudah mencapai 25.000 orang.

5. Kekurangan SDM di Korea

Karena kondisi inilah, maka AB Susanto sekarang ini melalui lembaga non-degree Viva College Semarang atau dapat di akses melalui web dengan alamat htpps://www.vivacollegeindonesia.org/ memberikan layanan akademik dan jasa untuk mengikuti program kuliah dan bekerja di Korea, baik untuk program S1 - S3, Diklat Bahasa Korea luring atau daring dan Exchange Student. Dalam hal ini Viva College Semarang ini bersaing dengan negara lain di ASEAN atau ASIA untuk memenuhi kekurangan sumberdaya manusia di Korea dalam sektor industri dan pendidikan. Sebagai informasi saja bahwa orang yang bisa mencapai S1 - S2 dari perguruant tinggi di Catholic University of Daegu (CUD) Korea, bila mau bekerja di seputaran Daegu, gaji di awal berkisar 2 - 3 juta won per bulan (1 Won = Rp 12,56, tergantung kurs nya). Kalau sebagai mahasiswa doktorand di beberapa perguruan tinggi menawarkan beasiswa sebesar 2 - 3 juta won/bulan untuk biaya hidup dan membayar SPP per semesternya. Beasiswa sebesar itu lebih dari pada cukup untuk hidup sebagai mahasiswa doktorand. Namun bila sudah Doktor dan bekerja di sektor pendidikan, maka gaji yang di peroleh berkisar 3 - 10 juta won perbulan (setara Rp 40 - 20 juta per bulan). Kondisi inilah yang menurut AB Susanto sangat menantang sekali bisa di programkan secara strategis.

6. Kesimpulan

AB Susanto menjelaskan bahwa program di atas seperti Valen yang berani mengambil resiko kuliah di Korea, merupakan langkah strategis dan layak di ikuti oleh anak-anak muda "brillian" dan pemberani, agar kekurangan sumber daya manusia di Korea untuk kebutuhan industrinya, dapat di penuhi dari anak muda Indonesia. Namun untuk mengambil keputusan tersebut dibutuhkan energi dan strategi jitu. Hal ini disebabkan karena pemerintah Korea pun juga tidak mudah memberikan visa pelajar kepada anak muda Indonesia yang mau kuliah dan bekerja paruh waktu di Korea. AB Susanto pun pernah mengalami kegagalan mengirimkan anak-anak muda ke Korea. Hal ini di sebabkan bahwa keputusan terakhir untuk pengajuan visa belajar dan lainnya itu ada di pihak Kedutaan Korea. Kepuutusan bukan ada di pihak pengusul, seperti Viva College Semarang, atau lembaga lainnya. Oleh karena itu untuk menghindari kegagalan pengurusan visa diperlukan kerjasama antara calon mahasiswa ke Korea dan pihak pengusul visa nya.

Namun dari pengalaman yang sudah dilakukan AB Susanto terhadap pengiriman mahasiswa ke Korea, dari sisi calon mahasiswa diperlukan dengan sangat pendapatan orang tua yang pasti sebagai penjamin visa nya, setelah itu semuanya di serahkan ke calon mahasiswa tersebut sepenuhnya selama belajar dan bekerja di Korea. Sebagai contoh Valen tersebut di atas, ternyata setelah sekian lama, nampaknya hanya Valen dan 1 - 2 temannya yang mampu melanjutkan studi ke S2 nya di Perguruan Tinggi Korea dengan pola belajar dan bekerja. Hal ini memberikan isyarat bahwa untuk melakukan belajar dan bekerja paruh waktu diperlukan niat, energi, dan fokus pada cita-citanya sepanjang di Korea. Sehingga mimpi merubah masa depan yang ceria akan terwujud dan bila kembali ke Indonesia, maka akan menjadi sumber daya manusia yang handal dan unggul. Seperti Valen sekarang ini total kebutuhan pendidikan dan hidupnya sudah lepas dari orang tuanya, dan bahkan bila Valen lebih keras lagi mengatur sumber keuangannya, maka bisa menabung untuk masa depan lebih ceria, misal melanjutkan S3 atau lainnya dengan kemampuan mandiri. Baiklah Valen, selamat ya dan gapai cita-citamu serta buatlah bangga orang tua mu dan negara mu dengan pencapaian terindah di bidang pendidikan sampai S3 (doktor) secara strategis di Korea. Jaga kesehatan yang prima ya.

7. AB Susanto Cuti di Busan, Korea

Selanjutnya AB Susanto mengatakan bahwa tak lupa AB Susanto mengucapkan terima kasih atas waktu dan atensinya atas wawancara Einstein dengan AB Susanto, sehingga menghasilkan cerita di atas. Cerita di atas dapat menjadikan contoh untuk generasi muda lainnya di Indonesia. Dan tak lupa AB Susanto mengucapkan selamat untuk orang tuanya Valen yakni Keluarga Fitri Mardjuki Achmadi atas keberanian mendorong ananda untuk berkarya di Busan Korea. Sebagai informasi tambahan, bahwa AB Susanto adalah alumni Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto yang melanjutkan studi S2 ke Ryukyus University Okinawa Japan dan mendapatkan Doktor dari Universitaet Bremen German. Sekarang AB Susanto berkarya sebagai dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang. AB Susanto berharap semoga mimpi Viva College Semarang mengirimkan 1.000 orang anak muda sampai tahun 2045 dan bergelar MSc/PhD (S2/S3) bisa tercapai.

Hasil wawancara Einstein dengan AB Susanto di atas merupakan saat AB Susanto menikmati musim dingin di Busan Korea dan AB Susanto mendapatkan cuti tahunan dari UNDIP Semarang, sehingga AB Susanto bisa cerita apa yang di lihat dan di alami selama di Busan. Seperti judul hasil wawancara di atas, kalau di terjemahkan dalam bahasa Indonesia, adalah *Kisah Nyata Perjalanan Seorang Lajang di Busan.* Dalam cerita di atas diambil tokoh Valen yang sekarang sedang belajar dan bekerja di Korea. Semoga bermanfaat. Dan cerita di atas ini sebagai bentuk dedikasi untuk kegiatan HUT Resimen Mahasiswa Unsoed Batalyon 904 pada tahun 2023 ini.


Penulis : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto       : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar