Letusan Gunung Merapi : Karakteristik dan Tipe Erupsi

Mochammad Aziz (Pemerhati Gunung Api Unsoed dan Dosen Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Unsoed)

Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi pada tanggal 11 Maret 2023 sekitar pukul 12.12 WIB. Saat erupsi masih berlangsung, masyarakat dihimbau untuk menjauhi daerah bahaya (jarak 7 km dari puncak Gunung Merapi), ungkap Ir.Alief Einstein,M.Hum.

Terkait Letusan Gunung Merapi, Einstein dari kafapet-unsoed.com berhasil mewawancarai Dosen Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Mochammad Aziz.

Pemerhati Gunungapi Unsoed Aziz menjelaskan bahwa Sabtu 11 Maret 2023, bumi Sleman-Yogyakarta, Magelang, Klaten, dan Boyolali Jawa Tengah dikejutkan dengan letusan “Sang Merapi” yang sesaat setelah waktu tengah hari tiba. 

Cuaca dan udara di sekitar “Sang Merapi” menampakan kecerahan dengan sedikit mendung dan berkabut namun sang mentari masih tampak menyinari dengan hempasan awan yang seiring ditiup angin seakan-akan tidak mencirikan gejala apapun. Takdir Merapi Volcano mengguncangkan  dikesunyian siang hari dengan dentuman yang begitu kuat dan melontarkan material pijar bercampur abu ke angkasa. Fase erupsi telah terjadi dengan disertai gemuruh dan endapan awan panas yang menjulang ke angkasa dan bergerumbul meluncur dari puncak ke tepian jurang menyapu di sebagian lereng dan kaki gunungapi Merapi, melewati Kali Bebeng dan Kali Krasak wilayah Sleman Yogyakarta, kata Aziz.

1. Awan Panas

Fase erupsi menurut anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aziz terjadi disaat hembusan angin perlahan-lahan dan menunjukkan ketinggian kolom erupsi ke udara diperkirakan sekitar 5-6 km seperti letusan-letusan Gunung Merapi sebelumnya. Lontaran material “piroklas” (endapan hasil ejecta gunungapi) didominasi awan panas guguran yang bersumber dari longsoran kubah lava bagian baratdaya dan abu volkanik yang hampir menyirami di sebagian wilayah Kabupaten Magelang dan di beberapa tempat di sisi barat laut – utara Gunung Merapi. Awan panas guguran ini berdasarkan pengamatan dan pantauan dari Magma Indonesia (https://magma.esdm.go.id) yang merupakan situs resmi dari Badan Geologi Kementerian ESDM RI menunjukkan kejadian yang berulang-ulang hingga sore hari. Wilayah potensi cakupan aliran yang terkena dampak awan panas guguran inipun sudah meluas di arah tenggara.

2. Karakter Merapi

Gunung Merapi (Merapi Volcano) merupakan salah satu gunungapi yang paling aktif di dunia, dan karena tingkah laku dan keaktifannya itulah, maka dijadikan sebagai salah satu laboratorium gunung api di dunia. Para peneliti gunungapi (Volcanologist) setiap saat akan mengunjungi Gunung Merapi ini untuk mengkaji dan meneliti “prilaku” dari Sang Merapi. Saat ini ditetapkan status Level III (SIAGA) dari Badan Geologi, dan tentunya masih sangat terus dipantau dan dimonitoring setiap saat, baik dari Pos Pengamatan Gunungapi maupun dari alat monitoring di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, kata Aziz yang juga anggota Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI).

3. Tipe Letusan

Tipe Erupsi Merapi, spesifik dan hanya dimiliki oleh “Sang Merapi” sendiri, di samping kita mengenal beberapa tipe letusan gunungapi, paling tidak tipe letusan Merapi ini menjadi khas dan memiliki karakteristik tersendiri. Tinjauan secara sistem volkanik dari Gunung api Merapi ini tentunya berdasarkan besarnya suplai magma dari zona yang lebih dalam sebagai motor utama dari aktivitas volkanis dan membuat sistem volkanis berjalan, jelas Aziz.

4. Magma

Aziz mengatakan bahwa lingkungan tektonik yang berada di selatan Pulau Jawa sebagai zona subduksi dari sistem tektonik menyebabkan suplai  magma Merapi akan terjadi pelelehan karena tekanan dan suhu yang tunggi. Aktivitas tektonik menghasilkan zona lemah yang memberi kemudahan bagi magma untuk menerobos mencapai permukaan menjamin kontinuitas suplai magma.

Erupsi Merapi kerap terjadi setiap saat yang diyakini akibat faktor geometri internal sistem volkanis. Di Merapi terdapat dua zona tampungan magma yang menentukan sifat khas Merapi, karena letaknya relatif tidak jauh maka kenaikan tekanan di dapur magma akan menyebabkan aliran magma menuju kantong magma di atasnya menyebabkan naiknya tekanan di sana.  Kantong magma berfungsi sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan. Waktu tenang antar erupsi di Merapi merupakan fase dimana terjadi proses peningkatan tekanan magma di dalam kantong magma. Apabila tekanan melebihi batas ambang tertentu magma akan keluar dalam bentuk erupsi explosif (lontaran/ledakan ke udara) atau efusif berupa pembentukan kubah lava (https://bpptkg.esdm.go.id).

5. Tipe Erupsi

Erupsi atau letusan gunung api dapat menimbulkan dampak yang sangat besar, kerugian materi, serta jatuhnya korban jiwa, tetapi ada kalanya letusan gunung api tidak menimbulkan dampak yang besar atau dampak yang signifikan. Tipe erupsi gunung api bisa dibagi berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi kolom asap yang keluar. Erupsi adalah peristiwa keluarnya magma di permukaan bumi, dan memiliki bentuk yang berbeda-beda untuk setiap masing-masing gunungapi. Erupsi bisa dikategorikan efusif bila lava keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti dengan suatu ledakan, dan buiasanya terbentuk aliran lava. Sebaliknya, jika erupsi yang sifatnya eksplosif akan menghasilkan magma keluar dari gunung api dalam bentuk ledakan, dan terbentuk endapan piroklastik, ujar Aziz.

6. Tipe Volkanian

Selanjutnya Aziz (Anggota Society Economic Geologist/SEG) mengatakan bahwa erupsi Merapi termasuk dalam kategori bersifat eksplosif dengan tingkat eksplosivitas dari lemah ke katastropik, karena magma yang membentuk erupsi tipe Merapi bersifat antara basa dan asam (dari andesit ke dasit). Erupsi Merapi ini bisa dikategorikan tipe volkanian, di mana terjadi karena lobang kepundan tertutup oleh sumbat lava (lava plug) atau magma yang membeku di pipa magma setelah kejadian erupsi, sehingga diperlukan suatu akumulasi tekanan yang relatif besar untuk membuka lubang kepundan atau menghancurkan sumbat lava. Erupsi melontarkan material hancuran dari puncak gunung api tapi juga material baru dari magma yang keluar.

7. Asap Erupsi

Salah satu ciri khas dari erupsi Merapi yaitu adanya asap erupsi yang membumbung tinggi ke atas, dan kemudian asap tersebut melebar menyerupai cendawan. Asap erupsi membawa abu dan pasir yang kemudian akan turun sebagai hujan abu dan pasir, ungkap Aziz.

8. Tipe Andesitik

Gunung Merapi merupakan gunung api tipe andesitik dapat dimasukkan dalam tipe Merapi atau tipe volkanian lemah dengan ciri khas adanya peranan kubah lava dalam tiap-tiap erupsinya, di samping endapan awan panas juga dapat terjadi, kata Aziz.

9. Awan Panas

Aziz menjelaskan bahwa istilah awan panas (nuee-ardente) dipakai untuk menyebut aliran suspensi dari batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu masa gas volkanik panas yang keluar dari gunung api, dan mengalir turun mengikuti lerengnya dengan kecepatan bisa lebih dari 100 km per jam sejauh puluhan km. Aliran turbulen tersebut dari jauh tampak seperti awan bergulung-gulung (istilah lokal disebut “wedhus gembel”) menuruni lereng gunung api, dan bila terjadi malam hari terlihat membara. Awan panas biasanya tidak segemuruh longsoran biasa karena tingginya tekanan gas pada material menyebabkan benturan antar batu-batu atau material di dalam awan panas tidak terjadi dengan kata lain benturan teredam oleh gas. Awan panas yang terjadi pada letusan 11 Maret 2023 umumnya termasuk dalam awan panas guguran (pyroclastic density flow). Gaya berat kubah lava atau bagian dari kubah lava yang runtuh menentukan laju dari awan panas. Semakin besar volume yang runtuh akan semakin cepat laju awan panas dan semakin jauh jarak jangkaunnya (umumnya kisaran 3-7 km). Potensi bahaya guguran lava dan awan panas dapat terjadi di sekitar selatan – baratdaya  yang meliputi Sungai Boyong, sejauh maksimal 5 km, kemudian Sungai Bedog, Krasak dan Sungai Bebeng, sejauh maksimal 7 km, serta wilayah sisi tenggara yang meliputi Sungai Woro, sejauh maksimal 3 km, dan Sungai Gendol sejauh 5 km (https://magma.esdm.go.id).

10. Waspada

Aziz menambahkan perlu kewaspadaan dan adaptasi untuk mengatasi mitigasi bencana gunung api ini, hujan abu volkanis, dan guguran lava maupun awan panas sudah menuruni kaki gunung api Merapi ini, eling lan waspodo dalam menyikapi bencana erupsi Merapi yang terjadi.




Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto           : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar