Teknologi Superbodi Unsoed Raih Penghargaan 114 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2022

Cover buku 114 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2022

Kafapet-unsoed.com. Beberapa Tim Unsoed masuk ke 114 Karya Inovasi Indonesia, berikut salah satu tim yakni Prof.Ir.Totok Agung,DH.MP.PhD.:

Rekognisi nasional terhadap karya inovasi teknologi yang dihasilkan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed,) semakin menguat oleh lolosnya kembali karya inovasi trio peneliti dan pemulia tanaman, yaitu Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,MP.,Ph.D., Dr.Dyah Susanti,SP., MP., dan Dr.Agus Riyanto,SP.,MSi. sebagai salah satu dari 114 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Business Innovation Center, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, ujar Tm Peneliti Padi dan Pertanian di Lahan Marginal Fakultas Pertanian Unsoed Dr.Dyah Susanti,SP., MP. kepada Ir.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com

Dr.Dyah Susanti, Prof.Totok Agung,DH.,PhD., Dr.Agus Riyanto

Ketiga peneliti ini sebelumnya mendapatkan penghargaan 109 Inovasi Indonesia Paling Prospektif pada tahun 2017 dengan karya inovasi Padi Kaya Protein Super Pulen yang kemudian disebut sebagai Nasi Bebas Cemas (Rice with No Worry).

SUPERBODI, teknologi budidaya yang dikembangkan untuk mengantisipasi gagal panen kedelai, kacang hijau dan tanaman palawija lainnya pada musim kemarau ini dinilai memiliki kontribusi besar bagi penyelesaian permasalahan di masyarakat dan sangat prospektif untuk diaplikasikan oleh kelompok masyarakat maupun industri yang membutuhkan hasil palawija sepanjang tahun sebagai bahan baku, sehingga lolos seleksi 114 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2022.

Benih palawija tumbuh di tengah sisa bonggol padi

Superbodi merupakan akronim dari masukkan biji palawija di pertengahan bonggol padi. Teknologi ini digali dari kearifan lokal petani di beberapa daerah, yang disempurnakan dengan pengaturan jarak tanam sejak pertanaman padi sebelumnya, penggunaan varietas unggul, dan penggunaan biofertilizer. Teknologi ini telah dikenalkan oleh tim peneliti Fakultas Pertanian Unsoed kepada masyarakat sejak tahun 2017 dalam upaya mengatasi keterbatasan air di musim kemarau. Petani dan pengusaha bidang pertanian dihadapkan pada risiko penurunan hasil bahkan gagal panen saat menanam palawija khususnya kedelai dan kacang hijau di musim kemarau karena terbatasnya air. Kegagalan ini disebabkan oleh kebiasaan petani menanam benih kedelai atau kacang hijau di sela-sela sisa bonggol tanaman padi musim tanam sebelumnya, sehingga akar tanaman terganggu perkembangannya karena rekahan tanah saat mengering, sehingga tanaman tidak dapat bertahan hingga panen. Tanaman kedelai, kacang hijau ataupun palawija lain yang dibudidayakan dengan teknologi Superbodi akan terdukung pertumbuhannya karena sisa bonggol padi dari pertanaman sebelumnya yang menjadi dasar lubang tanam akan memberikan dimensi ruang yang terjaga kelembabannya bagi perakaran tanaman yang biasanya terganggu oleh merekahnya tanah akibat mengering dan mengerasnya tanah. Seresah bonggol padi yang terdekomposisi oleh pupuk hayati dapat mempertahankan kelembaban tanah di bagian perakaran kedelai dan menjadi cadangan bahan organik sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tetap optimal meski mengalami kekeringan. Aplikasi inovasi teknologi Superbodi dapat meningkatkan produksi sekaligus menghemat komponen produksi kedelai, kacang hijau, dan palawija lainnya di musim kemarau. Peningkatan produksi terdukung oleh optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penghematan biaya produksi di antaranya tidak ada biaya olah tanah memanfaatkan bonggol padi pada pertanaman sebelumnya sebagai lubang tanam, hemat waktu, hemat pupuk dan hemat air (mengurangi biaya pompa air saat terjadi kekeringan). 

Kedelai Superbodi, beralas bonggol padi, tetap panen meski tanah kering dan retak oleh kekeringan

Penerapan inovasi teknologi ini di beberapa daerah mampu meningkatkan produktivitas kedelai dari 0,9 - 1,25 ton per ha dengan budidaya pada umumnya menjadi 1,6 - 1,9 ton per ha di musim kemarau dengan teknologi Superbodi. Jika diasumsikan harga kedelai pada kisaran Rp 6.500, maka dengan teknik Superbodi petani memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 52% atau pendapatan meningkat dari Rp 8.125.000 dengan teknik budidaya konvensional menjadi Rp 12.350.000 dengan teknologi Superbodi. Teknologi Superbodi dapat diaplikasikan di lahan sawah pada musim tanam ketiga, atau di lahan kering setelah penanaman padi gogo dengan memanfaatkan sisa bonggol tanaman padi pada musim sebelumnya. 

Penerapan inovasi teknologi Superbodi ini mendukung peningkatan Indeks Pertanaman (IP) sekaligus mendukung konservasi tanah dan air melalui budidaya palawija, khususnya kacang-kacangan di musim kemarau. Peningkatan produktivitas lahan melalui peningkatan indeks pertanaman yang berkelanjutan melalui aplikasi teknologi Superbodi menjadi salah satu kontribusi Fakultas Pertanian Unsoed dalam mendukung ketersediaan bahan baku kedelai, kacang hijau serta palawija lainnya bagi industri, upaya swasembada kedelai serta ketahanan pangan nasional.




Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto          : Ir. Alief Einsteon, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar