Membangun Kepedulian Petani Terhadap Kesehatan Kulit


Purwokerto, Kafapet-unsoed.com. Anggota Tim Penerapan Ipteks Unsoed Dokter Tani dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK. memaparkan bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani maupun pekerja kebun/ladang.

Para petani tradisional menurut dr.Oke (sapaan akrab dr.Ismiralda Oke Putranti,Sp.KK) umumnya menghabiskan waktu seharian dalam menggarap ladangnya dengan berbekal peralatan sederhana tanpa menggunakan perlindungan yang cukup bagi kulit terhadap paparan lingkungan pekerjaan.

Dokter ahli Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dari Fakultas Kedokteran Unsoed dr.Oke mengatakan bahwa paparan lingkungan pertanian pada kulit termasuk paparan dengan air, tanah, tanaman, pupuk, pestisida dan lain-lain yang umumnya bersifat iritan dan sebagian bersifat allergen, sering kali menimbulkan permasalahan. Berbagai kelainan kulit dapat muncul akibat paparan tersebut, sehingga disebut sebagai penyakit kulit akibat kerja (PKAK) di lingkungan pertanian. PKAK di lingkungan pertanian didominasi oleh Dermatitis Kontak Iritan (DKI), di mana pajanan/paparan kulit terhadap pupuk dan pestisida yang mengandung banyak zat iritan berperan besar dalam kejadian DKI. Selain DKI ada juga dermatitis kontak yang disebabkan oleh pajanan ulang zat-zat yang bersifat allergen, seperti contohnya alergi terhadap debu-debu sekam atau serbuk sari tanaman.  Kelainan ini disebut dengan Dermatitis Kontak Alergi (DKA).

Kelainan kulit lain yang dapat timbul pada paparan pekerjaan sebagai petani adalah kasus-kasus infeksi baik jamur, bakteri, virus maupun parasit. Area tangan dan kaki adalah tempat yang paling sering timbul kelainan akibat infeksi. Kelainan kulit lainnya yang dampaknya sering tidak dirasakan secara langsung adalah kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari. Petani menghabiskan waktunya seharian di lahannya dengan papajaan sinar UV dengan indeks yang tinggi sangat berisiko menimbulkan kelainan kulit mulai dari sunburn (terbakar matahari), penuaan dini, kelaianan pigmentasi, timbul kutil-kutil pada kulit dan yang paling berbahaya adalah kanker kulit. Indonesia memiliki indeks UV yang tinggi terutama pada pukul 10 – 15 indeks dapat mencapai 8-10 di mana indeks UV tinggi bersifat karsinogenik, merusak DNA sel keratiosit kulit dan dapat menyebabkan mutase dan memicu proses keganasan kulit. 

Dari paparan di atas jelas bahwa paparan lingkungan pekerjaan pertanian juga dapat berimbas terhadap kesehatan kulit bagi para petani, sehingga harus ditekankan perlunya menjaga kesehatan kulit. Kerusakan kulit secara otomatis akan membuka pintu masuk bagi mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan infeksi sistemik. Jadi kelainan kulit yang timbul tidak boleh disepelekan, ungkap dr.Oke yang juga Ketua Cabang Purwokerto Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).

Masih rendahnya kepedulian masyarakat akan kesehatan kulit masih menjadi pekerjaan yang sulit, karena mereka mengganggep sepele penyakit kulit. Jika gatal cukup digaruk, jika luka, cukup diberi plester saja tanpa dilakukan perawatan luka yang baik, ujar dr.Oke kepada Ir.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com

Sangat penting dilakukan edukasi kepada masyarakat bekesinambungan baik dari promosi kesehatan oleh fasilitas kesehatan terdekat, media cetak maupun elektronik, media sosial dan lain-lain. Untuk itu dr.Oke yang praktek di RST Wijayakusuma, Apotek Kimia Farma, dan juga di Apotek Fajar Sehat, Purwokerto menjelaskan beberapa hal yang penting untuk menjaga kesehatan kulit terutama bagi para petani Indonesia, sehingga terjaga produktivitasnya :

● Mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun yang mengandung pelembab, hindari penggunaan sabun antiseptik terutama bagi orang yang memiliki kulit yang sensitif dan kering,

● Gunakan pelembab badan segera setelah mandi,

● Gunakan tabir surya spektrum luas dengan SPF minimal 30 PA +++ minimal setengah hingga 1 jam sebelum beraktivitas di luar ruangan terutama pada area yang terpapar matahari. Lakukan pengulangan pemakaian tabir surya 2-3 jam sekali,

● Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan longgar, serta menutup area kulit yang lengan dan tungkai agar tidak terpapar sinar matahari secara langsung,

● Gunakan topi yang lebar / caping selama melakukan aktivitas di luar,

● Sebaiknya hindari pajanan langsung dari matahari dengan berteduh,

● Pakai sarung tangan dan sepatu boot untuk perlindungan tangan dan kaki dari risiko terpapar bahan iritan/allergen, maupun infeksi mikroorganisme dan parasit.



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto           : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar