Salat Jumat di Negeri Formosa

Penulis berfoto di depan Masjid Agung Taipei

Taipei, Kafapet-unsoed.com. Selepas sarapan, saya bergegas untuk jalan-jalan di Kota Taipei. Cuaca cenderung sejuk sepoi-sepoi. Taipei sedang musim gugur, tapi dedaunan tidak berwarna-warni seperti di negara subtropik yang lain.

Taipei adalah kota yang bersih. Mayoritas orang di sana menggunakan transportasi publik seperti MRT dan bus saat bepergian. Mereka terbiasa jalan kaki dan terlihat sehat-sehat. Mungkin karena kebiasaan jalan kaki saban hari itu.

Sebelum ke Masjid Agung Taipei untuk menunaikan salat Jumat, saya sempat mampir ke Menara 101. Menara tertinggi kesebelas di dunia.

Suasana salat Jumat di Masjid Agung Taipei

Kalau dari Menara 101 mau ke Masjid Agung, setidaknya melintasi dua stasiun saja yakni stasiun Xinyi Anhe dan Daan. Setelah itu turun di stasiun Daan Park yang berjarak sekitar 500 meter dari Masjid Agung Taipei.

Keluar dari stasiun Daan Park, saya harus berjalan kaki melewati taman untuk bisa sampai ke Masjid Agung. Setelah sampai, ternyata banyak orang Indonesia di sana. Selain itu ada orang Pakistan, Bangladesh, Timur Tengah, dan Afrika. Cukup banyak juga Chinese lokal yang beragama Islam.

Khatibnya Chinese lokal. Kutbah pertama menggunakan bahasa Inggris. Lalu kutbah kedua menggunakan bahasa Mandarin. Kutbah pertama saya masih bisa menangkap apa yang disampaikan yakni tentang Islam yang sangat memerhatikan kebersihan. Bahkan sang Khatib juga menyitir hadis Nabi saw yang mengatakan bahwa kebersihan (kesucian) merupakan sebagian daripada iman. Namun saat memasuki khutbah kedua, saya sama sekali tidak paham apa yang disampaikan. Apakah materi yang sama yang diterjemah ke Mandarin atau materi kelanjutan. Entahlah.

Ibu-ibu muslimah sedang menjajakan dagangannya di aula masjid

Selepas Jumatan, ini yang justru terlihat pemandangan menarik. Di aula masjid, terlihat ibu-ibu muslimah yang menjajakan makan siang dengan harga terjangkau berkisar 50-75 ribu rupiah. Namun ada juga makan siang gratis yang disediakan oleh komunitas muslim yang sepertinya berasal dari Pakistan. Saya lupa bertanya, hanya menduga saja dari wajah dan pakaiannya yang khas. Makan siang gratis itu berupa bubur dan minuman semacam teh tarik.

Komunitas muslim menjajakan makanan gratis kepada jamaah salat Jumat

Cukup banyak yang selepas salat Jumat tidak langsung pulang. Mereka terlihat duduk-duduk sambil berbincang dengan temannya. Saya juga sempat berbincang dengan orang Indonesia yang bekerja di sana. Hal yang patut kita apresiasi adalah semangatnya untuk tetap menegakkan Islam meskipun menjadi minoritas. Mereka harus keluar rumah cukup jauh demi bisa melaksanakan salat Jumat. Harus menggunakan MRT naik turun stasiun baru bisa menemukan masjid. Tentu berbanding terbalik saat di Indonesia yang masjid bertebaran di mana-mana. 


Taipei, 3 November 2023



Penulis     : Farid Dimiyati

Foto           : Farid Dimiyati

Posting Komentar

0 Komentar