Edukasi Kebersihan Lingkungan melalui Pengurangan Tempat Sampah di Ruang Publik

Bayu di daerah Shibadaimon, Tokyo, Jepang.

Purwokerto, Kafapet-unsoed.com. Dosen Prodi S1 Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya/FIB, Unsoed Dian Bayu Firmansyah,S.Pd.,M.Pd. mulai tanggal 28 Desember 2023 sampai dengan 12 Januari 2024 mengunjungi mahasiswa FIB di Jepang dalam rangka sebagai pembimbing mahasiswa program OSIP (Overseas Students Internship Program / Program Magang Mahasiswa Luar Negeri) di Jepang, ungkap Dian Bayu Firmansyah,S.Pd.,M.Pd. saat pemaparan jarak jauh yang di pandu Ir.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com

Menurut Dosen ahli Pendidikan Bahasa Jepang dari FIB Unsoed, Bayu, Jepang terkenal sebagai negara dengan tingkat kebersihan yang sangat baik. Tetapi dalam kunjungan ke Jepang kali ini, Bayu (sapaan akrab Dian Bayu Firmansyah,S.Pd.,M.Pd) menemukan bahwa jumlah tempat sampai di tempat umum atau ruang publik seperti stasiun, taman kota dan lain-lain sangat minim, bahkan nyaris tidak terlihat. Idealnya, sebuah lingkungan yang bersih tentu salah satunya didukung dengan jumlah tempat sampah yang sangat banyak jumlahnya. Tetapi, di Jepang hal ini tidak berlaku. Lebih anehnya lagi, dengan jumlah tempat sampah yang nyaris tidak ada tersebut, ternyata lingkungan di Jepang tetap bersih dan bebas dari sampah yang berserakan. Sebuah pemandangan yang cukup “aneh” dan mengagumkan bagi Bayu dan beberapa pelancong yang berbincang-bincang dengan Bayu dalam kunjungannya ke Jepang kali ini.

Bayu yang pernah tinggal dan bekerja di salah satu perusahaan vendor otomotif, di kota Hamamatsu, prefektur Jepang selama tiga tahun pada periode tahun 2009-2012, merasakan perbedaan besar mengenai kehadiran tempat sampah tersebut, jika dibandingkan keberadaannya antara saat ini dengan saat tinggal di Jepang beberapa tahun silam. Pada periode sebelumnya, Bayu dapat dengan mudah menemukan tempat sampah di ruang-ruang publik untuk membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan peruntukannya, yaitu sampah yang dapat di bakar (moeru gomi) dan sampah yang tidak dapat dibakar (moenai gomi). Tetapi sekitar medio tahun 2019 ketika Bayu datang ke Jepang mengikuti pelatihan Hiroshima Overseas Teacher Training yang diselenggarakan oleh prefektur Hiroshima, Bayu pun mulai menyadari dan merasakan adanya perubahan tentang ketersediaan tempat sampah di fasilitas umum yang ada di Jepang tersebut, kata Bayu yang mempunyai Pengalaman Kerja di Jepang.

Dalam lanjutan pemaparannya, Bayu yang juga berpengalaman dalam mendapatkan beasiswa/hibah dari Jepang, menjelaskan bahwa pada kunjungan tahun 2024 ini Bayu pun coba mencari tahu mengenai hal tersebut dan menemukan fakta bahwa ternyata memang ada gerakan pengurangan tempat sampah di ruang publik yang ada di Jepang.

Lalu, Apa sebenarnya yang mendasari pengurangan tempat sampah tersebut?. Ada beberapa alasan yang Bayu rangkum dari berbagai sumber berita di Jepang. Alasan pertama yaitu untuk menghindari agar tempat sampah di tempat umum tidak dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk membuang sampah rumah tangga. Hal ini karena aturan pemilahan sampah di Jepang yang cukup rumit dan detail, sehingga tempat sampah di ruang publik dikuatirkan akan menjadi tempat pembuangan sampah rumah tangga yang belum dipilah-pilah sesuai dengan peruntukannya. Alasan selanjutnya tentu saja untuk penghematan biaya perawatan dan lain-lain. Karena tempat sampah di ruang publik memerlukan pengawasan dan pemeliharaan yang berkesinambungan, sehingga memerlukan biaya untuk personel kebersihan yang dikerahkan. Dua alasan tersebut yang banyak ditemukan di beberapa sumber berita. Meskipun begitu ada beberapa sumber juga yang mengatakan bahwa pengurangan tempat sampah ada kaitannya dengan antisipasi dari otoritas Jepang terhadap kejahatan terorisme. Hal ini didasari fakta bahwa pernah terjadi tindakan terorisme yang dikenal dengan Sarin Jiken atau kejahatan Sarin yang terjadi di stasiun bawah tanah Tokyo pada tahun 1995, ungkap Anggota Asosiasi Studi Jepang Indonesia (ASJI) Bayu.

Kebijakan pengurangan tempat sampah ini tentu saja ada pro dan kontranya, terutama bagi wisatawan asing yang baru pertama kali datang ke Jepang akan merasa kebingungan ketika ingin membuang sampah dari makanan atau minuman yang dibeli. Padahal dari pengamatan dan pengalaman pribadi Bayu sendiri, jika memang tidak menemukan tempat sampah di ruang publik, maka sampah tersebut harus dibawa oleh yang bersangkutan sampai menemukan tempat sampah atau dibawa pulang ke rumah untuk dibuang di tempat sampah yang ada di rumah. Kesadaran untuk tidak membuang sampah ketika tidak menemukan tempat sampah di ruang publik ini yang menjadikan stasiun, taman, maupun jalan di tengah kota yang ada di Jepang tetap terjaga kebersihannya, meskipun tidak ada tempat sampah di ruang publik. Sehingga pengurangan tempat sampah ini menjadi salah satu media edukasi yang efektif bagi para turis mancanegara di Jepang, untuk menjaga dan memperlakukan sampah yang dihasilkannya sendiri, seperti barang privasi miliknya sendiri yang perlu dijaga agar jangan sampai mengotori atau membebani orang lain. 

Meskipun begitu, tempat sampah masih dapat ditemui di ruang publik, terutama untuk membuang sampah berupa botol maupun kaleng minuman yang dijual lewat jidoohanbaiki atau vending machine, umumnya sudah dilengkapi dengan tempat pembuangan khusus, jelas Bayu yang juga Pengurus Pusat Bidang Teknologi Informasi Asosiasi Studi Pendidikan Bahasa Jepang Indonesia (ASPBJI).



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto          : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar