Memandang Luas Tentang Perbedaan Sekelumit Kisah Perjalanan di Negeri Paman Sam

Shofi di depan rumah dinas Rektor The University of Alabama, Tuscaloosa.

Purwokerto, Kafapet-unsoed.com. Dosen Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Unsoed, Shofi Mahmudah Budi Utami sedang kuliah doktoral di Amerika Serikat. Shofi (sapaan akrab Shofi Mahmudah Budi Utami) di seputar lebaran sampai hari ini Senin 06 Mei 2024 sedang ujian dan menyelesaikan banyak tugas dari State University of New York (SUNY), Binghamton, New York di Amerika Serikat. Di kesibukan ujian dan tugas dari kampus, ternyata Shofi masih menyempatkan pemaparan jarak jauh yang di pandu Ir.H.Alief Einstein dari kafapet-unsoed.com.

Meskipun saat S3 di AS, bukanlah kali pertama Shofi datang dan menuntut ilmu di negeri Paman Sam (AS), tetap ada hal-hal baru yang belum sempat Shofi alami saat pertama kali menjejakkan kaki di Amerika Serikat di kota Carson, daerah Los Angeles County di California pada tahun 2009 - 2010. Saat tahun 2009 Shofi, yang sedang kuliah di Sastra Inggris UNS, mendapatkan kesempatan mengikuti program pertukaran bernama Global Undergraduate Exchange Program yang dikelola oleh AMINEF dan Fulbright Commission. Pengalaman belajar Shofi di Californa State University, Dominguez Hills (CSUDH) memberikan pandangan baru tentang Amerika dari sekadar yang Shofi pelajari di buku sejarah. Menurut Shofi, orang-orang yang Shofi temui di California sangatlah beragam, dari latar belakang roots dan heritage mereka. Shofi belajar bagaimana stereotyping atas kelompok masyarakat tertentu dibentuk, terutama di konteks tempat yang Shofi singgahi hampir satu tahun itu. Shofi mendapatkan contoh nyata karena kota Carson berdekatan dengan kota Campton yang banyak sering dipandang sebagai kota dimana lagu ‘rap’ itu lahir dan juga menjadi tempat yang dikenal sebagai tempat lahir beberapa selebrity atlet seperti Serana dan Venus Williams. Serta tempat seperti San Pedro dimana menjadi kota pelabuhan sibuk yang ada di Los Angeles, yang juga dikenal banyak disinggahi oleh keturunan Hispanic. Selain itu juga berdekatan dengan Torrence dimana Shofi sering menemui orang-orang berlatar keturunan Asia. Dengan stereotype kota ini yang dianggap ‘banyak keturunan ini’ merupakan image yang terus dipercaya benar—dan kenyataan yang Shofi dapati terkadang tidak sepenuhnya benar; meskipun juga terkadang sesuai kenyataan, ada hal-hal tertentu yang menyebabkan kenapa stereotype ini ada. Di sini lah Shofi belajar memahami kompleksitas di kota yang Shofi tinggali dan kota-kota tetangganya. Dari segi demografi, keberagaman yang Shofi lihat di beberapa kota yang Shofi datangi di Los Angeles, benar-benar kaya, tidak hanya ada satu kelompok yang sangat mendominasi, keturunan orang-orang White, African American, Hispanic, maupun Asia. Meski ada di beberapa tempat yang mungkin masih terkotak-kotak, tetapi bisa dibilang sebagian wilayahnya sudah tidak begitu tersegregasi. Hal ini menimbulkan kesan tersendiri, selain ini adalah pengalaman pertama Shofi, bahwa mereka memiliki pace yang cukup mudah Shofi ikuti, tidak terlalu cepat dengan hiruk-pikuk metropolis dan juga tidak terlalu santai. 

Pengalaman tersebut ternyata sangat berbeda saat Shofi mendatangi kota Tuscaloosa di negara bagian Alabama pada tahun 2023. Kota ini tidak se-hectic kota di Los Angeles. Secara geografis, Alabama berada di daerah selatan (berbeda dari California di sebelah barat, sering disebut dengan daerah west coast), dimana daerah ini sangat dikenal dengan keramahannya. Shofi menyadari ini setelah berada di kota tersebut. Dengan hampir sebagian besar penduduknya adalah keturun kulit putih, bisa dibilang ini kurang beragam. Di sisi lain, The University of Alabama memiliki magnet luar biasa dengan banyaknya prestasi olahraganya, terutama Football College teamnya yang disebut Alabama Crimson Tide, yang selalu berada di peringkat lima besar nasional. Jadi menurut Shofi, diversity yang tergambarkan adalah melalui representasi para pelajar/ mahasiswanya yang datang dari berbagai negara bagian di Amerika. Akan tetapi, bukan berarti kurangnya keberagaman ini menjadi tempat yang tidak ramah untuk pendatang, seperti Shofi. Justru yang Shofi rasa sebaliknya, pengalaman bertemu dengan orang-orang Amerika dan beberapa kali diundang makan di rumah mereka, menggambarkan betapa hangat dan spesialnya orang-orang Alabama. Dengan kondisi ini, pace orang-orang di sini pun tidak terlalu disibukkan dengan ke-hectic-an kehidupan kota besar seperti Los Angeles ataupun New York. Di Alabama, Shofi mendapatkan kesan tentang tenangnya hidup, keramahan, dan kebaikan orang-orang di sekitar, serta betapa taatnya mereka pada agama—pandangan lain tentang memaknai perbedaan.

Di bulan Agustus 2023, Shofi memulai program doktoralnya di kota Binghamton, yaitu di State University of New York, Binghamton yang terletak di negara bagian New York. Kota ini lebih tepatnya berada empat jam (perjalanan darat) dari New York City dan hampir satu jam dari Ithaca, kota dimana Cornell University berada. Binghamton bukanlah kota yang cukup besar namun bukan juga kota kecil. Akan tetapi Shofi merasa bahwa kota ini tidak begitu ramai seperti dua kota yang Shofi tinggali sebelumnya. Jika dilihat dari demografinya, kota ini tidaklah beragam. Masih ada kelompok yang menjadi mayoritas di sini. Tetapi yang menarik adalah, bahwa State University of New York, Binghamton, berada di wilayah yang dahulu didiami oleh suku Native Americans yang dikenal sebagai suku Onondaga dan Oneida yang masuk ke dalam serikat bangsa Iroquois atau Iroquois Confederacy. Jadi, meskipun secara kenyataan, kota Binghamton memiliki 60% lebih keturunan kulit putih tetapi tempat bersejarah ini adalah tempat dimana cerita tentang peacemaker Iroquois itu berawal—ke enam suku native yang terdiri dari Mohawk, Onondaga, Oneida, Cayuga, Seneca, dan Tuscarora ini bersatu dalam perbedaan. Banyak tempat yang masih dinamai dengan latar belakang suku native tersebut, seperti misalnya sungai di dekat kampus yang bernama Susquehanna River atau salah satu air terjun di Ithaca yang dinamai Seneca Falls. Sejarah tentang perbedaan yang dibangun dalam diri Amerika juga sebenarnya masih dalam proses untuk terus dirayakan karena masih ada beberapa yang belum begitu terbuka dengan perbedaan. Apa yang tertulis di mata uang Amerika, E pluribus Unum (Out of many, one — beragam tetapi satu) ini bukan berarti cerminan Amerika secara keseluruhan. Menurut Shofi pribadi, perbedaan dilihat dari sisi bagaimana kita memandang perbedaan itu berdasar konteks Amerika yang lebih khusus, pastinya dengan lokasi, kondisi, situasi tiap negara bagian yang sangat beragam juga, jelas Shofi penerima beasiswa program doktoral dari Fulbright pada tahun 2023.

Shofi yang sedang S3 di bidang Comparative Literature menambahkan bahwa Amerika itu sangat luas, terdapat 50 negara bagian dengan ke-khasan masing-masing layaknya Indonesia dengan suku dan provinsi masing-masing. Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang bangsa dan negara ini tidaklah taken for granted; tidaklah melihat dari gambaran demografis, tetapi pertimbangan - pertimbangan lain bagaimana perbedaan diangkat dalam konteks wilayah Amerika yang berbeda.



Penulis    : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto         : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

1 Komentar

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer