Purwokerto, Kafapet-unsoed.com. Kabupaten Banyumas, membutuhkan kepemimpinan transformatif agar bisa mengatasi masalah dan memaksimalkan potensi yang dimiliki, ujar Dekan Fisip Unsoed Dr. Wahyuningrat, Senin (10/6).
Menurut Wahyuningrat era saat ini memerlukan pemimpin yang bisa melakukan kolaborasi berbagai komponen yang ada.
“Jadi kita ini membutuhkan pemimpin yang transformatif, agar bisa menghadapi kondisi kontemporer,” ujar Wahyuningrat saat memberikan sambutan dalam Talkshow “Sumbangsih Fisip Unsoed pada Pilkada 2024 dan Peluncuran Sekretariat Ikafu”.
Kontribusi dunia kampus pada Pilkada menurut dia sangat penting, karena bisa memberikan banyak pendidikan politik untuk masyarakat.
Unsoed sebagai kampus yang ada di Banyumas juga bisa merumuskan kriteria-kriteria pemimpin yang cocok dengan kebutuhan masyarakat.
Dr. Tobirin, Ketua Jurusan Administrasi Publik Fisip Unsoed mengatakan pemimpin baru di Kabupaten Banyumas mendatang akan menghadapi berbagai masalah.
Di satu sisi ada masalah pengangguran dari kalangan Gen Z yang angkanya bisa mencapai 58.000 orang lebih.
Selain itu, persoalan Indeks Pembangunan Manusia (IMP),distribusi pendapatan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Stunting juga menjadi masalah dihadapi pemerintah dan kemiskinan ekstrim.
“Di sisi lain pendapatan Kabupaten Banyumas itu minim, sehingga pemerintah harus bisa menentukan prioritas anggaran untuk menghadapi masalah yang ada,” ujar dia.
Kepala Jurusan Komunikasi Dr. Edi Santoso mengatakan dari sisi komunikasi, Pilkada penting untuk pendidikan politik masyarakat.
Namun sejauh pengalaman Pilkada di Banyumas, belum hal-hal substansial tersebut belum tersampaikan pada masyarakat.
“Pilkada penting untuk pendidikan politik, tapi belum dimanfaatkan dengan baik. Para kandidat Membangun popularitas dengan gimmick, bukan gagasan besar,” ujar dia.
Buruh Migran dan Ekspor UMKM
Dr. Tyas Retno Wulan, Wakil Dekan III Fisip Unsoed mengatakan Banyumas adalah salah satu daerah pengirim tenaga kerja migran terbesar di Indonesia.
Dampaknya macam-macam, mulai dari persoalan rumah tangga karena suami yang ditinggal ke luar negeri, hingga tidak bisa mendampingi tumbuh kembang anak, terutama dari kalangan Gen Z.
Selain itu para pekerja migran ini juga menghadapi potensi kejahatan perdagangan manusia.
Di sisi lain, manfaat positif pekerja migran juga sangat terasa bagi masyarakat, yaitu remitansi ekonomi dan sosial.
“Banyak pekerja migran kita setelah pulang menjadi sukses. Ada yang jadi notaris, perangkat desa bahkan sekarang mereka melakukan advokasi pada pekerja migran yang lain,” ujar dia.
Menurut Tyas, buruh migran ini saat ke luar negeri ini selain dapat uang, dapat juga pengetahuan.
Di Banyumas ada mantan buruh migran dari Korea yang sukses menjadi petani melon, mempunyai keterampilan praktis dan ada perubahan mindset.
“Kita bisa manfaatkan teman-teman ini untuk memberdayakan rekan-rekannya dan menghadapi masalah,” ujar dia.
Dr. Tunjung Linggarwati, ketua jurusan Hubungan Internasional Fisip Unsoed mengatakan selain soal tenaga kerja migran, pemimpin Kabupaten Banyumas mendatang juga perlu membantu para pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor.
Saat ini di Banyumas sudah banyak UMKM yang berusaha melakukan ekspor lewat pihak ketiga maupun secara langsung, meski produknya masih didominasi gula semut.
“Ada yang sedang coba ekspor cincau. Tapi ini butuh peningkatan kualitas SDM, dan produk mereka. Juga perlu pendampingan hukum, karena beberapa UMKM tertipu buyer,” ujar dia.
Penulis : Barid
Foto : Farid
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer