Dr.Drs.H.Muh.Hizbul Muflihin,BA.,MPd. (Ketua Takmir Masjid Agung Baitussalam, Purwokerto dan Dosen Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri, Purwokerto). |
Purwokerto, Kadapet-unsoed.com. Hijrah secara bahasa berarti "memutuskan" atau "meninggalkan". Dikalangan umat Islam tidak asing lagi tentang peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hijrah dilakukan Nabi Muhammad SAW dari tanah kelahirannya di Makkah Al Mukaromah menuju Madinah AL Munawarah. Penyebab Nabi Muhammad SAW berhijrah salah satunya karena tekanan dan ancaman kaum Quraisy terus meningkat dan mendapat penolakan, serangan, hingga ancaman pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya, yang semakin hari semakin dibenci, diintimidasi, dan diboikot dalam perniagaan dan perdagangan. Selain kejamnya serangan orang kafir quraisy sebagai salah satu penyebab hijrahnya Nabi Muhammad SAW yang paling utama, kehijrahan Nabi Muhammad SAW juga disebabkan kesedihan yang amat mendalam atas meninggalnya istri tercinta Siti Khadijah dan pamanya yaitu Abu Thalib. Atas kondisi yang semakin tidak memungkinkan Nabi Muhammad SAW berserta kaumnya untuk berdakwah, maka atas perintah Allah SAW Nabi Muhammad SAW memasrahkan nasib dan keberlangsungan hidup kepada Allah SWT, sehingga pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari tanah kelahirannya menuju Kota Madinah atas dasar perintah Allah SWT, ungkap Ketua Takmir Masjid Agung Baitussalam, Purwokerto Ustadz Dr.Drs.H.Muh.Hizbul Muflihin,BA.,MPd. selesai pemaparan yang dipandu Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com yang juga Humas Masjid Agung Baitussalam pada hari ini Jum'at 19 Juli 2024.
Ustadz Hizbul (sapaan akrab Dr.Drs.H.Muh.Hizbul Muflihin,BA.,MPd) mengatakan bahwa rencana hijrah Nabi Muhammad saw untuk berhijrah kemudian sampai ke telinga orang kafir Quraisy, dan orang kafir Quraisy pun marah yang pada akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW. Kemarahan ini disebabkan karena orang kafir Quraisy khawatir bahwa Islam akan berkembang di Yatsrib atau kota Madinah. Mereka menyuruh para pemuda untuk mengepung rumah Nabi Muhammad SAW. karena khawatir akan lari.
Ustadz Hizbul (Dosen di Universitas Islam Negeri / UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri / Saizu, Purwokerto) menjelaskan bahwa dibalik hijrahnya Nabi Muhammad SAW, paling tidak ada beberapa substansi nilai-nilai kejuangan yang patut untuk dipahami dan diambil sebagai pelajaran :
● Pertama, hijrah dilakukan bukan takut kepada kematian.
Kematian adalah sesuatu yang sudah diyakini akan terjadi kapan dan dalam situasi yang bagaimanapun. Atas dasar hal ini hijrah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW semata-mata agar misi dakwah Nabi Muhammad SAW bisa dilaksanakan dan disebarkan ke seluruh wilayah Arab dan sekitarnya (QS. An-Nisa: 100). Dalam konteks kekinian, setiap insan hendaknya sadar bahwa semua perbuatan yang baik apalagi yang buruk (menurut agama dan masyarakat) saat nanti setelah meninggal dunia pasti nanti akan diperlihatkan oleh Allah SWT dan akan diberi imbalan baik (kebahagiaan) dan balasan berupa siksa atau neraka (QS Al An'am: 160), ujar Ustadz Hizbul (Anggota Perkumpulan Program Study Manajemen Pendidikan Islam).
● Kedua, hijrah dilakukan Nabi Muhammad SAW atas dasar perintah Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana
Ustadz Hizbul (Dosen ahli Administrasi dan Manejemen Pendidikan dari UIN Saizu Purwokerto) mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW sangat yakin bahwa perintah berhijrah bukan tanpa ada nilai strategis dan substansial. Keyakinan atas perintah berhijrah dalam rangka misi dakwa ini ternyata membuahkan hasil yang manis berupa semakin banyak penduduk Madinah yang masuk Islam (QS. An-Nisâ :100).
● Ketiga, hijrah dilakukan Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan perencanaan yang matang
Mengingat ketatnya usaha Kafir dan Quraisy untuk bukan saja menghalangi semakin meluasnya dakwah dan banyaknya penduduk yang masuk Islam, melainkan juga adanya keinginan dari orang kafir Quraisy untuk membunuhnya dengan imbalan 100 ekor unta, maka malam hari sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah, beliau meminta sepupunya yaitu Ali bin Abi Thalib,r.a. supaya menggantikan tidur di ranjangnya dan memakai selimutnya. Setelah aman dan yakin Rasulullah SAW keluar dari kamarnya dan atas izin Allah SWT, Nabi Muhammad SAW. berhasil keluar dari rumahnya dengan selamat meski sudah dikepung. Taktik dan startegi ini mengajarkan kepada kita, bahwa suatu cita-cita yang baik mesti dan seharusnya direncanakan dengan penuh ketelitian dan keseriusan, dengan harapan bisa membuahkan hasil yang baik (QS. Al- Anfal: 90), jelas Ustadz Dr.Hizbul (Dosen Pasca Sarjana UIN Saizu, Purwokerto).
● Ketiga, berhijrah perlu mengajak sahabat yang jujur dan mau diajak berjuang
Menurut Ustadz Hizbul, di saat genting dakwah yang terus mengalami hambatan dan rintangan, rasanya mengikut sertakan orang yang dicintai dan setia atas kenabian Rasullulan saw yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq menjadi sangat penting. Hal ini bukan saja menjadikan sahabatnya semakin setia tetapi juga agar perjalanan darat sepanjang sekitar 451 km dan di musim panas tahun 622 Masehi bisa berjalan dengan mulus. Jarak yang cukup jauh dengan perjalanan darat tentu amat melelahkan, lalu Rasulullah saw beserta Abu Bakar Ash Shidiq menginap dahulu di Gua Tsur dan jalan ke gua Tsur adalah jalan yang tidak lazim dilewati orang pada umumnya (Al-Baqarah : 195).
● Ke empat, hijrah Rasulullah saw dilakukan dari yang baik menuju yang baik atau lebih baik
Kehijrahan Rasulullah saw bermodalkan berdakwah demi tegaknya syiar Islam yang diamanatkan oleh Allh swt. Di awal Rasulullah saw berdakwah di kota Makkah, sudah cukup banyak penduduknya yang masuk Islam misalnya Abu Bakar Al-Shiddiq, Bilal bin Rabah, Ummu Aiman dan sudah barang tentu Khadijah binti Khuwailid. Ternyata seiring semakin banyaknya penduduk Makkah yang masuk Islam, juga semakin banyak tantangan dan rintangan, maka agar dakwah Rasulullah saw tetap terus berlangsung Rasulullah saw memutuskan ke arah selatan yaitu Madinah. Hal ini dipilih karena orang Madinah (kaum Anshor) sangat terbuka dan siap membantu Rasulullah saw dalam berdakwah. Dalam konteks kekinian dakwah menuju kepada kebaikan, sangat banyak jenis dan ragam rintangannya baik berupa uang, tahta/kedudukan, wanita, dan juga kekayaan. Tentu semua itu jika di dapat dan dicari dengan cara yang bathil, instan di luar aturan yang berlaku pada umumnya dan atau menghalalkan segala macam cara, ujar Ustadz Hizbul.
Ustadz Hizbul (Lektor Kepala pada UIN Saizu Purwokerto) berharap semoga Allah SWT menjadikan momentum tahun1446 H, sebagai tonggak awal untuk merencanakan segala hal di masa yang akan datang dengan baik, halal dan diridloi Allah SWT.
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer