(Wakil Dekan Fakultas Peternakan Unsoed dan alumni S3 Community Development, College of Public Affair/CPAF University of the Philippines, Los Banos, Philippines). |
Purwokerto, Kafapet-unaoed.com. Peternakan kecil di Indonesia telah lama menjadi tulang punggung penyediaan protein hewani dan penggerak perekonomian di pedesaan. Namun, sektor ini sering kali dipandang sebelah mata, terjebak dalam pola tradisional yang sulit berkembang, ungkap Wakil Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) Unsoed Ir.Mochamad Sugiarto, SPt.,MM.,PhD.,IPU.,ASEAN Eng., saat pemaparan yang dipandu Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com.
Menurut Sugiarto (sapaan akrab Ir.Mochamad Sugiarto, SPt.,MM.,PhD.,IPU.,ASEAN Eng) di tengah tekanan global seperti perubahan iklim, peningkatan kebutuhan pasar, dan kompetisi yang semakin ketat, peternak kecil kini dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana bertransformasi menjadi peternak yang maju dan mampu bersaing di tingkat nasional, bahkan global?
Jawaban atas tantangan ini bukan hanya soal menambah jumlah ternak atau memperluas lahan, ujar Sugiarto (alumni S3 Community Development, College of Public Affair/CPAF University of the Philippines / UP, Los Banos, Philippines).
Selanjutnya Sugiarto (Dosen ahli Pemberdayaan Masyarakat Fapet Unsoed) menjelaskan bahwa transformasi peternak kecil membutuhkan perubahan yang lebih mendasar, mencakup penggunaan teknologi, inovasi kelembagaan, dan dukungan kebijakan yang mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Sugiarto sebagai dosen ahli Pengembangan Kelompok (Group Development) dari Fapet Unsoed mengatakan inilah saatnya kita membahas bagaimana peternak kecil dapat melangkah ke masa depan yang lebih maju dan berdaya saing:
1. Meningkatkan Teknologi, Meningkatkan Daya Saing.
Teknologi adalah kunci dalam membawa peternak kecil melampaui batas tradisional. Penggunaan aplikasi manajemen peternakan, alat pemantau kesehatan ternak berbasis sensor, dan teknologi pakan yang lebih efisien mampu meningkatkan produktivitas dan menekan biaya. Namun, yang lebih penting adalah mengubah cara pandang peternak kecil terhadap teknologi. Ini bukan sekadar alat tambahan, melainkan investasi penting untuk masa depan.Banyak peternak kecil ragu mengadopsi teknologi karena dianggap mahal atau rumit. Di sinilah peran pemerintah dan sektor swasta untuk memberikan akses yang lebih mudah, baik melalui subsidi teknologi atau pelatihan penggunaan alat-alat modern. Teknologi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari peternak, membantu mereka bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras,
2. Peternakan Kolektif: Mengubah Skala Kecil Menjadi Kekuatan Besar.
Peternak kecil sering kali kalah bersaing karena skala usaha yang terbatas. Dalam konteks ini, penggabungan dalam bentuk peternakan kolektif atau koperasi peternak dapat menjadi solusi strategis. Dengan bergabung dalam kelompok, para peternak dapat berbagi sumber daya, meningkatkan skala produksi, dan memperoleh akses yang lebih baik ke pasar dan teknologi. Peternakan kolektif juga membuka peluang bagi pengelolaan yang lebih profesional. Manajer berpengalaman dapat dipekerjakan untuk memastikan bahwa operasional berjalan efisien, sementara peternak dapat fokus pada pemeliharaan ternak dan produksi. Ini adalah model kelembagaan yang dapat membawa peternak kecil ke level yang lebih kompetitif.
3. Keberlanjutan: Menjadikan Lingkungan sebagai Keunggulan.
Di era modern, produk yang dihasilkan dengan cara yang berkelanjutan semakin diminati oleh konsumen, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Peternak kecil memiliki potensi besar untuk memanfaatkan tren ini dengan menerapkan praktik-praktik yang ramah lingkungan, seperti pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organik atau biogas, serta penggunaan pakan yang lebih efisien. Dengan menerapkan prinsip-prinsip peternakan berkelanjutan, peternak kecil tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga dapat memperoleh nilai tambah di pasar. Produk yang dihasilkan secara berkelanjutan memiliki potensi untuk dijual dengan harga lebih tinggi, baik karena memenuhi standar lingkungan maupun karena menarik perhatian konsumen yang peduli terhadap isu-isu hijau.
4. Kebijakan yang Mendukung: Dari Subsidi ke Insentif Inovasi.
Kebijakan publik sering kali menjadi faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan sebuah transformasi. Selama ini, subsidi bagi peternak kecil telah menjadi alat utama pemerintah. Namun, pendekatan subsidi semata sering kali menciptakan ketergantungan. Alih-alih, pemerintah perlu berfokus pada pemberian insentif bagi peternak yang berinovasi dan mengadopsi teknologi. Misalnya, peternak yang menerapkan sistem pengelolaan berkelanjutan atau bergabung dalam peternakan kolektif dapat diberikan akses lebih mudah ke pasar, kredit murah, atau subsidi teknologi. Dukungan ini akan mendorong peternak kecil untuk berkembang lebih mandiri dan inovatif, sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas,
5. Pendidikan untuk 'Peternak-Preneur': Menyiapkan Sumber Daya Manusia Masa Depan.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia merupakan komponen kunci dalam transformasi ini. Peternak kecil perlu diberikan pendidikan dan pelatihan yang tidak hanya fokus pada teknik beternak, tetapi juga pada keterampilan manajerial dan pemasaran. Dengan kemampuan ini, mereka dapat berpikir lebih strategis dan menjadi peternak-preneur, yakni peternak yang mampu mengelola usahanya secara profesional.
Pemerintah dan lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam memberikan program pelatihan berbasis pasar. Pelatihan ini harus relevan dengan tantangan masa kini, seperti bagaimana mengelola usaha dengan lebih efisien, meningkatkan akses ke pasar, atau memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, ungkap Sugiarto (alumni S2 Agribusiness Management, College of Economic and Management/CEM), University of the Philippines (UP), Los Banos, Philippines.
Kesimpulan: dari Bertahan Hidup ke Kompetisi Global. Transformasi peternak kecil bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Di tengah perubahan global yang pesat, peternak kecil harus beradaptasi atau tertinggal. Teknologi, inovasi kelembagaan, keberlanjutan, kebijakan yang mendukung, serta pendidikan yang tepat adalah kunci untuk membawa peternak kecil menuju masa depan yang lebih maju, mandiri, dan berdaya saing. Dengan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan peternak itu sendiri, kita dapat menciptakan peternakan kecil yang tidak hanya bertahan, tetapi berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang mampu bersaing di tingkat global. Saatnya kita bergerak maju dan memastikan bahwa peternak kecil Indonesia menjadi pemain utama, bukan hanya penonton, dalam industri peternakan dunia, jelas Sugiarto yang juga Sekjen Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia (PERSEPSI).
Penulis : Ir. Alief Einstein, M.Hum
Foto : Ir. Alief Einstein, M.Hum
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer