Beberapa waktu terakhir beredar di media sosial sosok
binatang unggas satu ini; kalkun. Beberapa orang menyebutnya sebagai binatang
yang mengalami “krisis identitas”.
![]() |
Lukisan AI tentang pemeliharaan kalkun. |
Ungkapan tersebut tampaknya ada benarnya. Kalkun berasal
dari penamaan Negeri Belanda; kalkoen. Syahdan kata itu berasal dari nama
tempat di India; Calicut, nama lama dari Kota Kozhikode. Daerah ini berada di
negara bagian Kerala.
Sebagaimana banyak dijumpai dalam penamaan binatang atau
buah, mereka dinamai sebagaimana mereka (diduga) berasal. Karena (diduga)
berasal dari Calicut, unggas besar ini diberi nama kalkoen.
Uniknya, penamaan ini “senada” dengan orang Prancis yang
menyebut kalkun sebagai ayam indi. Sementara, orang Melayu menyebut kalkun adalah
ayam belanda. Orang Inggris menyebut turkey. Orang Turkmen menyebut hindi.
Orang Hindi atau India menamai binatang unggas ini sebagai tarkee.
Para pedagang Turkey zaman Kekaisaran Ottoman membawa kalkun
yang dibawa dari Afrika masuk ke Inggris. Orang Inggris lantas menyebut burung
itu sebagai turkey.
Maka pertanyaannya kemudian adalah, sebenarnya dari mana
unggas ini berasal?
Rupanya, unggas ini justru tidak berasal dari sekian banyak
penyebutan di atas. Kalkun diketahui berasal dari benua Amerika. Tepatnya,
unggas ini berasal dari Meksiko, bagian selatan dari Amerika Utara. Zaman
orang-orang Eropa keranjingan penjelajahan antar benua, Colombus dari Spanyol
merapat ke Amerika. Dalam catatan sejarah Christopher Columbus merapat di benua
Amerika 5 Agustus 1498.
Burung Besar
Sebuah catatan menyebutkan bahwa kalkun masuk kategori
burung tanah besar. Beberapa burung besar lain adalah burung unta atau Struthio camelus, kasuari atau Casuarius
casuarius, burung emu Dromaius
novaehollandiae (endemik Australia), penguin atau Aptenodytes forsteri atau pun Aptenodytes
patagonicus, burung pelican (Pelecanus
crispus), burung rhea (Rhea americana),
dan angsa putih jenis mute swan (Cygnus
olor). Sebagian besar berat mereka antara 10-15 kilogram. Burung kasuari
mencapai 45 kilogram. Sementara burung unta mencapai lebih dari 100 kilogram.
![]() |
Kalkun jantan. |
Kalkun, meskipun masuk kategori berat sekitar 10-15
kilogram, memiliki kemampuan terbang. Sebagian besar burung tanah yang lain
tidak bisa terbang. The Wild Turkey (Meleagris
gallopavo) dapat mengepakkan sayapnya dan terbang dalam jarak pendek. Berat
tubuhnya mencapai rata-rata 13,5 kilogram dengan panjang badang mencapai 124
centimeter.
Favorit Keluarga
Amerika
Apa pun nama yang ditempelkan pada unggas besar ini, dengan
aneka latar belakang penamaan, bagi keluarga-keluarga Amerika modern, hidangan
daging kalkun (turkey) adalah hidangan favorit. Keluarga Amerika modern
memiliki tradisi kumpul keluarga yang dinamakan Thanksgiving Day. Perayaan yang
dinyatakan sebagai hari libur tersebut berlangsung pada akhir bulan November
tiap tahunnya. Di tengah kegembiraan berkumpul tersebut selalu ada olahan
daging kalkun di meja makan.
![]() |
Daging kalkun. |
Menurut sejarah, Thanksgiving Day pertama dibuat pada tahun
1621. Ketika itu kelompok imigran Eropa yang kemudian diberi nama “Pilgrim”
masuk Amerika berhasil memanen hasil kebun. Mereka mengundang penduduk asli
Amerika untuk makan malam bersama. Kesempatan tersebut menjadi kesempatan untuk
bersyukur bersama. Salah satunya adalah karena keberhasilan atas panen.
Sebelumnya para pendatang tersebut kesulitan bercocok tanam. Atas pelajaran
yang diberikan oleh suku Indian yang merupakan penduduk asli setempat, Pilgrim
berhasil panen.
Perayaan syukur itu berlangsung tiga malam. Aneka makanan
disajikan. Diyakini, daging kalkun ada di antara makanan yang disantap dengan
aneka bumbu rempah asli olahan suku lokal.
Tradisi ungkapan syukur “yang menyatukan” inilah yang
kemudian dilanjutkan sebagai Thanksgiving Day. Dan jangan lupa, daging kalkun
semacam wajib hadir di meja makan mereka.
Liar dan Peliharaan
Ada dua spesies kalkun yang
sekarang masih hidup. Kalkun liar atau Meleagris
gallapavo dan kalkun merak atau Meleagris
ocellata. Seperti halnya burung tanah besar ordo Galliformes, burung jantan
memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan burung betina.
Diperkirakan kalkun berevolusi
paling awal di Amerika Utara lebih dari 20 juta tahun yang lalu. Nenek moyang
mereka sama dengan ayam kaki-kasar, burung pegar dan unggas lain. Proses
domestikasi diperkirakan sekitar 2000 tahun lalu.
Yang Panjang Lebih Menarik
Kalkun memiliki jejuntai, yaitu
karunkula atau daging yang menonjol yang berada di dahi. Dalam kondisi santai
jejuntai akan terlihat pucat. Ketika kalkun jantan gelisah dalam konteks “birahi”
atau mendekati betina, jejuntai akan dipenuhi dengan darah dan membuatnya
menonjol sampai melebihi paruh.
Dalam penangkaran, kalkun betina
lebih suka dengan kalkun jantan dengan jejuntai yang panjang. Meskipun demikian
jejuntai sering menjadi masalah ketika kalkun beradu mekanik atau berkelahi.
Jejuntai seringkali menjadi sasaran untuk dipatuk hingga berdarah. Beberapa
penangkar kemudian memotong jejuntai tersebut demi kesehatan kalkun.
Tertarik Beternak Kalkun?
Beberapa orang telah mencoba
budidaya kalkun. Di Kudus misalnya, sebuah media online mengabarkan pada tahun
2020, ada komunitas peternak kalkun. Pada tahun 2017 harga kalkun umur satu
bulan antara Rp 25.000 sampai dengan Rp 35.000. Sementara kalkun jantan dewasa
mencapai harga Rp 500.000 per ekor. Kalkun betina antara Rp 250.000 sampai
dengan Rp 300.000 per ekor.
Suyatno, salah satu peternak kalkun mengungkapkan, dalam
satu bulan omzetnya mencapai 7-8 juta rupiah dalam kondisi normal. Ketika pasar
sedang kuat serapannya, omzet penjualan Suyatno dapat mencapai Rp 15 juta
rupiah per bulan.
Pada tahun 2011, laman berita milik Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menampilkan profil peternakan kalkun di
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Salah seorang peternak Bambang Cahyo
Murad menyampaikan, dalam budidaya kalkun peternak harus memperhatikan
manajemen pemeliharaan yang meliputi pembibitan, pakan, kadang dan padang
gembala, penyakit dan penangannya.
Peternak lain Johan, dalam laporan sebuah media tahun 2022,
memberi pakan kalkunnya dengan bahan pakan organik. Ia mengungkapkan, puluhan
ekor kalkun di kandang miliknya hanya diberi makanan yang terbuat dari 20%
dedak ditambah 50% dedaunan seperti kol, sawi dan limbah sayuran lainnya.
Johan sendiri memelihara kalkun di Medan dan Deli Serdang. Atas pengalaman
sendiri, Johan meyakini daging kalkun tidak memicu penyakit asam urat.
Pengalaman mengkonsumsi daging kalkun yang ternyata tidak membuat asam uratnya
kambuh itu pula yang mendorong Johan kemudian beternak kalkun.
Sutriyono Robert
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer