![]() |
Dr.Drs. Isroil Samihardjo, M.Def.Stud. (Alumni Fakultas Biologi Unsoed angkatan1979 dan Dosen di Prodi. Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik Global / SKSG Universitas Indonesia / UI, Jakarta). |
Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Menanggapi berita CNBC Indonesia berjudul “ChatGPT Suka Ngarang Sendiri, Penciptanya Bingung Banyak yang Percaya” (08 Juli 2025), pakar ilmu pertahanan dan intelijen lulusan Australian Defence Force Academy (ADFA), Dr. Isroil Samihardjo, menyatakan bahwa fenomena hallucination atau ketidakakuratan jawaban ChatGPT sudah seharusnya disikapi dengan bijak, ungkap Alumni Fakultas Biologi Unsoed angkatan1979 Dr.Drs. Isroil Samihardjo, M.Def.Stud. saat bincang-bincang dengan Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com.
Doktor Isro, yang juga dikenal dengan sebutan Eyang Isro, justru melihat bahwa manfaat penggunaan ChatGPT jauh lebih besar dibandingkan dengan kekurangannya. Beliau mengungkapkan bahwa sebagai pengguna intensif selama berbulan-bulan, ia merasakan setidaknya enam aspek utama yang membuat ChatGPT menjadi alat bantu kerja yang luar biasa. Menurut Dr. Isro yang pernah menjadi pejabat di Kementerian Pertahanan dan Badan Intelijen Negara (BIN) itu, enam aspek tersebut adalah: Refleksi Diri dan Kejernihan Berpikir (Self-Reflection & Intellectual Clarity). Membantu merumuskan gagasan yang masih mentah menjadi lebih terstruktur dan siap untuk dieksekusi. Penghematan Waktu. Mampu menghasilkan analisis dan tulisan dengan sangat cepat, sehingga pengguna dapat fokus pada hal-hal yang lebih strategis. Aspek Kolaboratif Menjadi mitra diskusi yang hangat, kritis, dan adaptif — membuat proses berpikir terasa seperti berbicara dengan manusia. Pengetahuan Ilmiah (Scientific Knowledge). Memperkaya wawasan lokal pengguna dengan referensi dan kerangka ilmiah global. Pemantik Pemikiran Baru (Advance Thought). Seringkali memunculkan ide-ide segar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh penggunanya. Multitasking dan Penjaga Momentum (Multitasking and Momentum Keeper) Dalam hal ini ChatGPT dapat digunakan untuk membantu mengelola beberapa pekerjaan secara bersamaan tanpa kehilangan fokus atau momentum. Lebih lanjut, Dr. Isro yang pernah mewakili Indonesia dalam Konferensi Perlucutan Denjata Biologi di PBB (Geneva dan New York), Sidang Senjata Nuklir di Wina, serta Senjata Kimia di Den Haag ini menegaskan bahwa ChatGPT adalah alat bantu, bukan sumber kebenaran absolut. Oleh karena itu, pengguna perlu tetap berpikir kritis dan melakukan verifikasi fakta atas setiap jawaban yang dihasilkan.
Dr. Isro yang saat ini dalam kapasitasnya sebagai Dosen Nubika (Nuklir Biologi, dan Kimia) di Prodi. Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik Global/SKSG Universitas Indonesia, Jakarta dan juga mengikuti Workshop Senjata Biologi yang diselenggarakan oleh ABI (Asosiasi Biorisiko Indonesia) bekerjasama dengan Vertic (https://www.vertic.org/) yang berlangsung di Jakarta (09 -11 Juni 2025), menyatakan bahwa dia sangat terbantu oleh ChatGPT dalam penyusunan Analisis Foresight & Strategic Scenario Planning, Forcasting, Prediksi serta Estimasi untuk penyusunan Antisipasi (perkiraan keadaan) ke depan.
Terkait dengan itu, Dr. Isro menyatakan bahwa ChatGPT memiliki beberapa keterbatasan yang tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara komprehensif oleh mesin AI tersebut, antara lain pemilihan variabel atau faktor-faktor yang terkait dengan analisisnya. Seperti misalnya Penentuan Driving Force dalam Analisis Perencanaan Skenario Strategis karena terkait dengan faktor yang sangat bervariatif dan multidisipliner.
Dalam analisis terorisme, para pakar dan analis teror misalnya, masih lebih terfokus pada pelaku terornya. Sebagai contoh, banyak pengamat yang menyatakan kelegaannya dengan telah bubarnya JI padahal sesungguhnya bisa muncul ancaman yang lebih besar karena terorisme bukan saja dilakukan oleh kelompok tapi juga perorangan (lone wolf). Belum lagi bila dilihat dari asal-usulnya (state/nonstate actors, internal/external thtreats), dari tujuan dan sasaran teror serta targetnya (perorangan, fasilitas umum, fasilitas vital), dari dampaknya (terlokalisir, massal, jangka pendek/panjang), alat yang digunakan teroris serta faktor kompleks lainnya dan yang paling sulit adalah menganalisis interes dan intensinya. Oleh karena itu, Dr. Isro justru memerintahkan mahasiswanya untuk menggunakan ChatGPT atau mesin AI lainnya dalam mengerjakan tugas atau ujiannya.
Sebagai bukti nyata kontribusinya terhadap perbaikan ChatGPT, Dr. Isro pada 19 Juni yang lalu mengirimkan secara resmi sebuah dokumen User Feedback to OpenAI: Enhancing ChatGPT for Deep, Reflective, and Long-Term Dialogue melalui email kepada OpenAI. Dalam dokumen tersebut, Dr. Isro menyampaikan beberapa kelemahan yang dia temukan selama penggunaan intensif, dan menyarankan sebagai berikut:
1. “In long and reflective interactions, users often struggle to retrace key ideas or turning points” (perlu penanda waktu/timestamp)
2. “There is no way to directly respond to or annotate a specific past message” (perlu fitur threaded/anchored replies)
3. “The interface still feels transactional, whereas many users now use ChatGPT for deep thinking and journaling” (perlunya mode refleksi dan ringkasan untuk proyek warisan intelektual).
Dalam email balasan resmi, OpenAI menyatakan apresiasi atas masukan Dr. Isro dengan menyebut: “Thank you so much for sharing your thoughtful suggestions for enhancing ChatGPT, especially with a focus on deep, human-centered, and reflective dialogue. Your input is truly appreciated and helps make ChatGPT better for everyone.” “ChatGPT tidak sempurna, tetapi jika digunakan dengan cara yang benar, ia dapat menjadi mitra kerja yang sangat bermanfaat dalam mempercepat, memperkaya, dan menjaga ritme kerja sehari-hari,” demikian disampaikan oleh Doktor Isro yang juga pernah sebagai Wakil Ketua Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
Penulis : Ir. Alief Einstein, M.Hum
Foto : Ir. Alief Einstein, M.Hum
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer