KTT BRICS 2025 (Penguatan Kerjasama Global South)


Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Konferensi Tingkat Tinggi / KTT BRICS yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil pada 6 - 7 Juli 2025 mengusung tema "Penguatan Kerja Sama Negara-Negara Global South untuk Tata Kelola yang Lebih Inklusif dan Berkelanjutan", ungkap 

Dosen Jurusan Hubungan Internasional FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Unsoed Dr. Tundjung Linggarwati, M.Si. saat bincang-bincang  dengan Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com pada hari ini Sabtu 12 Juli 2025.

Menurut Tundjung (dosen ahli Studi Intermestik dari FISIP Unsoed)  bahwa BRICS yang saat ini beranggotakan 11 negara yaitu Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Indonesia, Mesir, Ethiopia, Iran, UAE, dan Arab Saudi dalam KTT tersebut membahas agenda penting antara lain :

1. Politik & Keamanan:

a. Perdamaian Global,

b. Reformasi Tata Kelola Internasional,

c. Ekonomi,

a. Multilateralisme,

b. Keuangan,

c. Perdagangan Alternatif,

3. AI

a. Tata Kelola AI,

b. Keadilan data dan akses untuk negara berkembang

4. Lingkungan dan Kesehatan yang terkait dengan Pendanaan Iklim, COP30, dan Kesehatan Global.

Dalam pertemuan itu dibahas beberapa point-point srategis antara lain pentingnya Reformasi global yang memberikan tekanan kepada PBB, IMF maupun lembaga keuangan dunia lainnya agar berlaku lebih adil dan representatif.

Dalam bidang perdagangan, dorongan penguatan mata uang lokal dengan sistem pembayaran alternatif sebagai langkah awal de-dolarisasi, agar mengurangi ketergantungan pada nilai tukar dolar.

Perubahan iklim juga tak luput dari perhatian serius pertemuan ini dengan upaya pendanaan dari negara maju untuk aksi-aksi adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim serta dukungan terhadap inisiatif hutan tropis.

Sementara itu merespon berkembangnya teknologi Artificial Intelligenve (AI) pertemuan ini juga merasa perlu mengembangkan kerangka etika dan keadilan data untuk kepentingan negara-negara berkembang.

KTT BRICS 2025 ini menghasilkan Deklarasi Rio yang diadopsi sebagai hasil resmi KTT, menandakan komitmen BRICS terhadap multilateralisme, tata kelola global yang inklusif, dan reformasi lembaga dunia seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia.



Isi Deklarasi Rio mencakup tiga hal penting yaitu:

1. Kerangka Keuangan Iklim BRICS yang menuntut negara maju bertanggungjawab menyediakan dana mitigasi untuk Global South,

2. Tata Kelola AI untuk mewujudkan kerangka etika dan keadilan data bagi negara berkembang,

3. Kemitraan Pemberantasan Penyakit Tertentu dengan meningkatkan kolaborasi kesehatan global.

Sementara itu isu geopolitik dan ekonomi yang sangat kuat  dalam pertemuan itu adalah terkait dengan kondisi Timur Tengah dan Gaza sehingga KTT tersebut menekankan untuk segera mengakhiri serangan-serangan.

Dalam kesempatan ini para menteri keuangan BRICS juga menuntut reformasi kuota dan suara di IMF, serta usulan mekanisme jaminan untuk menekan biaya pembiayaan bagi negara berkembang.

Deklarasi juga mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB, walau belum ada kesepakatan konkrit soal wakil Afrika/negara baru.

Delegasi Indonesia dalam KTT BRICS tahun ini dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Bagi Indonesia, BRICS dinilai sangat strategis baik dari sisi ekonomi, maupun politik luar negeri terutama berkaitan dengan diplomasi Global South. Keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS menandai pengakuan global atas pentingnya Indonesia di antara negara berkembang, masuknya Indonesia menjadi bagian dari kelompok negara non-Barat yang mendorong tata kelola global lebih adil dan multipolar.

Dengan BRICS mendorong penggunaan mata uang lokal (de-dolarisasi), Indonesia berpeluang memperkuat Rupiah dalam perdagangan lintas negara potensi akses ke pendanaan melalui New Development Bank (NDB). Dari BRICS juga Indonesia diharapkan mendapatkan transfer teknologi yang memadai agar memperkecil kesenjangan teknologinya dengan negara maju, sementara itu pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia, memiliki kepentingan besar dalam isu pendanaan iklim sehingga diharapkan Indonesia mendapat akses lebih besar terhadap dana perubahan iklim serta transisi energi dengan pendekatan Global South serta penguatan kerjasama untuk ketahanan pangan.



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto           : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar