Peran Pramuka Perguruan Tinggi sebagai Penggerak Kampus Berdampak di Era Disrupsi

Kak Yurisa (2 dari kanan) dan Kak Fajar (4 dari kiri) Runner Up Eagle Scout Award Kwarda Jawa Tengah dari Racana Soedirman.

Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Pramuka di perguruan tinggi memiliki peran strategis sebagai penggerak kampus yang berdampak di era disrupsi. Era disrupsi yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat menuntut perguruan tinggi untuk beradaptasi dan berinovasi. Pramuka, dengan nilai-nilai kepramukaan yang berorientasi pada pembentukan karakter, pengembangan diri, dan kepedulian sosial, dapat menjadi agen perubahan positif di lingkungan internal maupun eksternal kampus, ungkap Pembina UKM Pramuka Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Dyah Susanti, S.P., M.P. saat pemaparan dalam rangka hari Pramuka 14 Agustus 2025 yang dipandu oleh Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com yang pernah aktif sebagai anggota Gugus Depan (Gudep) Robert Wolter Monginsidi saat sekolah di SMP Negeri XI Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Kegiatan Kepramukaan di perguruan tinggi menurut Dr.Dyah meliputi aspek Tri Bina Gerakan Pramuka dan dijiwai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Gerakan Pramuka di perguruan tinggi dengan nilai-nilai kepanduan, dapat menjadi wadah pembentukan karakter dan kepemimpinan mahasiswa, serta berkontribusi pada pengembangan potensi diri, satuan, dan masyarakat melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Pembinaan generasi muda dalam Gerakan Pramuka mencakup tiga aspek pembinaan yang disebut Tri Bina Gerakan Pramuka, yaitu Bina Diri, Bina Satuan dan Bina Masyarakat. Di sisi lain, Pramuka Perguruan Tinggi juga dijiwai oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat dalam berbagai program dan aktivitasnya, jelas Dr.Dyah.

Dr.Dyah mengatakan bahwa pembentukan karakter mahasiswa di perguruan tinggi memerlukan model pembinaan yang sistematis, menarik, dan terukur. Nilai-nilai kepramukaan seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan gotong royong sangat relevan dalam menghadapi tantangan di era disrupsi. Pramuka Perguruan Tinggi selain mempelajari saintek, yaitu ilmu dan teknologi yang dipelajari oleh mahasiswa pada berbagai program studi di kampus juga mengembangkan kegiatan kepramukaan yang bersifat bina diri, seperti pelatihan keterampilan, kegiatan alam terbuka, dan kegiatan sosial. Kegiatan ini dapat membantu mahasiswa mengembangkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan di era digital, seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, problem solving, dan adaptasi.

Selanjutnya Dr.Dyah menjelaskan bahwa keterukuran kompetensi Pramuka diupayakan melalui penempuhan Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK) yang dapat diselaraskan dengan bidang keahlian yang ditekuni di kampus juga kebutuhan dan perkembangan jaman.

Kompetensi kepramukaan, saintek dan softskill yang terbangun melalui program bina diri ini meningkatkan kapasitas  Pramuka Perguruan Tinggi dalam mendukung manifestasi Kampus Berdampak yang dicanangkan Kemendiktisaintek, ungkap Dr.Dyah.

Dr.Dyah setelah melantik 3 Pandega Putri Racana Soedirman yang telah selesai menempuh Ujian Syarat Kecakapan Umum.

Dr.Dyah mengatakan bahwa Bina Satuan dan Bina Masyarakat merupakan Tri Bina kedua dan ketiga dalam gerakan Pramuka yang dapat menjembatani transfer nilai moral, intelektualitas, sains, dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi kepada masyarakat. Pramuka dapat menjadi jembatan antara kampus dan masyarakat dalam kegiatan pengabdian. Melalui berbagai program kerja, mahasiswa dapat berkontribusi langsung dalam menyelesaikan masalah sosial dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.

Penerapan bina satuan dan bina masyarakat di era disrupsi, selain melaksanakan berbagai kegiatan interaktif bersama satuan gugus depan yang dibina dan kelompok masyarakat pada umumnya, Pramuka Perguruan Tinggi beradaptasi dalam bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penggunaan media sosial untuk menyebarkan informasi, penggunaan aplikasi untuk kegiatan belajar, atau pemanfaatan platform digital untuk kegiatan pengabdian masyarakat meningkatkan efektivitas dan aksesabilitas informasi, sehingga dampak positif kampus dapat dirasakan oleh masyarakat luas, ujar Dr.Dyah.

Dr. Dyah berharap Gerakan Pramuka dapat menjadi mitra strategis perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan di era disrupsi dan mendukung Kampus Berdampak. Dengan nilai-nilai kepramukaan yang kuat, Pramuka dapat membantu perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan kampus yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing. 

Era disrupsi membawa tantangan bagi Gerakan Pramuka. Perubahan pola interaksi, gaya hidup dan minat mahasiswa menuntut Gerakan Pramuka terus berinovasi dan beradaptasi agar tetap relevan. Era disrupsi juga membuka peluang bagi Pramuka untuk berkembang lebih pesat. Pemanfaatan teknologi, perluasan jaringan, dan kerjasama dengan berbagai pihak dapat meningkatkan efektivitas dan dampak kegiatan Pramuka, kata Dr.Dyah.

Racana Soedirman sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman yang bergerak di bidang kepramukaan, bertujuan mewujudkan keselarasan antara Tri Bina Gerakan Pramuka dan Tri Darma Perguruan Tinggi. Racana Soedirman berupaya membentuk anggotanya menjadi pemuda yang unggul dalam prestasi dan luhur dalam budi pekerti dengan menerapkan Kode Kehormatan Gerakan Pramuka. Racana Soedirman sebagai wadah aktualisasi diri pramuka perguruan tinggi menyelenggarakan berbagai kegiatan yang mengembangkan keterampilan, kepemimpinan, dan karakter mahasiswa, sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Anggota Pramuka juga terlibat dalam penelitian yang berorientasi pada solusi masalah sosial dan lingkungan, serta pengembangan teknologi tepat guna. Berbagai  prestasi diraih melalui aspek bina diri ini, di antaranya tahun ini dua anggota Racana Soedirman menjadi runner up dalam event Eagle Scout Award Kratir Daerah Jawa Tengah, atas nama Yurisadensi Eka Putri Lastariadi  sebagai Juara 2 Golongan Pandega Putri) dan Fajar Nur Hidayat (Juara 2 Golongan Penegak Putra), ungkap Dr.Dyah.

Pramuka dapat menjadi agen perubahan dengan melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berbasis pada potensi daerah dan kebutuhan masyarakat. Pramuka perguruan tinggi dapat mengajukan dan terlibat aktif dalam proyek-proyek pengabdian masyarakat seperti pemberdayaan ekonomi lokal, pelestarian lingkungan, atau pendidikan kesehatan. Gerakan Pramuka di perguruan tinggi juga dapat menjadi wadah pengembangan inovasi melalui kegiatan seperti kompetisi teknologi tepat guna atau workshop pengembangan produk lokal. Berbagai pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat telah dilaksanakan oleh Racana Soedirman secara mandiri maupun melalui fasilitasi Kemendikbud salah satunya melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa  (PHP2D) yang kemudian bertansformasi menjadi PPK Ormawa. Racana Soedirman secara konsisten menyelenggarakan Program Bina Desa secara mandiri di berbagai daerah dengan program yang disusun berdasarkan kebutuhan pemerintah dan masyarakat desa, jelas Dr.Dyah.

Dr.Dyah menambahkan bahwa dengan mengintegrasikan nilai-nilai kepramukaan dan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Pramuka dapat berperan aktif dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan era disrupsi dan diktisaintek, serta berkontribusi pada pembangunan bangsa yang berkelanjutan. Pramuka memiliki peran penting sebagai penggerak kampus yang berdampak di era disrupsi. Dengan nilai-nilai kepramukaan yang relevan dan kemampuan beradaptasi, Pramuka dapat menjadi agen perubahan positif bagi mahasiswa, perguruan tinggi, dan masyarakat.



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto         : Ir. Alief Einstein, M.Hum






Posting Komentar

0 Komentar