![]() |
| Yogi Adi Prasetya,ST.,MSc. (Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed dan alumni S2 dari Kyushu University, Fukuoka, Jepang) |
Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Gempa bumi mengguncang wilayah Bekasi pada Rabu malam (20/8/2025) sekitar pukul 19.54 WIB. Berdasarkan informasi resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa memiliki kekuatan magnitudo (M) 4,9 dengan kedalaman 10 kilometer. BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, ungkap Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed Yogi Adi Prasetya,ST.,MSc. saat pemaparan yang dipandu Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com pada hari Minggu 31 Agustus 2025.
Yogi alumni S2 dari Kyushu University, Fukuoka, Jepang mengatakan bahwa guncangan terasa tidak hanya di Bekasi, tetapi juga di Jakarta, Tangerang, Bandung, hingga sejumlah daerah Jawa Barat lainnya. Di Bekasi, getaran dirasakan dengan skala III–IV Modified Mercalli Intensity (MMI), sementara di wilayah sekitar seperti Jakarta dan Bandung dengan skala II–III MMI.
BMKG mencatat, total terdapat tujuh kali gempa di Bekasi pada malam itu, terdiri dari satu gempa utama dan enam gempa susulan. Gempa utama tercatat dengan magnitudo 4,7, sedangkan gempa susulan berkisar antara magnitudo 1,9 hingga 3,9. Hingga kini, belum ada laporan resmi mengenai kerusakan maupun korban jiwa.
1. Sumber Gempa: Sesar Baribis
BMKG menjelaskan, gempa di Bekasi merupakan gempa tektonik dangkal yang bersumber dari sesar naik busur belakang Jawa Barat (West Java Back Arc Thrust). Struktur ini merupakan bagian dari Sesar Baribis, patahan aktif yang membentang dari Cirebon hingga Bekasi.
Kondisi tanah Bekasi yang didominasi endapan sedimen memperkuat guncangan, sehingga getarannya dirasakan lebih kuat oleh masyarakat. Meski demikian, BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang, tidak terpengaruh informasi yang tidak jelas sumbernya, dan selalu mengikuti arahan resmi dari lembaga berwenang.
2. Perhatian Beralih ke Sesar Lembang
Di saat publik tengah menyoroti gempa di Bekasi, para ahli juga mengingatkan potensi bahaya dari Sesar Lembang, patahan sepanjang sekitar 29 kilometer yang membentang dari Cilengkrang, Kabupaten Bandung, hingga Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, jelas anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia / IAGI, Yogi.
Peneliti gempa bumi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono, menyebut Sesar Lembang berpotensi menghasilkan gempa dengan kekuatan magnitudo 6,5 hingga 7. Jika skenario terburuk terjadi, seluruh wilayah Bandung Raya dapat terdampak dengan tingkat kerusakan skala VIII MMI.
“Rentetan gempa kecil di sekitar Sesar Lembang sejak Juni hingga Agustus 2025 menunjukkan adanya aktivitas. Namun, kami belum bisa memastikan apakah akan diikuti gempa besar atau berhenti pada gempa-gempa kecil. Dua kemungkinan itu bisa terjadi. Karena itu, kita harus siap siaga menghadapi skenario terburuk,” kata Mudrik.
BMKG menilai fenomena gempa kecil berulang bisa menjadi foreshock atau gempa pembuka. Namun, tidak ada teknologi yang mampu memastikan kapan gempa besar akan terjadi.
3. Siklus Gempa Sesar Lembang
Berdasarkan catatan geologi, gempa besar terakhir akibat Sesar Lembang terjadi pada abad ke-15. Dengan siklus pelepasan energi antara 170 hingga 670 tahun, saat ini sesar tersebut dinilai sudah memasuki periode rawan.
“Sudah 560 tahun sejak peristiwa terakhir. Artinya kita sudah masuk dalam rentang siklus gempa. Bisa terjadi sekarang, bisa juga 100 tahun lagi. Tidak ada yang tahu pasti,” ujar Mudrik.
4. Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Pemerintah daerah di Bandung Raya mulai meningkatkan mitigasi risiko. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung, misalnya, telah menyiapkan sejumlah titik evakuasi dan melakukan pemetaan wilayah rawan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandung, Didi Ruswandi, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat. “Kota Bandung, meskipun tidak dilintasi langsung Sesar Lembang, tetap memiliki potensi kerusakan maksimal akibat amplifikasi guncangan. Oleh karena itu, seluruh penduduk harus diperlakukan dengan skenario dampak yang merata,” kata Didi.
Ia menambahkan, pemerintah terus menggencarkan sosialisasi dan latihan evakuasi, agar masyarakat tahu langkah yang harus diambil ketika gempa terjadi.
5. Kewaspadaan, Bukan Kepanikan
Fenomena gempa di Bekasi dan aktivitas Sesar Lembang sama-sama menunjukkan bahwa wilayah Jawa Barat memiliki potensi gempa bumi yang signifikan. Para ahli menekankan bahwa kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci utama untuk mengurangi risiko bencana.
Penulis : Ir. Alief Einstein, M.Hum
Foto : Ir. Alief Einstein, M.Hum


0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer