![]() |
| dr.Nia Krisniawati,Sp.,MK. (Dosen ahli Mikrobiologi Klinis Fakultas Kedokteran Unsoed dan sedang tugas belajar S3 di UGM Yogyakarta). |
Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Flu dan batuk pilek yang sempat banyak terjadi pada Agustus lalu kini menunjukkan pola yang menarik. Meski secara nasional kasusnya menurun, beberapa daerah justru mengalami kenaikan baru menjelang musim hujan. Contohnya di Yogyakarta. Pada minggu kedua Oktober 2025, kota ini mencatat lebih dari 2.000 kasus batuk pilek melalui sistem pemantauan kesehatan. Jakarta bahkan melaporkan hampir 2 juta kasus sepanjang tahun ini. Sementara itu, Jawa Timur juga masih mencatat ratusan ribu kasus, ungkap Dosen Ahli Mikrobiologi Klinis Fakultas Kedokteran Unsoed dr.Nia Krisniawati,Sp.,MK. saat pemaparan yang dipandu oleh Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com pada hari ini Selasa 21 Oktober 2025.
A. Mengapa Kasus Naik Lagi?
Sebagai ahli mikrobiologi klinik, dr.Nia melihat pola ini wajar terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Virus flu memang cenderung meningkat saat pergantian musim.
Data dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menunjukkan virus flu jenis A khususnya tipe H3N2 sedang aktif menyebar. Virus ini dikenal menyebabkan gejala lebih berat dibanding tipe H1N1. Kabar baiknya, virus COVID-19 relatif terkendali saat ini, kata dr.Nia yang sedang tugas belajar S3 di UGM Yogyakarta.
B. Bedanya Flu Biasa, Influenza, dan COVID-19
Menurut dr.Nia penting untuk memahami perbedaannya:
- Flu biasa: Disebabkan berbagai virus ringan, gejalanya pilek dan batuk ringan
- Influenza: Disebabkan virus influenza A atau B, gejalanya lebih berat dengan demam tinggi, nyeri otot, dan batuk keras
- COVID-19: Disebabkan virus corona, memiliki risiko komplikasi berbeda.
Di Yogyakarta, tidak ada kasus COVID-19 baru dalam pemantauan Oktober ini. Jadi lonjakan batuk pilek saat ini lebih disebabkan virus flu biasa dan influenza. IDI Jawa Barat juga menyebutkan virus lain yang beredar termasuk RSV, Adenovirus, dan Parainfluenza, ujar dr.Nia.
C. Kenapa Musim Hujan Bikin Flu Meningkat?
Selanjutnya dr.Nia menjelaskan ada beberapa alasan ilmiah:
1. Udara lembap dan sejuk membuat virus bertahan lebih lama di udara,
2. Polusi udara yang tinggi mengiritasi saluran pernapasan kita,
3. Daya tahan menurun: Setelah pandemi Covid-19 kita memakai masker terus, tubuh kita jadi kurang terlatih melawan virus flu,
4. Aktivitas sosial meningkat: Sekolah buka, kantor ramai, liburan akhir tahun membuat orang lebih sering bertemu.
D. Cara Melindungi Diri dan Keluarga
1. Vaksinasi Flu, sangat dianjurkan untuk:
- Anak-anak dan lansia
- Ibu hamil
- Penderita penyakit kronis (diabetes, jantung, asma)
- Tenaga kesehatan
Penelitian menunjukkan vaksin flu bisa mengurangi risiko sakit berat dan rawat inap, ungkap dr.Nia.
2. Kebiasaan Sehat Sederhana
- Cuci tangan dengan sabun minimal 20 detik,
- Pakai masker jika sedang batuk pilek atau ditempat ramai,
- Tutup mulut saat batuk atau bersin dengan siku bagian dalam,
- Jaga jarak dari orang sakit,
- Pastikan ventilasi ruangan baik, buka jendela secara berkala,
3. Jaga Daya Tahan Tubuh
- Tidur cukup 7-8 jam sehari,
- Makan bergizi,
- Istirahat cukup,
- Olahraga teratur minimal 30 menit sehari,
- Kelola stres dengan baik,
- Minum air putih yang cukup.
E. Kapan Harus ke Dokter?
Segera cari pertolongan medis jika mengalami:
- Sesak napas atau napas cepat
- Demam tinggi lebih dari 3 hari
- Batuk dengan dahak berdarah atau berwarna kehijauan
- Nyeri dada saat bernapas atau batuk
- Lemas ekstrim yang tidak membaik dengan istirahat
- Pada anak: rewel berlebihan, tidak mau makan/minum, bibir kebiruan
F. Kesimpulan:
dr. Nia menyimpulkan bahwa lonjakan flu dan batuk pilek mengingatkan kita bahwa ancaman kesehatan bukan hanya COVID-19. Tapi jangan panik! dengan menerapkan pola hidup sehat dan protokol kesehatan sederhana, kita bisa melindungi diri dan keluarga.
Ingat, kunci utamanya adalah kerjasama. Ketika semua orang menjaga kesehatan diri sendiri, kita juga melindungi orang lain di sekitar kita.
Penulis : Ir. Alief Einstein, M.Hum
Foto : Ir. Alief Einstein, M.Hum
aparan dr.Nia berdasarkan data pemantauan kesehatan Oktober 2025 dan laporan WHORegional Pasifik Barat.


0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer