Memaknai Hari Santri Nasional

Ustadz M.Syahid Asgar, S.S, M.A, M.Sos (Alumni S1 Sastra Inggris Unsoed)

Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Terkait Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober, berikut hasil bincang - bincang Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com dengan Alumni S1 Sastra Inggris Unsoed Ustadz M.Syahid Asgar, S.S, M.A, M.Sos. pada hari ini Kamis 23 September 2025.

Ada anggapan santri hanya membaca atau menghafal Qur'an dan kitab-kitab  saja, tidak mampu untuk berkarya dalam bidang lainnya, ini anggapan klasik yang sudah usang, ungkap Direktur Pondok Pesantren Cendekia, Purwokerto Ustadz Asgar.

Santri menurut Ustadz Asgar (Alumni S2 dari Indonesia dan Malaysia) dari dulu sampai sekarang sudah banyak berperan dalam segala lini.

Selanjutnya Ustadz Asgar yang juga Hafal 30 Juz Al-Qur'an menjelaskan bahwa makna santri sesungguhnya bukan hanya tentang belajar ilmu agama, tetapi juga membangun karakter dan mampu menterjemahkan nilai keilmuan tersebut kedalam kehidupan sehari - hari.

Santri dituntut untuk multitasking tidak hanya mampu membaca Qur'an tapi juga mampu membaca kehidupan disekitarnya, ujar Ustadz Asgar. Maka Ustadz Asgar sebagai pengasuh Ponpes Cendekia menerapkan rumus Ta'dib bukan hanya Ta'lim di dalam kurikulum pendidikan pesantren Cendekia. Karena ta'dib maknanya lebih dalam dibandingkan kata ta'lim. Makna kata ta'dib tidak hanya memberi ilmu, tapi juga mentransfer spirit, karakter, adab, dan akhlaq.

Terkait tema hari santri  "Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia.” Tema ini mengandung makna mendalam bahwa santri bukan hanya penjaga moral, tetapi juga agen peradaban dan agen perubahan. Dengan bekal ilmu, akhlak, dan iman, santri diharapkan mampu berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejuk, damai dan berkeadilan, ungkap Ustadz Asgar.

Ustadz Asgar mengatakan Alhamdulillah, santri sekarang tak hanya berjuang di pesantren, tetapi juga hadir di ruang ruang publik untuk mengisi peran sosial, pendidikan hingga pemerintahan dengan nilai-nilai kejujuran, amanah, dan tanggung jawab. Mereka menjadi penerus tradisi keilmuan Islam yang muttashil (bersambung/sampai kepada nabi) kepada kanjeng nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam.



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto          : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar