Prof. Siwi Pramatama Mars Wijayanti Dikukuhkan sebagai Guru Besar Unsoed (Serukan Empati untuk Indonesia Bebas Tuberkulosis)


Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. 14 Oktober 2025 – Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kembali menorehkan prestasi akademik dengan bertambahnya lima guru besar baru. Salah satunya adalah Prof. Siwi Pramatama Mars Wijayanti, S.Si., M.Kes., Ph.D, yang resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Epidemiologi Penyakit Tropis, dengan fokus riset pada Demam Berdarah Dengue dan Tuberkulosis (TB), ungkap Prof.Siwi,PhD. saat bincang-bincang  dengan Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com

Acara pengukuhan berlangsung khidmat di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsied pada hari ini Selasa (14/10/2025), dan dihadiri oleh jajaran rektorat, civitas akademika, serta keluarga besar para profesor yang dikukuhkan.

Selain Prof.Siwi, PhD., Unsoed pada hari ini Selasa juga mengukuhkan 4 (empat) profesor lain, yaitu:

1. Prof.Dr.Sudarto, SE.,ME., WMI., CSRS, CFP., AEPP. – Bidang Ilmu Perbankan dan Keuangan,

2. Prof.Dr.Ir. Rosidi, MP., IPU – Bidang Ilmu Produksi Ternak Unggas Lokal,

3. Prof.Dr.Farida Nur Rachmawati, M.Si. – Bidang Ilmu Biologi Reproduksi,

4. Prof.Dr.Arintoko, S.E., M.Si. – Bidang Ilmu Ekonomi Moneter.

Mengurai Simpul Tuberkulosis: Dari Stigma Menuju Indonesia Bebas TB


Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Mengurai Simpul Tuberkulosis di Indonesia: Dari Stigma Menuju Indonesia Bebas TB”, Prof. Siwi,Ph.D., memaparkan keprihatinan mendalam terhadap tingginya angka kasus TB di Tanah Air.

Menurut Global TB Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah India, dengan 1,09 juta kasus dan 125 ribu kematian setiap tahun. “Ini ironi besar, karena TB adalah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan,” ujar Prof. Siwi,PhD., (Dosen ahli Epidemiologi Penyakit Tropis dari FIKes Unsoed).

Prof.Siwi,PhD., menjelaskan bahwa permasalahan TB di Indonesia bukan hanya soal medis, melainkan sosial, dan budaya. Ada empat simpul utama yang membuat TB sulit diberantas: stigma masyarakat, kurangnya edukasi, lemahnya deteksi dini, dan tantangan pengobatan.

“Banyak pasien takut mengaku sakit karena khawatir dijauhi. Stigma ini membungkam mereka, padahal TB bukan aib, bukan kutukan. Ini penyakit infeksi yang bisa disembuhkan,” tegasnya.

Prof.Siwi,PhD., (Chief Editor Insights in Public Health Journal) mengusulkan edukasi publik yang intensif dengan melibatkan tokoh masyarakat dan penyintas TB sebagai duta perubahan. Ia juga menyoroti pentingnya skrining aktif, terutama bagi kelompok berisiko seperti penderita HIV, pasien diabetes, dan warga di pemukiman padat.

Dalam aspek pengobatan, ia menekankan perlunya pendampingan pasien yang berkelanjutan agar tidak berhenti di tengah jalan. Dukungan sosial seperti bantuan transportasi dan paket gizi juga menjadi faktor penting agar pasien TB bisa sembuh total. "Menuju Indonesia Bebas TB" 2030 Prof. Siwi,PhD., menutup orasinya dengan seruan kolaboratif untuk semua pihak.

Selanjutnya, menurut Prof.Siwi,PhD.,  “Kita bisa mencapai Indonesia bebas TB jika bergerak bersama: dari stigma menuju empati, dari keterlambatan menuju deteksi dini, dari beban penyakit menuju harapan.” Pemerintah Indonesia menargetkan bebas TB pada tahun 2030, sejalan dengan visi WHO untuk dunia bebas TB pada 2050. Dalam pandangan Prof.Siwi,PhD., target itu bukan sekadar cita-cita, melainkan komitmen moral bangsa.

Dengan pengukuhan ini, Unsoed menegaskan perannya sebagai kampus riset dan penggerak solusi nyata bagi masalah kesehatan nasional, sekaligus menambah daftar panjang ilmuwan Indonesia yang berjuang di garis depan melawan penyakit tropis, ungkap Prof.Siwi,PhD. yang juga alumni S3 Centre for Virus Research, University of Glasgow, Inggris Raya.



Penulis       : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto           : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar