Kasus Hiu Tutul Terdampar Meningkat di Indonesia, Lebih Tinggi dari Tren Global

R.Taufan Harisam di Laboratorium Life Science, Tunghai University, Taiwan.

Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Fenomena hiu tutul (Rhincodon typus) terdampar kembali terjadi di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, laporan keterdamparan hiu paus di pesisir nusantara menunjukkan peningkatan signifikan, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Hiu tutul yang terdampar biasanya masih hidup namun lemah, meski sebagian ditemukan sudah mati, ungkap dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan / FPIK Unsoed R. Taufan Harisam, S.Pi, M.Si., saat bincang-bincang  dengan Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com

Taufan yang sedang menyelesaikan S3 PhD Student di Life Sciences Departement, Tunghai University, Taichung, Taiwan menjelaskan bahwa data ilmiah dari pengamatan strandings menunjukkan bahwa antara tahun 2011 hingga 2023 terdapat lebih dari 100 kasus hiu tutul terdampar di Indonesia. Angka ini relatif tinggi dibandingkan tren global, di mana laporan keterdamparan hiu paus tercatat hanya puluhan kasus di berbagai negara selama beberapa dekade terakhir, termasuk Afrika Selatan, Meksiko, Thailand, dan Filipina.

Para peneliti menyebut bahwa keterdamparan hiu tutul dipicu oleh kombinasi faktor alami dan manusia. Faktor alami meliputi perubahan arus laut, fenomena upwelling, dan perairan dangkal yang kaya plankton sehingga menarik hiu ke wilayah pesisir. Sementara faktor manusia mencakup lalu lintas kapal, perikanan, dan polusi laut, yang menimbulkan stres, luka, atau kesulitan navigasi bagi hiu.

Selain itu, sebagian besar hiu yang terdampar merupakan individu muda yang belum matang secara reproduktif. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena dapat mempengaruhi populasi hiu tutul di perairan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia, yang merupakan salah satu habitat penting mereka. Diperkirakan bahwa populasi global mereka telah menurun setidaknya 50% dalam tiga generasi terakhir (75 tahun), dengan subpopulasi Indo-Pasifik mengalami penurunan 63% dan subpopulasi Atlantik menurun lebih dari 30%, ujar Taufan yang menerima Beasiswa MOE Elite Scholarship, Taiwan (Ministry of Education Taiwan) dari Pemerintah Taiwan.

Taufan (anggota International Association for Biological Oceanography / IABO mengatakan bahwa Hiu Tutul termasuk spesies yang dilindungi penuh di Indonesia dan terdaftar sebagai terancam punah secara global.

Taufan (dosen ahli Ecology of Marine Macroalgae) menambahkan bahwa penanganan cepat terhadap hiu yang terdampar, pengelolaan aktivitas manusia di laut, serta edukasi masyarakat dianggap kunci untuk mengurangi frekuensi kejadian dan menjaga kelestarian spesies ini. Para ahli juga menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, ilmuwan, dan komunitas pesisir untuk meminimalkan risiko strandings dan melindungi populasi hiu paus bagi masa depan ekosistem laut Indonesia, mengingat jenis paus ini masuk daftar merah spesies terancam punah menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature).



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto          : Ir. Alief Eknstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar