Kafapet Harapkan LDK Dihidupkan Kembali untuk Tanamkan Spirit Soedirman

Kegiatan Ladasmil era 70an
Para senior Kafapet Unsoed mengharapkan Latihan Dasar Keprajuritan (LDK) dihidupkan kembali untuk menanamkan spirit Jenderal Soedirman kepada para mahasiswa baru Unsoed. Harapan besar ini tampak dari dukungan yang banyak saat redaksi Kafapet-unsoed.com menggulirkan informasi bahwa Indonesia Banking School (IBS) sebuah perguruan tinggi perbankan ternama di kawasan Kemang, Jakarta Selatan menyelenggarakan kegiatan sejenis LDK bekerjasama dengan Rindam Jaya sebagai kegiatan orientasi mahasiswa baru untuk menanamkan kedisiplinan mahasiswa IBS. Informasi ini disampaikan di group wa KAFAPET, Minggu 29 April 2018.

Sertifikat LDK yag masih disimpan Gati Nikensari
Menanggapi informasi bahwa IBS mengadakan kegiatan LDK yang sudah dihapus di Unsoed, Ketua Kafapet Jabodebek Suci Roni Fadilah secara spontan mengatakan, " Ayo kita beri masukan ke Rektor Baru agar LDK diadakan lagi, Program LDK untuk mahasiswa baru adalah ciri khas Unsoed. Tujuannya untuk menumbuhkan jiwa sang Jenderal Soedirman ke setiap alumni Unsoed".

LDK angkatan 85 
Jani Sunarko, salah satu alumni yang berkarir di Japfa Group mengatakan, LDK adalah kenangan tak terlupakan. "Sebuah gemblengan yang membuat mental lebih kuat dan badan lebih sehat. Kegiatan semacam ini harus dipertahankan," demikian pandangan Jani.

"Saya seneng nih, senior-senior mendukung diadakan kembali LDK," tambah Bagus Pekik, alumni yang semasa mahasiswa aktif di Resimen Mahasiswa (Menwa), kini berkarir di Charoen Pokphand Indonesia.

Banner IBS yang menampilkan kegiatan kerjasama dengan Rindam Jaya
Alumni senior, Dr. Ning Rachmawati juga setuju LDK diadakan kembali di Unsoed. "Menurutku, LDK melatih disiplin, tanggungjawab dan semangat untuk berjuang," ujar Rachmawati yang mengalami gemblengan Ladasmil yang lebih keras dan lama di era 70an, semasa dia mahasiswa.

LDK semula bernama Latihan Dasar Militer (Ladasmil), merupakan kegiatan khas untuk mahasiswa baru Unsoed yang tidak dimiliki universitas lain. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menanamkan disiplin dan spirit Jenderal Soedirman yang pantang menyerah, maju terus pantang mundur. LDK  berlangsung sekitar 2 Minggu meliputi latihan baris berbaris, gerak jalan menyusuri medan  yang sulit dengan berbagai rintangan, serta materi penghayatan perjuangan dan kedisiplinan lainnya. Acara ini dilakukan lintas fakultas, sehingga pada masa orientasi mahasiswa baru ini, mahasiswa antar fakultas saling mengenal.

Roni mengatakan, kenangan paling indah saat LDK adalah semua mahasiswa laki-laki dibotakin, pakai baju hijau cuma satu-satunya, dijemur, dihujanin, campur keringat. Selama 2 minggu. Kulit tambah hitam. "Tapi karena dicampur mahasiswa beragai fakultas, jadi saling mengenal sebelum masuk kuliah di fakultas masing-masing," tambah Roni.

Perubahan nama dari Ladasmil menjadi LDK dilakukan sekitar tahun 1986, dimana waktu itu istilah "militer" dikesankan sebagai kegiatan pendidikan yang kurang pas untuk sebuah perguruan tinggi yang menjunjung tinggi kebebasan berpedapat atas dasar keilmuan. Istilah keprajuritan dimaksudkan untuk mengkomunikasikan bahwa kegiatan ini bukan kegiatan militer melainkan kegiatan untuk menanamkan jiwa keprajuritan.

Menjelang reformasi makin banyak pihak mengkritik LDK karena dianggap sebagai kegiatan militeristik yang tidak sesuai dengan budaya ilmiah di kampus. Hingga akhirnya, ketika reformasi bertiup kencang tahun 1998, tuntutan pembubaran LDK makin kencang hingga akhirnya kegiatan khas Unsoed ditiadakan. Mahasiswa Unsoed tidak lagi memiliki pembekalan yang berbeda dengan kampus lainnya.

Para alumni Unsoed ketika mulai berkarir  di swasta maupun pemerintahan mulai merasakan bahwa LDK telah ikut berperan menggembleng alumni Unsoed menjadi tahan banting,

Ketua Kafapet Unsoed Jatim Takris Pratama mengaku terkejut bahwa LDK sekarang sudah tidak ada lagi. "lho piye tho. Kalau gitu sudah nggak Jenderal lagi Soedirmannya," ujarnya dengan logat khas Jawa Timurnya.

LDK Zaman Now

Perbincangan kafapet-unsoed.com dengan beberapa alumni Fapet menyimpulkan bahwa LDK justru perlu dikembangkan dengan materi yang lebih sesuai dengan zaman now. Mungkin mahasiswa baru saat ini kurang memahami siapa Jenderal Soedirman dan bagaimana perannya di awal kemerdakaan Indonesia. Serta bagaimana spirit tersebut dapat menjadi bekal ketika lulus kelak. Seorang alumni menyarankan agar LDK bisa disertai misalnya nonton bareng film tentang Jenderal Soedirman, berkunjung ke museum Jenderal Soedirman atau napak tilas perjuangan untuk lebih menghayati bagaimana perjuangan zaman old yang sangat  "seru" bagi generasi zaman now.

Para pakar SDM di Unsoed bisa memformulasikan pembekalan mahasiswa baru Unsoed dengan materi LDK plus motivasi yang bisa menjadi bekal softskill. Diyakini kelak hal ini akan berperan penting ketika alumni Unsoed terjun di masyarakat kelak.

Jangan seperti saat ini, ketika Unsoed meninggalkan LDK, justru kampus lain menyelenggarakan kegiatan sejenis LDK. "Dibanding sistem perpeloncoan mahasiswa yang sering membawa korban, LDK lebih aman , sehat dan konstruktif," ujar seorang alumni.***

Foto: group WA Kafapet


Posting Komentar

3 Komentar

  1. Mantapppp...
    Setuju sekali, karena Ciri Khas dan Jiwanya Unsoed itu adalah sifat Satria dan Semangat juang Djenderal Besar Soedirman.
    Latihan Dasar Kepeajuritan harus mulai diadakan kembali...

    BalasHapus
  2. Ayo BRJ, Roni F, Bambang Suharno, MBR, BP, TM, TS, Aries TW, Gati dan adik2ku semua segera ditindaklanjuti. Godok programnya dan usulkan ke para pimpinan Unsoed. Met berjuang

    BalasHapus

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer