IR SUWIGNYO, SOSOK ALUMNI MENJADI PETERNAK NDESO YANG DIUNDANG KE ISTANA NEGARA


Pekalongan. Kafapet-Unsoed.com. Berbekal ilmu peternakan yang dipelajarinya selama belajar di fakultas peternakan Unsoed, Suwignyo yang masuk Unsoed tahun 1985, dan memulai usahanya beternak unggas khususnya ayam Bukan Ras (Buras/ayam kampung) petelur pada tahun 1992.

Kala itu, hanya bermodal uang dua juta hasil dari panen padi sepetak sawah punya orangtuanya,  Suwignyo nekad mendirikan kandang di pekarangan milik orang tuanya.

Dibelinya 200 ekor bibit ayam kampung petelur pada penjual DOC di Semarang. Selama 6 tahun,  usaha ayam kampung petelur ia geluti,  hingga tahun 1998.  Telur ayam kampung dipemasarkan sampai ke Jakarta, khususnya utk memasok para agen, yaitu agen pemasok telur untuk jamu tradisional.

Pada tahun 1997,  Suwignyo mengikuti lomba ayam buras Tingkat Nasional dan berhasil menjadi Juara 1 Tingkat Nasional. Prestasi inilah yang membuat Suwignyo dipanggil presiden ke Istana Negara Jakarta tahun 1997 menghadap Presiden Suharto waktu itu.

Pengalaman Suwignyo dikarantina di Asrama Haji Pondok gede tentang tata cara menghadap presiden sungguh tak terlupakan hingga sekarang karena sebagai wong ndeso Suwignyo diajari bagaimana cara makan di depan presiden, cara mencuci tangan, cara penggunaan lap makan hingga cara memegang sendok garpu.

Setelah reformasi, tahun 1998 Suwignyo berganti haluan dengan memelihara ayam potong/pedaging yang ia geluti selama 11 tahun hingga 2009.

Suwignyo banting stir ke ayam potong/pedaging setelah ia mengadakan studi banding ke seorang peternak di Desa Kesesi Kajen Pekalongan, dimana mereka adalah sepasang suami istri yang hanya memelihara 2000 ekor ayam potong namun rumahnya besar berhalaman sangat luas, mampu naik haji dan membangun musholla serta menyekolahkan dua orang anaknya

Seiring dengan berjalannya waktu,  krisis moneter menyerang semua sektor termasuk sektor peternakan.

Nilai rupiah anjlok, inflasi membumbung sehingga membuat  harga pakan naik tak terkendali sementara harga daging ayam kenaikannya tak signifikan dibarengi dengan permintaan pasar yang turun drastis.

Pahit getir yang dirasakan Suwignyo membuat dia mengevaluasi usahanya dan segera mencoba peruntungan dengan beralih ke ayam niaga (ras) petelur.

Kini usaha ayam petelur Suwignyo telah berjalan 12 tahun dengan suka dukanya. Suwignyo di usianya yang ke 56 tahun kini menikmati usahanya dengan tenang bersama 3.500 ekor ayamnya yang kandangnya berlokasi Desa Wiyoro Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Jawa tengah.



Penulis    : Waeyanto

Editor      : Roni

Foto          : Waeyanto

Posting Komentar

2 Komentar

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer