Diskusi Online Kafapet Unsoed : “Potret Permasalahan Bisnis Ayam Broiler dan Solusinya”

Jakarta, Kafapet-Unsoed.com . Kamis, 30 April 2020 pukul 15.20 s/d 17.45 WIB Keluarga Alumni Fakultas Peternakan (Kafapet) Unsoed melaksanakan diskusi online perunggasan dengan topik Potret Permasalahan Bisnis Ayam Broiler  dan Solusinya. Ketua Penyelenggara yang juga Ketua Kafapet Jabodetabeksuci Roni Fadilah mengatakan, Diskusi Internal Kafapet Unsoed diselenggarakan sebagai wujud kepedulian Kafapet Unsoed terhadap masalah perunggasan khususnya broiler, sekaligus untuk memberikan wawasan bagi anggota mengenai permasalahan perunggasan dari perspektif pelaku usaha dan pengamat. Diskusi ini dikemas dalam suasana yang "santai tapi serius" , dilatarbelakangi kondisi bisnis ayam broiler selama beberapa tahun terakhir yang dinilai kurang kondusif bagi peternak.  Kafapet Unsoed tertarik untuk mengulik beberapa permasalahan yang ada dalam bisnis ayam broiler langsung dari para pelaku di berbagai segmen usaha.

Dr Elly Tugiyanti
Narasumber yang dihadirkan berasal dari golongan praktisi serta pengamat. Praktisi diisi oleh Ir. Bagus Pekik (Feedmill) ,  Teguh Sudaryanto  (Peternak ayam broiler), Ir. Eko Parwanto (Breeding Farm) dan Ir. Roni Fadilah (Feedmill). Kemudian dari pakar/pengamat ada Prof. Dr. Mulyoto Pangestu (Dosen Monash University Australia)  serta Dr. Ir. Elly Tugiyanti, MP  (Dosen Fakultas Peternakan Unsoed). Jalannya diskusi dipimpin oleh Ir. Bambang Suharno selaku moderator. Diskusi diikuti oleh alumni dari berbagai wilayah di Jawa maupun luar jawa, serta yang berada di luar negeri.

Prof Mulyoto
Dalam diskusi ini masing masing nara sumber memaparkan pandangannya terhadap situasi bisnis ayam broiler dan alternatif solusinya.

"Peternak ayam broiler saat ini banyak mengalami kerugian dengan kondisi harga jual yang masih dibawah Harga Pokok Produksi (HPP)," tutur Bagus Pekik dan Roni Fadilah”. Hal ini dipertegas oleh Teguh Sudaryanto bahwa peternak ayam broiler
Teguh Sudaryatno
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir merugi. Permasalahan yang muncul adalah hasil produksi 75% masih dipasarkankan ke pasar tradisional (pasar becek), dan memang masih banyak industri perunggasan skala besar memasarkan hasil produksinya  termasuk ke dalam 75% tersebut sehingga peternak rakyat sulit bersaing.

"Over supply" produksi yang kerap kali terjadi berawal dari peningkatan produksi DOC, sehingga berdampak secara langsung kepenambahan jumlah populasi ayam yang sangat  besar. Peningkatan populasi ayam ini, disatu sisi tanpa diiringi oleh peningkatan penyerapan pasar.

Roni Fadilah
Dalam diskusi ini pun muncul masukan dari para peserta, tercatat antara lain datang dari Eka Budi Sulistyo, Sofin Faiz, Rohmad Susilo, Agus Kadarisman, Farid Dimyati, Basuki Priyatno dan lainnya. Farid Dimyati misalnya, menyoroti adanya data kenaikan harga bahan baku pakan yang berasal dari impor dikarenakan kurs rupiah melemah, Eka Budi Sulistyo menyoroti pelaksanaan Permentan tentang kewajiban pelaku usaha membangun RPHU yang produksi 300 ribu ekor per minggu, Basuki menyoroti harga broiler di Palembang yang tercatat sangat rendah hanya 12.000/kg seperti di Pulau Jawa.

Dalam diskusi, tercatat beberapa solusi yang perlu diambil, diantaranya :
  1. Masih perlunya Pengaturan supply Day Old Chicken (DOC), Hal ini ada kaitannya dengan masih perlunya pengaturan jumlah impor GPS (Bagian hulu)
  2. Keakuratan data menjadi sangat penting untuk mengambil satu kebijakan.
  3. Regulasi yang dibuat pemerintah sudah cukup bagus tinggal diperbaiki penegakan regulasinya, agar semua patuh.
  4. Perlu dipertimbangan adanya regulasi tentang pengaturan segmen pasar. Misalnya, pasar becek untuk Peternak Mandiri/peternak rakyat, sedangkan Perusahaan besar orientasinya untuk industri, Supermarket dan ekspor.
  5. Di sektor budidaya, sebaiknya ada regulasi tentang pengaturan mengenai budidaya dari mulai hulu sampai hilir. Jadi sangat jelas akan terlihat "siapa saja yang boleh melakukan budidaya dan siapa saja yang tidak boleh melakukan budidaya". 
  6. Perlu dilakukan upaya edukasi (kampanye) secara terus menerus kepada masyarakat bahwa daging ayam sumber protein hewani yang mudah didapat dan harga terjangkau, sehingga pasar dalam negeri terus berkembang.
  7. Perlu adanya upanya meningkatkan Produktifitas hasil produksi di Peternakan Rakyat untuk menekan HPP, diantaranya up grade dari kandang terbuka menjadi kandang tertutup (closed house)

Diskusi paling seru takkala membahas tentang tataniaga pasar. Karena selama ini, peranan "broker" atau sering disebut juga "bakul ayam" sangat memegang peranan dalam tataniaga di ayam broiler. Tata niaga merupakan salah satu faktor penting, karena di Indonesia sendiri biaya distribusi cukup besar sekitar 20%. Angka ini cukup tinggi yang menyebabkan harga sampai konsumen masih relatif mahal. Sektor hilir kita harus meningkatkan pasar ayam beku terutama saat terjadinya over supply. Kondisi ini jelas harus adanya penekanan terhadap penerapan aturan RPHU serta yang terpenting adalah mengedukasi masyarakat tentang konsumsi ayam beku. Kondisi ayam beku sendiri tidak menurunkan kadar nutrien pada daging ayam.

Prof Mulyoto menambahkan “kondisi di Australia harga daging ayam relatif stabil dikarenakan masyarakat sudah terbiasa mengkonsumsi daging ayam beku, sehingga tidak terjadi over supply dan bisa menyeimbangkan antara stock dengan demand.

Dalam penutupan dIskusi Dr. Ir. Elly Tugiyanti, MP memberikan statement, "Di bisnis perunggasan ini, khususnya ayam broiler. Satu hal yang sangat penting adalah bagaimana caranya supaya Peternakan Rakyat bisa terselamatkan dan tetap eksis keberadaannya. Pihak pemerintah, perusahaan besar dan pihak kain yang bergerak di bisnis perunggasan harus peka dan peduli terhadap Peternakan Rakyat"

Penulis : Fajar Hidayat
Foto: Roni 

Posting Komentar

1 Komentar

Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer