Pandemi covid – 19 memang bukan
isapan jempol semata. Di mulai dari bulan Maret 2020, Indonesia disibukkan
dengan berbagai persoalan sosial, ekonomi dan politik. Dampaknya, masyarakat dikekang
dan diberhentikan berkegiatan di luar rumah. Menjadi persoalan bersama, bahwa
kewarasan pikiran adalah pondasi utama untuk mencegah penularan virus corona.
Sadar untuk melakukan protokol yang telah ditentukan pemerintah dan tenaga
kesehatan yang berjibaku di tengah pandemi yang belum terlihat titik terang.
Sebagai insan peternakan, kita
memiliki sumbangsih yang cukup besar. Bergelut di bidang pemenuhan protein
hewani dan ketahanan pangan untuk memastikan produk aman, sehat, utuh dan halal
hingga sampai di meja masyarakat. Bukan perkara yang mudah, petani dan peternak
harus terus stand by di medan perang
pada sektornya dengan segala ancaman virus corona. Bukan tak
mengkhawatirkan, karena profesi petani
dan peternak bukan digeluti oleh sebagian besar kaum muda yang memiliki daya
imunitas tinggi, melainkan yang sudah lanjut usia.
Persoalan di sektor peternakan
selama pandemi cukup membuat para peternak keringat dingin. Khawatir semua
cakupan tak sesuai harapan. Seperti ketersediaan bahan baku pakan, harga pakan yang
melonjak, biaya operasional yang membengkak, hingga daya jual yang rendah
akibat sepinya pasar karena pendapatan masyarakat yang sudah tak ada. Semua itu
hampir dirasakan di seluruh provinsi di Indonesia, terutama Sumatera Utara.
Seperti pada bulan ramadhan yang
baru saja lewati bersama. Konsidi harga pangan hewani asal unggas turun dengan
tajam. Komoditas telur turun hingga mencapai 29 ribu rupiah per egg tray.
Padahal sebelumnya harga telur ayam di pasar Aek Kanopan per egg tray
mencapai 38 ribu rupiah. Sedangkan daging ayam ras turun mencapai 19-20 ribu
rupiah per kilogram, yang pada saat kondisi sebelum pandemi mencapai harga 35
ribu rupiah. Kondisi tersebut memicu penurunan daya semangat peternak dalam
bertahan hidup di tengah pandemi covid-19.
Tidak hanya harga telur ayam ras
dan daging ayam broiler, penurunan harga juga berimbas pada ayam kampung
(buras) di Sumatera Utara. Pasalnya, daya beli masyarakat rendah akibat
pembatasan sosial (social distancing) yang diterapkan di seluruh Indonesia. Harga
ayam kampung pada umumnya per kilogram mencapai 50 ribu rupiah, kini hanya bisa
dijual dengan harga 35 ribu rupiah.
Hal ini tidak berdampak pada harga daging
sapi di pasar becek Aek Kanopan. Justru harga yang semestinya dan biasanya 120
ribu rupiah, malah melonjak hingga 130 ribu rupiah. Kenaikan harga juga
dirasakan masyarakat sekitar saat jelang perayaan Idul Fitri. Harga daging sapi
melonjak tajam hingga 150 ribu rupiah. Namun tidak dengan komuditas unggas yang
masih terasa murah bagi masyarakat yang masih bertahan di angka 20 ribu.
Tak lama dari itu, per tanggal 5 Juni 2020 harga
komoditas unggas kian naik. Kesejahteraan peternak mulai terlihat. Harga daging
ayam kembali stabil di angka Rp 38.000 per kilogram dan harga telur ayam per
egg tray mencapai 38 ribu rupiah hingga 42 ribu rupiah. Semoga kita semua dapat bertahan di tengah wabah besar ini. Besar harapan kita bersama agar Covid-19 segera pergi, dan sektor peternakan di seluruh Indonesia membaik.
Salam Cinta dari Ujung Kandang
Sri Maulidini
Wartawan Kafapet-Unsoed.com di Medan
1 Komentar
Do you need to hack into any, databaseserver spy on Facebook,Emails, Whatsapp, Viber, Snapchat, Instagram and many more.
BalasHapusI urge you to get in touch with the best people for the job, i have confirm the service when i need to spy on my spouse phone. They are good at Phone Cloning and Bitcoin/binary minning and any other hack job.
Thanks guys for the team work HACKINTECHNOLOGYATGMAILDOTCOM
+12132951376(WHATSAPP)
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer